d. Dilanggarnya rahasia dokter;
e. Dilanggarnya kewajiban-kewajiban dokter;
f. Dilanggarnya prinsip-prinsip profesional kedokteran atau
kebiasaan yang wajar di bidang kedokteran; g.
Dilanggarnya nilai etika dan kesusilaan umum; h.
Praktik dokter tidak sesuai dengan kebutuhan medis pasien; i.
Dilanggarnya hak-hak pasien.
2. Unsur-unsur Malapraktik Medis
Suatu perbuatan
atau sikap
dokter dianggap
suatu kelalaianmalapraktik apabila memenuhi empat unsur dibawah ini,
yaitu:
7
a. Duty atau kewajiban tenaga medis untuk melakukan sesuatu
tindakan medis atau untuk tidak melakukan sesuatu tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi yang
tertentu; b.
Dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban tersebut; c.
Damage atau kerugian yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatankedokteran
yang diberikan oleh pemberi layanan; d.
Direct causa reliationship atau hubungan sebab akibat yang nyata. Dalam hal ini harus terdapat hubungan sebab-akibat antara
penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang setidaknya
7
Budi Sampurna, dkk, Bioetik dan Hukum Kedokteran, Jakarta: Pustaka Dwipar, 2007, h. 92
merupakan penyebab aktif proximate cause. Unsur-unsur yang telah dijelaskan bersifat kumulatif, artinya
penyimpangan dokter tidak dapat disebut malapraktik apabila tidak memenuhi ke empat unsur. Dalam gugatan ganti rugi terhadap
malapraktik medis, apabila salah satu unsur diantaranya tidak dapat dibuktikan maka gugatan tersebut dinilai tidak cukup bukti.
C. Hak Pasien dan Kewajiban Dokter
1. Hak Pasien
Pengaturan mengenai hak-hak pasien diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan dan kode etik kedokteran. Pasien
sebagai seorang konsumen jasa pelayanan kesehatan memiliki hak yang diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999,
yaitu:
8
a.
Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa;
b.
Hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c.
Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa;
d.
Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan;
e.
Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f.
Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g.
Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
h.
Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
8
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandun: PT Citra Aditya Bakti, 2014, h. 32-33
i.
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya.
Di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan mengenai hak-hak pasien yaitu:
a.
Setiap orang berhak atas kesehatan;
b.
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan;
c.
Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau;
d.
Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi
dirinya;
e.
Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan;
f.
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab;
g.
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah
maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.
Pengaturan mengenai hak pasien diatur lebih lanjut di dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran, yaitu:
a.
Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis;
b.
Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
c.
Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
d.
Menolak tindakan medis; dan
e.
Mendapatkan isi rekam medis. Dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia KODEKI, telah
juga dirumuskan ketenttuan tentang hak-hak pasien sebagai berikut:
9
a.
Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati secara wajar;
b.
Hak memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan standar profesi kedokteran;
c.
Hak memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari
9
Soekidjo Notoatmodjo, Etika Hukum Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 173