8 yaitu tahun 2008-2010 Lampiran 8. Hal ini terkait pengelolaan bahan baku yang
kurang optimal, akibat dari harga bahan baku utama kedelai yang tidak stabil, selain itu terkait dengan kualitas SDM pelaku usaha yang relatif masih rendah,
terutama bidang manajemen. Menurut Sopanah 2009, jumlah UMKM yang meningkat belum diimbangi
dengan perkembangan kualitas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah KUMKM. Hal tersebut disebabkan karena beberapa KUMKM yang masih
menghadapi permasalahan klasik yaitu rendahnya produktivitas. Keadaan ini secara tidak langsung berkaitan dengan a rendahnya kualitas sumberdaya
manusia khususnya dalam manajemen, organisasi, teknologi, dan pemasaran; b lemahnya kompetensi kewirausahaan; c terbatasnya kapasitas UMKM untuk
mengakses permodalan, informasi teknologi dan pasar, serta faktor produksi lainnya Pakpahan, 2010.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar industri kecil adalah faktor
sumber daya manusia terkait dengan sikap kewirausahaan masing masing pelaku di dalamnya. Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji bagaimana modernitas
sikap kewirausahaan pelaku usaha serta kaitannya terhadap laba usaha kecil khususnya pengolahan tahu Serasi KWT Damai.
1.2 Perumusan Masalah
Unit usaha KWTD Tahu Serasi Bandungan merupakan industri kecil sektor pengolahan dan menjadi salah satu sentra oleh-oleh khas serta berperan
sebagai penyumbang PDRB bagi Kabupaten Semarang. Usaha Tahu Serasi telah menjalankan usaha lebih dari 10 tahun. Akan tetapi, perkembangan usaha ini
tidak terlalu signifikan. Hal ini ditandai dengan kapasitas produksi yang dihasilkan masih fluktuatif bahkan mengalami penurunan selama tiga tahun
terakhir 2008-2010. Selain itu, laba yang diperoleh selama tiga tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang tidak terlalu berarti sekitar 7 persen Lampiran 8.
Kendala tersebut diakibatkan oleh pengelolaan bahan baku yang masih belum optimal dan kualitas SDM yang relatif masih rendah sehingga berpengaruh
terhadap produktivitas. Keadaan ini secara tidak langsung berkaitan dengan a
9 rendahnya kualitas sumberdaya manusia khususnya dalam manajemen,
organisasi, teknologi, dan pemasaran; b lemahnya kompetensi kewirausahaan; c terbatasnya kapasitas UMKM untuk mengakses permodalan, informasi
teknologi dan pasar, serta faktor produksi lainnya. Lemahnya kompetensi kewirausahaan pada KWTD diakibatkan oleh peran
serta pemerintah Dinas Pertanian Propinsi Jawa Tengah yang mendominasi dalam hal pengembangan produk dan inovasi melalui pelatihan dan pembinaan
yang dilakukan secara rutin. Selain itu, pihak pemerintah juga memberikan bantuan berupa modal usaha dan peralatan produksi. Hal tersebut menyebabkan
tingkat ketergantungan KWTD terhadap pemerintah menjadi tinggi. Padahal, untuk mencapai sebuah keberhasilan usaha diperlukan kemandirian yang
merupakan salah satu ciri sikap wirausaha. Salah satu target yang ingin dicapai oleh KWTD Tahu Serasi Bandungan
adalah menjadi unit usaha unggulan dan menjadi icon produsen oleh-oleh khas Kabupaten Semarang, khususnya objek wisata Bandungan. Target tersebut dapat
diwujudkan apabila misi dan tujuan usaha dijalankan dengan baik. Kelangsungan usaha Tahu Serasi Bandungan menjadi prioritas KWTD.
Oleh sebab itu, kemandirian menjadi salah satu hal yang ingin diwujudkan oleh unit usaha untuk mengurangi tingkat ketergantungan terhadap pemerintah. Sikap
mandiri yang dipupuk masing-masing anggota sebagai unsur manusia yang menjalankan unit usaha diharapkan dapat menjaga kelangsungan usaha sekaligus
mengantisipasi apabila suatu saat terlepas dari bantuan pemerintah. Industri kecil dalam sektor ini diharapkan mampu bertahan dan bersaing dengan industri
lainnya meskipun dengan menggunakan tingkat teknologi yang pada umumnya masih sederhana. Daya saing produk dapat ditingkatkan dengan adanya suatu
inovasi yang terkait dengan sikap kewirausahaan pelaku bisnis dalam mengembangkan usahanya, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Sikap kewirausahaan yang modern merupakan ciri sikap yang melekat
pada diri seorang wirausaha berhasil. Adapun atribut modernitas sikap kewirausahaan tersebut meliputi: 1 sikap mental mengutamakan prioritas; 2
sikap mental mengambil risiko; 3 sikap mental inovatif; 4 sikap mental yang
10 mengunggulkan kerja keras; 5 sikap mental menghargai waktu; 6 sikap
memiliki motivasi berprestasi; 7 sikap mental berprestasi; 8 sikap mental tanggung jawab individual. Pengalaman yang dimiliki anggota dalam
menjalankan usaha Tahu Serasi lebih dari 10 tahun serta pengetahuan yang diperoleh melalui pelatihan dan pembinaan akan mempermudah anggota untuk
mengadopsi modernitas sikap kewirausahaan. Modernitas sikap kewirausahaan yang dimiliki oleh masing-masing individu diharapkan dapat menentukan
keberhasilan dan kelangsungan usaha. Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana modernitas sikap kewirausahaan pelaku usaha KWTD Tahu
Serasi Bandungan? 2.
Bagaimana hubungan masing-masing tema sikap kewirausahaan terhadap keberhasilan unit usaha KWTD Tahu Serasi Bandungan terkait dengan
modernitas sikap kewirausahaan yang dimiliki? 3.
Bagaimana hubungan modernitas sikap kewirausahaan pelaku usaha terhadap keberhasilan unit usaha KWTD Tahu Serasi Bandungan yang
dijalankan?
1.3 Tujuan