17 3. Kebutuhan akan keberhasilan
Psikologi mengakui bahwa tiap orang berbeda dalam tingkat kebutuhan akan keberhasilannya. Orang yang mempunyai tingkat
kebutuhan keberhasilan menurun, terlihat puas dengan status yang dimiliki saat ini, sedangkan orang dengan tingkat kebutuhan keberhasilan
meningkat senang bersaing dengan standar keunggulan dan memilih untuk bertanggung jawab secara pribadi atas tugas yang dibebankan kepadanya,
dalam David Mc Cleland 1961 dalam Longenecker et al. 2001. 4. Kepemimpinan, memiliki watak mampu memimpin, dapat bergaul dengan
orang lain, menanggapi saran dan kritik. 5. Keorisinilan, memiliki watak inovatif, kreatif, fleksibel, banyak sumber,
serba bisa, dan memiliki banyak pengetahuan. Pada umumnya para wirausaha yang berhasil banyak memiliki cara
yang sama. Antara lain penuh energi, inovatif, berani mengambil risiko serta keinginan untuk berprestasi, selain itu juga sifat optimis dan percaya akan
masa depan Tawardi 1999.
2.3. Modernitas Sikap Kewirausahaan
Sikap adalah keadaan dan kesiapan mental, yang terorganisasi melalui pengalaman, yang secara langsung dan dinamis mempengaruhi respon seseorang
terhadap semua objek atau semua situasi yang mempunyai hubungan dengan dirinya Alport dalam Tawardi 1999. Selanjutnya menurut Rakhmat dalam
Pakpahan 2009 sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Menurut Krech, dkk,
sikap adalah sistem atau organisasi yang bersifat menetap dari komponen koqnisi, efeksi dan konasi. Jadi sikap menekankan keterkaitan antara ketiga
komponen yang saling menunjang. Koqnisi berupa sesuatu yang dipercayai oleh subyek pemilik sikap keyakinan, komponen afektif merupakan komponen
perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh subyek
Tawardi 1999.
18 Menurut Ajzen dan Fishbein dalam Pakpahan 2009, semakin positif
sikap seseorang terhadap suatu obyek, semakin positif konsekuensi yang diterima, dan semakin didukung oleh norma subyektif maka semakin besar
intensi untuk berperilaku. Sebaliknya, semakin negatif maka semakin kecil intensi untuk berperilaku.
Konsep sikap berbeda dengan konsep perilaku, perilaku merupakan cara bertindak yang menunjukkan tingkah laku seseorang. Menurut Walgito dalam
Pakpahan 2009, perilaku yang dilakukan oleh seseorang disebut sebagai perilaku yang tampak overt behaviour. Unsur-unsur perilaku yang tampak
berupa tingkah laku action. Perilaku juga dapat dikaitkan dengan reaksi yang terjadi karena adanya stimulus atau interaksi antara individu dengan
lingkungannya dan benar-benar dilakukan seseorang dalam bentuk tindakan. Jika disimpulkan, maka sikap adalah kesiapan untuk berespon secara
konsisten terhadap sesuatu obyek yang mempunyai aspek koqnisi, afeksi, dan kecenderungan untuk berkehendak, yang dapat bersifat positif dan negatif
dengan intensitas yang berbeda, Tawardi 1999. Sedangkan Trandis 1971 membagi sikap dalam tiga komponen yaitu: 1 komponen pengetahuan; 2
komponen keterampilan; dan 3 komponen sikap mental. Morris 1976 menyatakan bahwa perasaan dalam sikap terdiri tiga komponen utama, yaitu: 1
komponen kepercayaan belief terhadap suatu obyek tertentu; 2 komponen perasaan feeling; dan 3 komponen kecenderungan untuk bertindak terhadap
suatu obyek. Dengan demikian, menurut Tawardi 1999, yang dimaksud dengan sikap
kewirausahaan adalah kesiapan seseorang untuk berespon secara konsisten terhadap sembilan aspek karakteristik atau ciri-ciri perilaku yang dimiliki oleh
wirausaha. Penilaian tingkat sikap kewirausahaan yang dilakukan terhadap anggota kelompok belajar usaha adalah dengan cara mengetahui jumlah skor
dari sembilan komponen indikatornya yang meliputi pemanfaatan peluang, berorientasi hasil, keluwesan bergaul, bekerja keras, percaya diri, pengambilan
risiko, pengendalian kemampuan diri, keinovatifan, dan kemandirian, yang dapat diukur arah dan intensitasnya dengan jalan memperhatikan perilaku yang
mencerminkan penilaian koqnisi, afeksi, dan kecenderungan bertindak. Hasil
19 penelitian menunjukkan, secara total perilaku sikap kewirausahaan adalah
sebagian 30,90 persen anggota memiliki sikap kewirausahaan tergolong kategori rendah, sebanyak 49,10 persen tergolong kategori sedang, dan sisanya
20 persen tergolong kategori tinggi. Secara keseluruhan responden bersikap terhadap kesembilan indikator berada taraf sedang, namun pada sikap aspek
pemanfaatan peluang bertaraf rendah. Berdasarkan penelitian Fauzi 2009, sikap kewirausahaan ditandai
dengan percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, berani menanggung risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi pada masa depan.
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 20 responden dan pembahasannya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sikap kewirausahaan yang dimiliki para pengusaha Tulang Sepatu yang
bernilai 82,3 persen berada dalam interval 68 persen - 84 persen termasuk dalam kategori baik, hal ini dilihat dari indikator-indikator pembentuk
sikap kewirausahaan seperti percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi kemasa
depan yang telah dimiliki oleh pengusaha Tulang Sepatu di Kecamatan Bandung Kulon.
2. Keberhasilan Usaha Tulang Sepatu di Kecamatan Bandung Kulon dengan
indikator yang meliputi aspek kemampuan dan kemauan, tekad yang kuat dan kerja keras, kesempatan dan peluang, berada pada tingkat yang sangat
baik dimana tanggapan respondennya bernilai 84 persen berada diantara 84 persen - 100 persen. Hal ini mengidentifikasikan bahwa para pengusaha
Tulang Sepatu sudah merasa berhasil dalam berusaha seiring dengan berkembangnya usaha yang dijalankan yang ditandai oleh meningkatnya
daerah pemasaran. 3.
Hasil analisis data tentang hubungan sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha Tulang Sepatu, menunjukkan bahwa sikap
kewirausahaan mempunyai hubungan dengan keberhasilan usaha yang ditandai oleh adanya korelasi yang kuat yakni r = 0,775. Selanjutnya hasil
uji hipotesis menghasilkan t
hitung
t
tabel
= 3,363 2,101, yang artinya ada hubungan antara sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha.
20 Sedangkan berdasarkan penelitian Anggraeni, menemukan hasil bahwa
ada perbedaan yang signifikan dalam hal sikap kewirausahaan di antara kelompok pengusaha industri kecil berhasil, statis dan tidak berhasil, dan yang
membedakan secara maksimal antara kelompok pengusaha industri kecil berhasil, statis dan tidak berhasil adalah aspek swa kendali dan prestatif; ada
perbedaan yang signifikan dalam hal sikap kewirausahaan di antara pengusaha industri kecil pria dan wanita, ada hubungan yang signifikan antara sikap
kewirausahaan, usia, lama berusaha, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan latar belakang keluarga secara bersama-sama dengan keberhasilan pengusaha industri
kecil dan yang memberikan sumbangan yang terbesar adalah variabel sikap kewirausahaan dan variabel tingkat
Terkait dengan sikap yang modern, menurut Inkeles dalam Myron 1977, tanda-tanda yang khas dari orang yang modern ada dua macam: yang satu
merupakan ciri dalam dan yang lainnya merupakan ciri luar; yang satu mengenai lingkungan alam, yang lainnya mengenai sikap, nilai-nilai dan perasaan-
perasaan. Ia menyebutkan bahwa manusia modern memiliki sifat: 1. Bersedia untuk menerima pengalaman-pengalaman yang baru dan terbuka
bagi pembaharuan dan perubahan inovatif 2. Demokratis mengenai dua opini, bahwa ia sadar akan keragaman sikap dan
opini disekitarnya, dan tidak menutup dirinya sendiri 3. Tepat pada waktunya, teratur dalam mengorganisir urusannya
4. Menginginkan dan terlibat dalam perencanaan serta organisasi dan menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar
5. Yakin bahwa orang dapat belajar 6. Yakin bahwa keadaan dapat diperhitungkan dan dikendalikan
7. Menghargai orang lain, sadar akan harga diri orang lain 8. Berpikir maju terhadap teknologi, percaya terhadap perkembangan ilmu
dan teknologi 9. Adil, orang modern percaya akan keadilan dalam pembagian
Seseorang modern apabila ia mempunyai kesanggupan untuk membentuk dan mempunyai pendapat mengenai sejumlah persoalan-persoalan yang tidak
saja timbul di sekitarnya, tetapi juga di luarnya. Tingkat kemodernan menurut
21 Inkeles, ditentukan pula oleh faktor-faktor yang efektif yakni pendidikannya;
pemerintahan dan birokrasinya; komunikasi massa; dan pabrik atau usaha-usaha produktif dan administrstif lainnya.
Berdasarkan jenis kepribadian, Hagen dalam Pakpahan 2010 ciri-ciri kepribadian inovatif antara lain: kebutuhan terhadap otonomi dan keteraturan,
kebutuhan untuk memelihara dan memikirkan kesejahteraan dirinya sendiri. Kualitas kepribadian tersebut tidak hanya sesuai dengan kepribadian inovatif
untuk pembangunan ekonomi, tetapi lebih mencerminkan kenyataan yang sebenarnya daripada kepribadian otoriter. Kepribadian otoriter membayangkan
lingkungan sosialnya kurang teratur dibandingkan dengan dirinya sendiri. Ia tak yakin bahwa ia dinilai oleh lingkungan sosialnya. Ia membayangkan kekuasaan
lebih sebagai fungsi dari posisi yang diduduki dibandingkan sebagai fungsi prestasi yang dicapai. Dalam kepribadian otoriter, pandangan kognitif mengenai
duniawi dan membangkitkan kemarahan harus ditahan. Karena itu terdapat kebutuhan sangat besar untuk menundukkan, kurangnya kebutuhan untuk
memelihara dan kurangnya kebutuhan untuk berprestasi, tidak dapat memberikan bobot yang sama antara berbuat untuk kesejahteraan orang lain dan
berbuat untuk kesejahteraan diri sendiri. Kepribadian inovatif menurut definisi ini termasuk ke dalam perilaku
kreatif. Kepribadian inovatif memiliki kualitas yang dapat membantu perilaku kreatif. Menurut Hagen salah satu alasan mengapa individu tradisional tidak
memiliki sifat inovatif adalah karena ia membayangkan dunia sebagai tempat yang kacau daripada sebagai tempat yang teratur dan dapat dianalisis. Karena itu
dapat diperkirakan bahwa setiap masyarakat yang mengalami kemacetan ekonomi, diliputi kepribadian otoriter.
Menurut penelitian Pakpahan 2010, definisi modernitas sikap kewirausahaan adalah pandangan individu untuk merespon secara konsisten
terhadap ciri-ciri yang dimiliki seorang wirausahawan dari keenam pernyataan proyeksi masing-masing atribut sikap dengan empat alternatif jawaban. Adapun
atribut modernitas sikap kewirausahaan tersebut meliputi: 1 sikap mental mengutamakan prioritas; 2 sikap mental mengambil risiko; 3 sikap mental
inovatif, 4 sikap mental yang mengunggulkan kerja keras; 5 sikap mental
22 menghargai waktu; 6 sikap memiliki motivasi berprestasi; 7 sikap mental
percaya diri; 8 sikap mental tanggung jawab individual. Dari kedelapan atribut tersebut, diujikan terhadap responden yang
merupakan pengurus koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong. Secara umum, dari semua responden yang diteliti memiliki pandangan yang modern terhadap
kedelapan tema sikap. Melalui Uji Koefisien Rank Spearman diperoleh hasil bahwa variabel modernitas sikap kewirausahaan tidak memiliki korelasi dengan
keberhasilan koperasi. Hal ini dilihat dari
ρ
hitung yang lebih kecil
dibandingkan
ρ
tabel, yang berarti bahwa modernitas sikap kewirausahaan pengurus tidak berhubungan dengan keberhasilan koperasi karyawan.
2.4. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah