36 menerima karyawan manapun; 3 membentuk budaya dan struktur organisasi
secara tepat. Budaya perusahaan adalah kode pelaksanaan khusus dan tak tertulis yang mengatur tingkah laku, sikap, hubungan, dan gaya organisasi; dan 4
mengatasi tantangan dalam memotivasi pekerja. Kriteria keberhasilan usaha skala kecil menurut Ghost et al dalam
Riyanti 2003 tentang wirausaha kecil di Singapura menggunakan beberapa kriteria untuk mengukur keberhasilan usaha, antara lain menggunakan net profit
growth, sales revenue growth laba penjualan, return of investment laba setelah pajak, dan market share pangsa pasar. Selain itu, kriteria keberhasilan usaha
kecil apabila terjadi peningkatan dalam akumulasi modal, jumlah produksi, jumlah pelanggan, perluasan usaha, dan perbaikan sarana fisik. Di samping itu
kepuasan kerja juga dapat menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan karena kepuasan kerja merupakan prakondisi bagi tingkat produktivitas, tanggung
jawab, kualitas dan customer service. Kunci keberhasilan usaha skala kecil menurut Plotkin, Duncan serta
Wilkin Sons dalam Riyanti 2003 menyimpulkan bahwa usaha kecil berhasil karena wirausaha memiliki otak cerdas yaitu kreatif, memiliki rasa ingin tahu,
mengikuti perkembangan teknologi, kemudian menerapkannya secara produktif, keterampilan wirausaha untuk mengenali pasar khusus dan mengembangkan
usahanya di pasar tersebut serta mengenali trend produk di pasar lebih cepat dari pesaing, di samping kualitas dan relasi dengan pelanggan.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Kewirausahaan dapat menjadi salah satu solusi dalam mengurangi tingkat pengangguran dan pengentasan kemiskinan. Kewirausahaan memiliki peran
dalam membantu peningkatan penyerapan tenaga kerja di suatu daerah. Salah satu pengembangan konsep kewirausahaan dapat diterapkan pada usaha mikro
kecil dan menengah. Potensi usaha kecil masih dapat dikembangkan, baik dalam produktivitas maupun daya saing sehingga dapat mencapai keberhasilan
sekaligus menambah daya tampung tenaga kerja daerah.
37 Usaha mikro kecil sektor pengolahan menjadi salah satu sektor yang
berperan dalam penyumbang PDRB tertinggi dalam struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang sejak tahun 2003 yaitu sebesar 42,45 persen,
artinya sektor ini tidak hanya memenuhi Kabupaten Semarang saja, namun memenuhi kebutuhan dari luar daerah lainnya. Dengan kata lain, sektor ini
merupakan sektor yang berpotensi ekspor. Namun, jumlah penyerapan kerja tidak signifikan jika dibandingkan dengan industri besar, selain itu dari tahun ke
tahun usaha kecil sektor pengolahan belum menunjukkan perkembangan yang berarti.
Usaha mikro kecil sektor pengolahan kedelai, tahu serasi Kecamatan Bandungan merupakan salah satu sentra bisnis oleh-oleh khas daerah yang turut
berperan dalam menyumbang PDRB daerah. Namun, perkembangan usaha ini tidak terlalu signifikan. Hal ini ditandai dengan kapasitas produksi yang
dihasilkan masih fluktuatif bahkan mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir 2008-2010. Kendala tersebut diakibatkan oleh pengelolaan bahan baku
yang masih belum optimal dan kualitas SDM yang relatif masih rendah sehingga berpengaruh terhadap produktivitas. Keadaan ini secara tidak langsung berkaitan
dengan a rendahnya kualitas sumberdaya manusia khususnya dalam manajemen, organisasi, teknologi, dan pemasaran; b lemahnya kompetensi
kewirausahaan; c terbatasnya kapasitas UMKM untuk mengakses permodalan, informasi teknologi dan pasar, serta faktor produksi lainnya. Hal ini tentu
berpengaruh terhadap pencapaian keberhasilan unit bisnis KWTD. Lemahnya kompetensi kewirausahaan pada KWTD diakibatkan oleh peran
serta pemerintah Dinas Pertanian Propinsi Jawa Tengah yang mendominasi dalam hal pengembangan produk dan bantuan modal. Hal tersebut menyebabkan
tingkat ketergantungan KWTD terhadap pemerintah menjadi tinggi. Padahal, untuk mencapai sebuah keberhasilan usaha diperlukan kemandirian yang
merupakan salah satu ciri sikap wirausaha. Kemandirian menjadi salah satu hal yang ingin diwujudkan oleh unit usaha
untuk mengurangi tingkat ketergantungan terhadap pemerintah. Sikap mandiri yang dipupuk masing-masing anggota sebagai unsur manusia yang menjalankan
38 unit usaha diharapkan dapat menjaga kelangsungan usaha sekaligus
mengantisipasi apabila suatu saat terlepas dari bantuan pemerintah Untuk menghadapi tantangan tersebut diperlukan sumber daya manusia
yang dapat menciptakan suatu keunggulan agar suatu usaha dapat mencapai keberhasilan, diantaranya adalah wirausaha melalui proses kreatif dan inovatif.
Untuk mencapai suatu keberhasilan tersebut, salah satunya adalah dengan memperhatikan faktor sumber daya manusia yang terkait dengan modernitas
sikap kewirausahaan. Sebagian besar keberhasilan usaha, khususnya usaha kecil, sangat ditentukan oleh faktor wirausaha.
Faktor internal seorang wirausaha yang dapat mempengaruhi keberhasilan yang paling utama adalah sikap. Faktor tersebut memiliki peranan yang penting
karena akan menentukan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan oleh seseorang tanpa dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sikap ditentukan oleh
keyakinan beliefs seseorang terhadap sesuatu ketika melakukan suatu perilaku yang telah diyakininya. Dengan adanya sikap kewirausahaan dari masing-
masing pelaku usaha akan membantu agar suatu usaha dapat berkembang dan mencapai keberhasilan.
Pada penelitian ini dilihat modernitas sikap kewirausahaan pelaku usaha. Sikap modern dalam berwirausaha yang banyak diacu merupakan pandapat
beberapa ahli, diantaranya Mc Clelland, Inkeles, Hagen dan para ahli lainnya, serta modifikasi dari peneliti. Modernitas sikap kewirausahaan dilihat dari
beberapa indikator diantaranya : 1 mengutamakan prioritas; 2 pengambilan risiko; 3 keinovatifan; 4 sikap terhadap kerja; 5 penghargaan terhadap
waktu; 6 motivasi berprestasi; 7 sikap percaya diri; 8 tanggung jawab individual. Kedelapan atribut sikap kewirausahaan tersebut merupakan atribut
sikap yang melekat pada seseorang usahawan yang berhasil. Dari kedelapan indikator tersebut kemudian diukur tingkat kemodernan
sikap masing-masing individu pelaku usaha. Alat analisis yang digunakan untuk pengukuran atribut tersebut berupa rumus skor modernitas Prasodjo, 1987.
Dari rumus tersebut dibuat kategori modernitas sikap kewirausahaan, mencakup 2 tingkat yakni modern dan tidak modern. Dari total rata-rata perhitungan
tersebut dapat diketahui tingkat modernitas sikap kewirausahaan pelaku usaha
39 unit bisnis Tahu Serasi Bandungan. Untuk kategori modern memiliki skor
modernitas berkisar antara 3 sampai dengan 4, sedangkan untuk kategori sikap yang tidak modern skornya berkisar antara 1 sampai dengan 2,99.
Selanjutnya untuk mengetahui tentang bagaimana hubungan modernitas sikap kewirausahaan pelaku usaha dengan keberhasilan unit bisnis KWTD tahu
serasi Bandungan digunakan alat analisis dengan menggunakan rumus Korelasi Chi Square. Hasil analisis diperoleh dengan mengintegrasikan skor modernitas
rata-rata pelaku usaha pada unit bisnis KWTD tahu serasi Bandungan pada rumus Korelasi Chi Square. Dari hasil perhitungan akan diperoleh suatu
keputusan uji apakah modernitas sikap kewirausahaan pelaku usaha pada unit usaha KWTD Tahu Serasi Bandungan berhubungan atau tidak dengan
keberhasilan unit bisnis. Dalam hal ini indikator yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan unit usaha adalah peningkatan jumlah laba tiga tahun
terakhir 2008-2010.
40
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Kewirausahaan dan sektor industri kecil merupakan salah satu solusi dalam membantu peningkatan penyerapan tenaga kerja
Unit Usaha Tahu Serasi KWT Damai dalam perkembangannya tidak terlalu siginifikan
a lemahnya kompetensi kewirausahaan akibat dominasi
pemerintah; b rendahnya kualitas sumberdaya manusia khususnya dalam manajemen, organisasi, teknologi, dan
pemasaran; c terbatasnya kapasitas UMKM untuk mengakses permodalan, informasi teknologi dan pasar.
Modernitas Sikap Kewirausahaan - Mengetahui prioritas utama
- Pengambilan risiko - Keinovativan
- Penghargaan terhadap waktu - Kerja keras
- Motivasi berprestasi - Percaya diri
- Tanggung jawab individual
Tingkah Laku Keberhasilan Unit Usaha
peningkatan jumlah laba
Rumus Korelasi Chi Square: Analisis uji hubungan antara modernitas sikap kewirausahaan dengan
keberhasilan usaha Unit Usaha Tahu Serasi Bandungan berperan sebagai salah
satu penyumbang PDRB Kabupaten Semarang
Rumus skor modernitas : Analisis tingkat modernitas
pelaku usaha
41
3.3. Hipotesis