72 menjalankan usaha bersama seharusnya risiko juga ditanggung bersama.
Responden menganggap bahwa kesediaan bertanggung jawab merupakan suatu tanggung jawab yang memang harus dijalankan karena usaha tersebut hasil
usaha bersama. Bila setiap tema sikap kewirausahaan dibandingkan, ternyata tema sikap
tentang motivasi berprestasi menunjukkan skor modernitas yang tertinggi modern yaitu sebesar 3,36. Sedangkan, tema sikap pengambilan risiko,
menunjukkan skor modernitas terendah tidak modern yaitu sebesar 2,95. Pada tema sikap pengambilan risiko, responden dikategorikan belum cukup
modern. Hal ini karena mereka cenderung tidak berani dalam mengambil risiko yang dapat membahayakan kelangsungan usaha.
6.2. Hubungan Antara Masing-masing Tema Modernitas Sikap
Kewirausahaan dengan Keberhasilan Unit Usaha KWTD Tahu Serasi Bandungan
Berdasarkan hasil uji korelasi Chi Square ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara masing-masing tema modernitas sikap kewirausahaan dengan
variabel keberhasilan usaha. Secara keseluruhan, tema sikap A, B, C, D, E, F, G, dan H dapat disimpulkan tidak memiliki hubungan yang nyata dengan
keberhasilan usaha. Hal ini terlihat dari hasil output SPSS yang dapat dilihat pada Lampiran 12.
Berdasarkan output SPSS 15.0 For Windows, ditemukan bahwa nilai ρ
0.198 alpha 15 persen. Dengan demikian, jika berdasarkan hipotesis awal maka terima H
yaitu antara tema sikap A dengan keberhasilan usaha saling bebas tidak berhubungan.
Hal tersebut tidak jauh berbeda terhadap tujuh tema sikap kewirausahaan lainnya. Berdasarkan hasil uji korelasi Chi square, nilai korelasi antara variabel
tema sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha menunjukkan nilai ρ lebih
besar dari alpha 0,15 atau taraf kesalahan 15 persen. Adapun hasil output SPSS dapat dilihat pada Lampiran 12. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
masing-masing tema sikap yang berkaitan dengan modernitas sikap kewirausahaan responden ternyata tidak ada hubungannya dengan keberhasilan
usaha.
73
Tabel 14. Nilai Korelasi Chi Square Masing-masing Modernitas Tema Sikap
Kewirausahaan dengan Keberhasilan Usaha
No. Tema Sikap
Nilai Korelasi 1. Mengutamakan
prioritas 0.198
2. Pengambilan risiko
0.830 3. Keinovatifan
0.943 4. Kerja
keras 0.471
5. Menghargai waktu
0.156 6. Motivasi
berprestasi 0.630
7. Percaya diri
0.156 8.
Tanggung jawab individual 0.406
Berdasarkan nilai korelasi dari hasil pengolahan data yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa dari delapan tema sikap kewirausahaan yang diujikan
dalam penelitian ini yaitu tema sikap mengutamakan prioritas, pengambilan risiko, keinovatifan, kerja keras, menghargai waktu, motivasi berprestasi,
percaya diri, dan tanggung jawab individual secara keseluruhan memiliki nilai korelasi lebih dari alpha 15 persen. Dengan demikian, pada kasus ini
menunjukkan bahwa ternyata tingkat modernitas dari ke delapan tema sikap kewirausahaan tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap keberhasilan usaha.
Antara sikap yang modern dan tidak modern memiliki peluang yang sama untuk mencapai keberhasilan usaha. Adapun penjelasan dari masing-masing tema
sebagai berikut: 1.
Mengutamakan Prioritas Berdasarkan skor modernitas rata-rata yang diperoleh, tema sikap
mengutamakan prioritas termasuk dalam kategori modern. Kecenderungan modern didasarkan atas keputusan untuk memanfaatkan peluang kredit dan
dana serta pemahaman tentang prioritas yang diutamakan untuk kepentingan dirinya dan keberhasilan usahanya. Selain itu, responden beranggapan bahwa
mencari informasi terkait dengan jenis kredit yang akan digunakan menjadi salah satu hal penting.
74 Jika dilihat dari hasil output pada crosstab, sebanyak 43 persen
merupakan responden yang tidak modern dan berhasil dalam menjalankan usaha. Sebanyak 47,5 persen responden memiliki kecenderungan yang
modern dan berhasil. Perbedaan jumlah persentase yang tidak terlalu jauh tersebut mengindikasikan bahwa tema sikap mengutamakan prioritas tidak
terlalu mempengaruhi keberhasilan usaha. Bahkan, sebanyak 9,5 persen responden yang memiliki sikap modern namun tidak berhasil. Sementara,
tidak ada satu pun responden yang memiliki kecenderungan tidak modern terhadap tema sikap mengutamakan prioritas dan dinyatakan tidak berhasil.
Jika dianalisis lebih lanjut, responden dengan kecenderungan modern namun tidak berhasil memiliki tingkat pendidikan terakhir relatif tinggi yaitu
SMA, sehingga akan lebih mudah mengadopsi ciri-ciri sikap modern. Responden memiliki kecenderungan untuk membuat keputusan dalam
memanfaatkan peluang kredit dan informasi yang ada. Namun, kecenderungan tersebut lebih diutamakan dalam usaha lain yang lebih
diprioritaskan. Usaha tahu serasi sebagai sampingan, sehingga tidak terlalu difokuskan untuk menghidupi keluarga.
Tabel 15. Hasil Crosstab Uji Korelasi Chi Square Tema Sikap
Mengutamakan Prioritas
Kategori Keberhasilan
Total Tidak Berhasil
Berhasil Tema Sikap
Mengutamakan proritas
Tidak Modern 0 0
9 43 9
Modern 2 9,5
10 47,5 12
Total 2 19
21
Tema sikap mengutamakan prioritas tidak memiliki hubungan secara nyata terhadap keberhasilan usaha, dilihat dari uji korelasi Chi Square. Hal ini
karena anggota KWT Damai dalam menentukan sebuah keputusan terkait dengan kelangsungan usaha tidak dilakukan oleh masing-masing individu
pelaku usaha. Akan tetapi, segala jenis keputusan terkait dengan pemanfaatan kredit, peluang perolehan dana dan informasi dilakukan oleh beberapa orang
pengurus yang terdiri oleh ketua, sekretaris, dan bendahara saja. Meskipun
75 masing-masing anggota memiliki sikap yang modern dalam hal menentukan
prioritas utama, tapi dalam pengelolaan usaha diatur oleh beberapa orang pengurus KWT Damai. Sementara anggota tidak memiliki kesempatan untuk
menentukan sendiri-sendiri keputusan terkait dengan usaha yang dijalankan. Hal ini karena usaha merupakan usaha milik bersama atau kelompok.
Sehingga, dalam pengambilan keputusan terkait kelangsungan usaha diserahkan kepada pengurus dengan mengutamakan kepentingan bersama.
Perolehan dana maupun pemanfaatan informasi yang ada digunakan untuk kepentingan usaha kelompok dan tidak dikelola oleh masing-masing
anggota secara individu. Dana yang diperoleh digunakan untuk keperluan pabrik milik kelompok dan dikelola oleh pengurus sebagai pemegang
keputusan. Sementara, anggota hanya sebagai pemasar dari produk dan tidak turut serta dalam pengelolaan dana dan pengambilan keputusan. Hal ini
menyebabkan tema sikap mengutamakan prioritas dari responden tidak berkorelasi dengan keberhasilan usaha.
2. Pengambilan Risiko
Tingkat modernitas sikap dalam pengambilan risiko ditentukan dari keputusan responden dalam memilih jenis risiko usaha tidak hanya
didasarkan atas faktor keinginan untuk mendapatkan keuntungan besar tapi juga berdasarkan pada perhitungan dan kemampuan serta keahlian responden
dalam mengelola usahanya menuju keberhasilan. Skor modernitas rata-rata responden menunjukkan kecenderungan yang
tidak modern terhadap tema pengambilan risiko. Responden lebih memilih untuk menghindari risiko usaha yang terlalu tinggi dan menjalankan usaha
dengan risiko serendah mungkin. Berdasarkan hasil crosstab, sebagian besar responden 52 persen
memiliki kecenderungan modern terhadap tema sikap pengambilan risiko dan berhasil dalam usahanya. Sebanyak 38 persen responden memiliki sikap
tidak modern tetapi berhasil. Sementara responden dengan kriteria tidak modern dan tidak berhasil serta modern dan tidak berhasil, masing-masing
sebanyak 5 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
76 responden yang memiliki sikap untuk mengambil risiko sedang berhasil
dalam usahanya. Namun, sebagian yang lain ternyata juga berpeluang untuk berhasil meskipun tidak memiliki sikap yang modern terhadap tema sikap
pengambilan risiko.
Tabel 16. Hasil Crosstab Uji Korelasi Chi Square Tema Sikap Pengambilan
Risiko
Kategori Keberhasilan
Total Tidak Berhasil
Berhasil Tema Sikap
Pengambilan risiko
Tidak Modern 1 5
8 38 9
Modern 1 5
11 52 12
Total 2 19
21
Pengambilan jenis risiko terkait dengan pengambilan keputusan pelaku usaha. Usaha tahu serasi merupakan usaha milik kelompok dimana dalam
pengelolaannya berdasarkan pada kepentingan bersama. Jenis risiko yang dapat ditimbulkan dan besar pengaruhnya terhadap usaha tahu serasi antara
lain risiko produksi, risiko harga, dan risiko pemasaran. Sikap mental masing-masing responden terkait pengambilan risiko tidak berpengaruh
terhadap keberhasilan usaha. Hal tersebut disebabkan masing-masing risiko tersebut tidak sepenuhnya ditanggung oleh individu sebagai anggota
kelompok, tetapi ditanggung bersama sebagai kelompok. Adapun pengambilan keputusan terkait produksi dan harga ditentukan oleh pengurus,
sementara anggota hanya berperan sebagai pemasar produk di kios masing- masing.
3. Keinovatifan
Kecenderungan responden dalam menanggapi sikap mental keinovatifan termasuk dalam kategori tidak modern. Kemauan dan minat
berinovasi dari masing-masing anggota masih kurang. Responden kurang peka dalam melakukan pembaharuan dan mewujudkan usaha baru.
77 Responden lebih mengutamakan keuntungan usaha ketika usaha sedang
berjalan bukan berfokus pada kelangsungan usaha. Sebanyak 43 persen responden memiliki sikap yang tidak modern
terhadap keinovatifan tetapi berhasil. Responden dengan kriteria modern dan berhasil sebanyak 47 persen. Sedikit lebih banyak, namun dengan selisih
yang tidak jauh berbeda. Responden dengan tingkat keinovatifan yang tinggi maupun tidak, ternyata memiliki peluang untuk mencapai keberhasilan
usaha. Hal tersebut yang menyebabkan tidak adanya korelasi antara tema sikap keinovatifan dengan keberhasilan usaha.
Tabel 17. Hasil Crosstab Uji Korelasi Chi Square Tema Sikap Keinovatifan
Kategori Keberhasilan
Total Tidak Berhasil
Berhasil Tema Sikap
Keinovatifan Tidak Modern
1 5 9 43
10 Modern
1 5 10 47
11 Total 2
19 21
Sikap mental keinovatifan responden tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap keberhasilan usaha berarti bahwa responden yang inovatif
maupun tidak inovatif, tidak ada pengaruhnya terhadap keberhasilan usaha. Pada usaha tahu serasi, adanya inovasi yang dilakukan di tentukan oleh
kelompok bukan secara individu. Hal ini agar produk yang dihasilkan dapat seragam satu sama lain karena merupakan produk yang menggunakan label
kelompok. Dengan demikian, masing-masing anggota memiliki keterbatasn dalam mengambil keputusan untuk pengembangan usaha melalui
kemampuannya dalam menemukan ide-ide baru yang dapat bermanfaat untuk meningkatkan keberhasilan usaha.
Ide-ide baru dan inovasi baik dalam hal produk maupun teknis produksi dan pengelolaan usaha biasanya diperoleh dari pihak eksternal seperti Dinas
Pertanian, universitas setempat melalui program diklat, penyuluhan, pembinaan dan KKN mahasiswa. Hal ini karena tahu serasi merupakan
produk oleh-oleh khas atau icon yang dapat menarik minat pengunjung atau
78 wisatawan khususnya bagi Kabupaten Semarang. Oleh sebab itu, lembaga
terkait memberikan perhatian dan dukungan penuh terhadap usaha tersebut.
4. Kerja Keras
Usaha dan kerja keras diperlukan untuk mencapai suatu hasil kerja yang maksimal. Fokus pada pekerjaan adalah hal yang penting untuk mencapai
suatu keberhasilan. Berdasarkan hasil penelitian, responden cenderung sudah modern dalam menanggapi tema sikap kerja keras.
Seseorang yang mempunyai pandangan kewirausahaan yang modern akan bersikap optimis tidak pasrah terhadap nasib dan memiliki keyakinan
bahwa setiap usaha suatu saat akan berkembang mencapai hasil yang memuaskan. Sehingga, sikap mental mengunggulkan kerja keras dibutuhkan
untuk pencapaian hasil yang maksimal. Sikap kerja keras merupakan sikap terarah yang mengacu pada kemampuan untuk selalu terlibat dalam situasi
kerja dan tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai. Berdasarkan hasil crosstab terlihat bahwa persentase responden dengan
kriteria modern terhadap tema sikap kerja keras dan berhasil paling besar yaitu 71,5 persen. Sementara, sebanyak 19 persen responden memiliki
kecenderungan sikap yang tidak modern, namun berhasil. Sedangkan, sebanyak 9,5 persen merupakan responden yang memiliki kecenderungan
sikap modern dan tidak berhasil. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mengunggulkan kerja keras, pada umumnya berhasil
dalam berusaha.
Tabel 18. Hasil Crosstab Uji Korelasi Chi Square Tema Sikap Kerja Keras
Kategori Keberhasilan
Total Tidak Berhasil
Berhasil Tema Sikap
Kerja keras Tidak Modern
0 0 4 19
4 Modern
2 9,5 15 71,5
17 Total 2
19 21
79 Berdasarkan uji korelasi Chi Square, ditemukan bahwa tidak ada
hubungan yang nyata antara tema sikap kerja keras dengan keberhasilan usaha. Hal ini karena usaha tahu serasi yang dijalankan masing-masing
anggota bukan merupakan mata pencaharian yang utama untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Masing-masing anggota memiliki pekerjaan lain yang
lebih diutamakan disamping melakukan pemasaran tahu serasi. Produksi dan penjualan tahu serasi tidak dilakukan setiap hari, tetapi pada hari Sabtu,
Minggu, dan hari libur nasional saja, sehingga hari biasa digunakan untuk melakukan pekerjaan utama.
Sikap mental kerja keras yang dimiliki oleh masing-masing anggota lebih diutamakan untuk menjalankan pekerjaan yang bukan sampingan. Mata
pencaharian yang dilakukan oleh responden antara lain sebagai karyawan hotel, petani, guru, penjaga toko, pekerja pabrik, pegawai kecamatan, dan
penjaga vila. Sementara, usaha tahu serasi merupakan usaha sampingan agar mendapatkan tambahan biaya hidup. Oleh sebab itu, sikap mental kerja keras
responden tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap keberhasilan usaha kelompok. Meskipun usaha yang dijalankan sudah lebih dari sepuluh tahun,
hasil usaha relatif stagnan karena responden tidak terlalu menggantungkan hidup dari usaha tersebut.
5. Menghargai Waktu
Pandangan tentang sikap menghargai waktu terkait dengan bagaimana sesorang menyikapi ketepatan waktu dan ketepatan janji yang telah dibuat.
Tingkat toleransi seseorang terhadap ketidaktepatan waktu dalam menjalankan seluruh aktivitasnya menjadi salah satu ciri seorang
wirausahawan. Sebanyak 47,5 persen responden yang memiliki kecenderungan yang
tidak modern terhadap tema sikap menghargai waktu ternyata berhasil dalam menjalankan usaha. Sementara, 43 persen reponden yang memiliki sikap
modern dan berhasil dalam menjalankan usaha. Responden yang modern namun tidak berhasil sebanyak 9,5 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa
80 tema sikap menghargai waktu belum menjadi hal yang diprioritaskan dalam
menjalankan usaha tahu serasi.
Tabel 19. Hasil Crosstab Uji Korelasi Chi Square Tema Sikap Menghargai
Waktu
Kategori Keberhasilan
Total Tidak Berhasil
Berhasil Tema Sikap
Menghargai waktu
Tidak Modern 0 0
10 47,5 10
Modern 2 9,5
9 43 11
Total 2 19
21
Hasil uji korelasi Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan antara sikap mental menghargai waktu dengan keberhasilan usaha. Jika dilihat dari
skor modernitas rata-rata responden menunjukkan kecenderungan pandangan yang tidak modern terhadap tema sikap tersebut. Peraturan yang ditetapkan
oleh KWT Damai relatif fleksibel dan tidak menerapkan sanksi tegas mengakibatkan anggota tidak merasa diharuskan untuk mematuhi SOP
secara ketat dan disiplin waktu. Penjadwalan dalam hal produksi sampai pemasaran sudah ditetapkan secara kontinu oleh pengurus KWT. Rapat dan
pertemuan rutin bukan merupakan hal yang diwajibkan bagi anggota. Beragam kesibukan dan keperluan yang beragam menyebabkan
responden memaklumi keterlambatan waktu dan pembatalan janji. Adapun pengambilan keputusan pada rapat lebih didominasi oleh pengurus karena
dianggap lebih berpengalaman dan memiliki kompetensi. Hal tersebut menyebabkan anggota beranggapan bahwa sikap menghargai waktu dalam
melakukan aktivitas usaha tidak berpengaruh terhadap kinerja usaha.
6. Motivasi Berprestasi
Seorang wirausaha yang modern berambisi untuk mencapai prestasi dan berusaha untuk mencapai kinerja walaupun ia mengalami kegagalan.
Berdasarkan skor modernitas rata-rata yang diperoleh, responden memiliki tanggapan yang modern terhadap sikap mental motivasi berprestasi. Akan
81 tetapi, uji korelasi Chi Square menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan antara tema sikap motivasi berprestasi dengan keberhasilan usaha. Apabila dilihat dari hasil crosstab, mayoritas responden yaitu 81 persen
memiliki kecenderungan yang modern terhadap tema sikap motivasi berprestasi dan berhasil dalam menjalankan usaha. Sedangkan, sebanyak 9,5
persen responden merupakan responden yang tidak berhasil namun memiliki sikap yang modern, begitu pula dengan reponden yang modern dan tidak
berhasil. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memilki motivasi berprestasi yang tinggi, pada umumnya berhasil dalam
menjalankan usaha.
Tabel 20. Hasil Crosstab Uji Korelasi Chi Square Tema Sikap Motivasi
Berprestasi
Kategori Keberhasilan
Total Tidak Berhasil
Berhasil Tema Sikap
Motivasi berprestasi
Tidak Modern 0 0
2 9,5 2
Modern 2 9,5
17 81 19
Total 2 19
21
Usaha tahu serasi yang dikelola oleh KWT Damai memiliki ketentuan yang mengikat anggota sebagai pelaku usaha dan pemasar produk. Anggota
diwajibkan menjual minimal sepuluh bungkus produk tahu serasi setiap melakukan penjualan pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur. Peraturan yang
ditetapkan oleh pihak kelompok relatif fleksibel dan tidak menerapkan sistem reward maupun punisment. Hal tersebut menyebabkan anggota merasa bahwa
dengan menjual produk dengan jumlah batas minimal tidak akan merugi. Target dan tujuan usaha yang kurang maksimal mengakibatkan motivasi yang
sudah ada dalam diri masing-masing individu tidak berkembang.
7. Percaya Diri
Sikap percaya diri mengacu pada kemampuan sendiri, tidak ragu-ragu dalam bertindak dan selalu optimis dalam segala hal situasi. Sikap modern
82 adalah sikap yang selalu optimis dan tidak ragu melakukan dan
menyelesaikan pekerjannya. Responden yang memiliki kecenderungan modern terhadap tema sikap
percaya diri dan berhasil sebanyak 43 persen. Sedangkan, 47,5 persen responden memiliki sikap yang tidak modern tapi berhasil. Sementara
sebanyak 9,5 persen responden memiliki sikap yang modern dan tidak berhasil. Hal tersebut menunjukkan bahwa tema sikap percaya diri belum
dapat dipastikan menentukan keberhasilan usaha.
Tabel 21. Hasil Crosstab Uji Korelasi Chi Square Tema Sikap Percaya Diri
Kategori Keberhasilan
Total Tidak Berhasil
Berhasil Tema Sikap
percaya diri Tidak Modern
0 0 10 47,5
10 Modern
2 9,5 9 43
11 Total 2
19 21
Berdasarkan skor modernitas rata-rata responden, tingkat percaya diri responden tergolong tinggi. Responden menunjukkan sikap yang optimis
dalam melakukan sesuatu. Tidak adanya hubungan antara tema sikap percaya diri dengan keberhasilan usaha karena peran anggota hanya sebagai pemasar
produk dimana tingkat kepercayaan diri tidak terlalu mendominasi dan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan unit usaha.
8. Tanggung Jawab Individual
Tanggung jawab individual terkait bagaimana individu merasakan dan menerima hasil dari kesuksesan atau akibat dari kegagalan yang dihadapi.
Besar keinginan untuk bertanggung jawab ada kaitannya dengan kebebasan individu dalam membuat keputusan sendiri terutama dalam hal
perkembangan usaha. Berdasarkan tabel crosstab, sebanyak 66,5 persen responden memiliki
kecenderungan yang modern terhadap tema sikap tanggung jawab individual dan berhasil dalam menjalankan usaha. Sebanyak 24 persen responden
83 memiliki sikap yang tidak modern tapi berhasil. Sedangkan, sebanyak 9,5
persen adalah responden dengan sikap modern dan tidak berhasil. Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden yang memiliki sikap
tanggung jawab individual pada umumnya berhasil dalam menjalankan usaha.
Tabel 22. Hasil Crosstab Uji Korelasi Chi Square Tema Sikap Tanggung
Jawab Individual
Kategori Keberhasilan
Total Tidak Berhasil
Berhasil Tema Sikap
tanggung jawab individual
Tidak Modern 0 0
5 24 5
Modern 2 9,5
14 66,5 16
Total 2 19
21
Berdasarkan uji korelasi Chi Square, menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara tema sikap tanggung jawab dengan keberhasilan
usaha. Hal ini berkaitan dengan kebebasan individu dalam membuat keputusan sendiri yang terbatas. Adapun pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan perkembangan usaha ditentukan oleh beberapa orang yang dipercaya dan dianggap berkompeten di dala kelompok. Sementara,
anggota menjalankan keputusan yang telah disepakati bersama. Sehingga, tema sikap tanggung jawab individual menjadi tidak dominan dan tidak
memberikan pengaruh maupun kontribusi terhadap perkembangan usaha.
6.3. Hubungan Antara Modernitas Sikap Kewirausahaan dengan