Pendanaan Pengadaan Lahan Dampak Krisis Terhadap Perkembangan Jalan Tol di Indonesia

Sembilan proyek akhirnya dipilih untuk tetap dilanjutkan pembangunannya dengan bantuan pinjaman pemerintah. Sedangkan sebanyak 36 proyek ditunda dan sisanya dijadwal ulang.

4. 5 Hambatan Pembangunan Jalan Tol di Indonesia

Pembangunan jalan tol di Indonesia tidaklah mudah, selain faktor-faktor yang menentukan perkembangan jalan di Indonesai terdapat beberapa hambatan yang menyebabkan sulitnya perkembangan jalan tol di Indonesia, yaitu:

4.5.1 Pendanaan

Sejak awal pembangunan jalan tol, Indonesia sudah mengalami kesulitan dalam hal pendanaan pembangunan jalan tol. Tol Jagorawi yang merupakan tol pertama Indonesia pun tidak sepenuhnya dibiayai oleh kas negara melainkan dari utang luar negeri. Pada bab sebelumnya telah dibahas bahwa keterbatasan dana menjadi alasan pemerintah untuk mengUndang pihak swasta dalam pembangunan jalan tol.

4.5.2 Pengadaan Lahan

Lahan merupakan unsur terpenting dalam pembangunan jalan tol. Sekarang ini, lahan merupakan permasalahan utama dalam pembangunan jalan tol yang masih sulit untuk diatasi oleh pemerintah selaku pihak yang melakukan proses pengadaan lahan. Pengadaan lahan berdasarkan Keputusan Presiden No 36 Tahun 2005 merupakan kegiatan untuk mendapatkan tanah atau lahan dengan cara memberikan ganti rugi kepada pihak yang menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Ongkos pengadaan lahan dikeluarkan oleh pemerintah danatau investor. Biaya pengadaan lahan yang dikeluarkan oleh pemerintah berasal dari Kementerian Keuangan yang sebelumnya telah berkonsultasi dengan Kepala Badan Pertanahan Nasional. Pengadaan lahan untuk kepentingan umum, seperti pembangunan jalan dilakukan dengancara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. Proses pelepasan hak tanah dilakukan dengan musyawarah untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi. Proses ini dilakukan oleh panitia yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah atau Pemerintah Pusat dan perlu dilakukan penyuluhan terlebih dahulu mengenai fasilitas umum yang akan dibagun dan waktu pembangunannya. Jika terjadi kesepakatan antara panitia dan pemilik tanah, bentuk ganti rugi yang diterima oleh pemilik lahan dapat uang, tanah, pemukiman kembali, gabungan uang, tanah, dan pemukiman kembali atau sesuai kesepakatan antara panitia dan pemilik lahan. Besarnya ganti rugi berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak atau ilai nyata atau sebenarnya dengan memperhatikan Nilai Jual Objek Pajak berjalan berdasarkan penilaian lembaga atau tim penilai harga tanah. Namun jika tidak terjadi kesepakatan, seperti pemilik tanah tidak menerima ganti rugi yang ditawarkan maka pemiliki bisa mengadukannya kepada Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat yang akan megupayakan penyelesaian masalah dan mengukuhkan kesepakatan. Jika pemilik tetap tidak sepakat maka panitia akan melakukan pencabutan hak atas tanah dengan meminta persetujuan Presiden melalui Kepala Badan Pertanahan Nasional . Kemudian keputusan ini akan ditandatangani oleh Menteri Keuangan, Instansi yang memerlukan tanah, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Permasalahan yang terjadi dalam pengadaan lahan di Indonesia adalah tidak tegasnya hukum yang mengatur permasalahan ini. Aturan pengadaan lahan tidak secara tegas menetapkan besarnya harga tanah yang akan diserahkan. Sehingga akan sulit tercapai kesepakatan antara panitia dan pemilik tanah karena harus melalui musyawarah yang mufakat. Jika demi kepentingan umum semestinya pemerintah memiliki kewenangan untuk mencabut hak kepemilikan tanah namun tetap sesuai denga aturan. Masalah terjadi ketika kesepakatan harga tanah sebelum pembangunan selalu berubah seiring akan dijalankannya pembangunan jalan tol. Hal ini karena pemilik maupun makelar tanah menilai adanya potensi karena kebutuhan pemerintah akan lahan untuk pembangunan sarana dan prasarana publik. Akibatnya ongkos pembebasan tanah membengkak, meningkatkan biaya pembangunan, serta tertundanya pembangunan jalan tol. Selain itu mekanisme pembebasan lahan yang terlalu berbelit-belit membuat pembangunan jalan tol tertunda. Keadaan ini yang menyebabkan pihak swasta tidak mau terlibat dengan masalah pengadaan lahan bahkan berinvestasi karena tingkat resiko paling tinggi dalam pembangunan jalan tol ada pada proses pengadaan lahan. Sehingga pemerintah harus turun tangan dalam pengadaan lahan Sunito, F, 2007.

4.5.3 Regulasi yang tidak konsisten