keputusan ini akan ditandatangani oleh Menteri Keuangan, Instansi yang memerlukan tanah, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Permasalahan yang terjadi dalam pengadaan lahan di Indonesia adalah tidak tegasnya hukum yang mengatur permasalahan ini. Aturan pengadaan lahan
tidak secara tegas menetapkan besarnya harga tanah yang akan diserahkan. Sehingga akan sulit tercapai kesepakatan antara panitia dan pemilik tanah karena
harus melalui musyawarah yang mufakat. Jika demi kepentingan umum semestinya pemerintah memiliki kewenangan untuk mencabut hak kepemilikan
tanah namun tetap sesuai denga aturan. Masalah terjadi ketika kesepakatan harga tanah sebelum pembangunan selalu berubah seiring akan dijalankannya
pembangunan jalan tol. Hal ini karena pemilik maupun makelar tanah menilai adanya potensi karena kebutuhan pemerintah akan lahan untuk pembangunan
sarana dan prasarana publik. Akibatnya ongkos pembebasan tanah membengkak, meningkatkan biaya pembangunan, serta tertundanya pembangunan jalan tol.
Selain itu mekanisme pembebasan lahan yang terlalu berbelit-belit membuat pembangunan jalan tol tertunda. Keadaan ini yang menyebabkan pihak
swasta tidak mau terlibat dengan masalah pengadaan lahan bahkan berinvestasi karena tingkat resiko paling tinggi dalam pembangunan jalan tol ada pada proses
pengadaan lahan. Sehingga pemerintah harus turun tangan dalam pengadaan lahan Sunito, F, 2007.
4.5.3 Regulasi yang tidak konsisten
Tarif merupakan pendapatan bagi badan yang menjalankan operasional jalan tol. Jika jalan tol dibangun berdasarkan kerjasama antara pemerintah dan
swasta maka tarif tol bisa dijadikan sebagai keuntungan bagi hasil bagi kedua belah pihak. Penetapan tarif beserta kenaikannya diatur dalam Undang-Undang
No 38 Tahun 2004 tentang jalan khususnya pasal 48 ayat 3, bahwa kenaikan tarif tol dilakukan setiap dua tahun sekali berdasarkan pengaruh laju inflasi. Kenaikan
tarif ini ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Namun ternyata bagi para investor, pemerintah tidak konsisten dalam
menjalankan regulasi yang mengatur tarif tol ini. Ternyata kenaikkan harga tol ini tidak selalu dilakukan pemerintah setiap dua tahun sekali, pemerintah selalu
menunda kenaikan tarif tol jika
saatnya tiba. Karena pemerintah
mempertimbangkan keberatan masyarakat sebagai konsumen. Namun bagi investor kenaikan tarif merupakan kenaikan pendapatan dan salah satu alas an
mengapa mereka ingin berinvestasi. Jika penundaan terus terjadi maka akan merugikan operator jalan tol dan
bisa menyebabkan berkurangnya ketertarikan swasta untuk berinvestasi. Namun jika kenaikan tarif terus dilakukan tentu hal ini akan membebani masyarakat
pemakai jalan tol. Sebenarnya keberatan masyarakat mengenai kenaikan tarif didasarkan oleh belum sepadannya antara tarif tol dengan pelayanan jalan tol.
Masyarakat berpendapat bahwa kondisi jalan tol yang mereka rasakan saat ini belum sepadan dengan kenaikan tarif yang seharusnya dilakukan setiap dua tahun
sekali, misalnya adalah kemacetan yang masih terjadi di jalan tol dan mobil derek yang seharusnya gratis ternyata tidak. Sedangkan bagi operator, tanpa pendapatan
yang memadai operator tidak bisa memperbaiki pelayanan kepada masyarakat.
Akibatnya ketika kenaikan tarif dilakukan, kenaikan melebihi laju inflasi yang terjadi. Seperti yang terjadi pada tahun 2010 ketika Jasa Marga hendak
menaikkan tarif tol bandara dan tol Cikampek sebesar 12. Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia sebagai pelindung konsumen bahwa laju inflasi
tidak mencapai 12. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS inflasi pada bulan Mei 2010 sebesar 0,29. Sedangkan laju inflasi Januari-Mei 2010 sebesar
1,44 dan laju inflasi Mei 2010 terhadap Mei 2009 sebesar 4,16. Ketidakkonsistenan regulasi akan menyebabkan kerugian bagi kedua belah
pihak, operator sebagai produsen dan pemakai jalan tol sebagai konsumen. Sehingga diperlukan regulasi yang bisa dijalankan dan menguntungkan kedua
belah pihak. Operator bisa melakukan penaikkan tarif tol sesuai dengan kondisi dan konsumen bisa mendapatkan pelayanan yang baik sesuai dengan aturan
Standar Pelayanan Minimal SPM.
4.6 Kebijakan Pemerintah Dalam Rangka Mempercepat Pembangunan Jalan Tol di Indonesia