pemerintah berasal dari pinjaman. Sehingga dana yang sudah ada harus kembali kepada pemerintah melalui pemberian kompensasi yang sesuai.
4.6.2 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol
Peraturan pemerintah ini dimaksudkan untuk melaksanakan Undang- Undang No 38 Tahun 2004 untuk pasal 43 hingga pasal 53 dan pasal 57 yang
berkaitan dengan jalan tol. Peraturan pemerintah ini lebih menegaskan mengenai aturan penyelenggaraan jalan tol secara keseluruhan hingga mengenai tugas dan
keorganisasian Badan Pengatur Jalan Tol yang memiliki wewenang dalam penyelenggaraan jalan tol di Indonesia.
Dalam peraturan pemerintah ini dijelaskan sumber pendanaan bagi pembangunan jalan tol yang berasal dari pemerintah, badan usaha, dan pemerintah
bekerjasama dengan badan usaha. Jalan tol yang didanai oleh pemerintah sepenuhnya adalah ruas jalan tol yang layak secara ekonomi tapi belum layak
secara finansial. Ruas jalan tol yang layak secara ekonomi tapi belum layak secara finansial juga bisa didanai oleh pemerintah bekerjasama dengan badan usaha.
Sedangkan jalan tol yang didanai oleh swasta adalah jalan tol yang layak secara ekonomi dan secara finansial.
Pembangunan jalan tol baik yang didanai pemerintah maupun swasta diatur oleh BPJT sebagai badan usaha yang memiliki kewenangan dalam
penyelenggaraan jalan tol. BPJT merupakan badan non structural yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada menteri. Dalam menjalankan
weenangnya BPJT memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
a. merekomendasikan tarif awal dan penyesuaian tarif tol kepada Menteri; b. melakukan pengambilalihan hak pengusahaan jalan tol yang telah selesai masa
konsesinya dan merekomendasikan pengoperasian selanjutnya kepada Menteri; c. melakukan pengambilalihan hak sementara pengusahaan jalan tol yang gagal
dalam pelaksanaan
konsesi, untuk
kemudian dilelangkan
kembali pengusahaannya;
d. melakukan persiapan pengusahaan jalan tol yang meliputi analisa kelayakan finansial, studi kelayakan, dan penyiapan amdal;
e. melakukan pengadaan investasi jalan tol melalui pelelangan secara transparan dan terbuka;
f. membantu proses pelaksanaan pembebasan tanah dalam hal kepastian tersedianya dana yang berasal dari Badan Usaha dan membuat mekanisme
penggunaannya; g. memonitor pelaksanaan perencanaan dan pelaksanaan konstruksi serta
pengoperasian dan pemeliharaan jalan tol yang dilakukan Badan Usaha dan; h. melakukan pengawasan terhadap Badan Usaha atas pelaksanaan seluruh
kewajiban perjanjian pengusahaan jalan tol dan melaporkannya secara periodik kepada Menteri.
Berdasarkan Perpres No 15 Tahun 2005 ini penentuan siapa yang akan membiayai pembangunan jalan tol atau membangun jalan tol ditentukan melalui
proses pelelangan. Secara bagan proses pelelangan ini telah digambarkan sebelumnya. Prinsip pelelangan ini dilakukan secara terbuka dan transparan oleh
panitia pelelangan yang dibentuk oleh BPJT. Pemenang pelelangan ditentukan
berdasarkan evaluasi yang dilakukan dan harus memenuhi criteria yang telah ditentukan. Pemenang akan disampaikan kepada BPJT yang kemudian kepala
BPJT mengajukan calon pemenang kepada menteri untuk diumumkan sebagai pemenang lelang.
Pemerintah melalui menteri mengadakan perjanjian pengusahaan jalan tol dengan Badan Usaha jalan tol. Perjanjian ini berisi aturan dan ketentuan
mengenai proses pengembalian jalan tol beserta fasilitasnya setelah masa konsesi berakhir. Isi dari perjanjian pengusahaan jalan tol ini melingkupi lingkup
pengusahaan, masa konsesi pengusahaan jalan tol, tarif awal dan formula penyesuaian tarif, hak dan kewajiban, termasuk risiko yang harus dipikul para
pihak, di mana alokasi risiko harus didasarkan pada prinsip pengalokasian risiko secara efisien dan seimbang, perubahan masa konsesi, standar kinerja pelayanan
serta prosedur penanganan keluhan masyarakat, sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi ketentuan perjanjian pengusahaan, penyelesaian sengketa, pemutusan
atau pengakhiran perjanjian pengusahaan, aset penunjang fungsi jalan tol, dan sistem hukum yang berlaku terhadap perjanjian pengusahaan adalah hukum
Indonesia. Setelah disepakati perjanjian dijalankan hingga masa konsesi berakhir. Peraturan pemerintah ini menegaskan peran Badan Pengatur Jalan Tol
sebagai wakil pemerintah dalam mengatur pembangunan dan pengusahaan jalan tol di Indonesia. Selain itu aturan-aturan mengenai pelelangan serta perjanjian
pengusahaan jalan tol juga dijelaskan dalam peraturan pemerintah ini.
4.7 Badan Pengatur Jalan Tol