Badan Pengatur Jalan Tol

4.7 Badan Pengatur Jalan Tol

BPJT atau Badan Pengatur Jalan Tol merupakan badan pemerintahan yang mempunyai wewenang dalam hal pengaturan, pengusahaan, dan pengawasan dalam bidang jalan tol. BPJT didirikan oleh Menteri berdasarkan Undang-Undang No 38 Tahun 2004 tentang Jalan, diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol dan ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.295PRTM2005 tentang Badan Pengatur Jalan Tol.. Semenjak didirikannya BPJT pada tahun 2005 maka fungsi Jasa Marga sebagai regulator berakhir dan dialihkan kepada BPJT. Fungsi Jasa Marga murni hanya sebagai operator lainnya yang harus mengikuti prosedur yang ada dalam pembangunan jalan tol. Visi dari BPJT adalah mewujudkan pengaturan jalan tol yang dapat meningkatkan peran swasta secara efektif, efisien, terbuka, transparan untuk percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah. Sedangkan BPJT sebagai perpanjangan tangan pemerintah mempunyai misi dalam percepatan pembangunan jalan tol dengan cara meningkatkan iklim yang kondusif bagi badan usaha untuk berperan dalam investasi jalan tol, meningkatkan kualitas pembangunan, pelayanan operasi dan pemeliharaan jalan tol melalui pengawasan yang efektif dan efisien, serta meningkatkan profesionalisme penyelenggara jalan tol. Sedangkan tugas dari BPJT sebagai penyelenggara jalan tol meliputi, pengaturan,pengusahaan, serta pengawasan jalan tol. Cakupan tugas-tugas tersebut antara lain: a. Pengaturan jalan tol mencakup rekomendasi penentuan tarif awal dan penyesuaiannya kepada menteri, pengambilalihan jalan tol setelah masa konsesi berakhir, dan pengoperasian jalan tol selanjutnya. b. Pengusahaan jalan tol mencakup persiapan pengusahaan jalan tol, pengadaan investasi, dan pemberian fasilitas pengadaan tanah. c. Pengawasan jalan tol mencakup pemantauan dan evaluasi pengusahaan jalan tol serta pengawasan terhadap pelayanan jalan tol. Pembentukan BPJT merupakan strategi pemerintah dalam rangka percepatan pembangunan jalan tol di Indonesia. Melalui pembentukan BPJT diharapkan minat investor jalan tol meningkat karena aturan mengenai penyelenggaraan jalan tol yang dibuat lebih objektif dan tidak berpihak pada satu badan usaha jalan tol.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pendugaan Model dan Pengujian-Pengujian Statistik

Pada bab ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan jalan tol di Indonesia. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap perkembangan alan tol yang digambarkan dengan panjang jalan tol digunakan metode Ordinary Least Square OLS atau metode kuadrat terkecil. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah K i = α i – α 1 pp i + α 2 tk i + α 3 of i + α 4 is i + α 5 jk i + α 6 D 1 + ε i 3.1 Ln K i = α i – α 1 ln pp i + α 2 ln tk i + α 3 ln of i + α 4 lnis i + α 5 g lnjk i + α 6 D 1 + ε i 3.2 Fungsi dari perubahan model regresi linear berganda biasa menjadi model elastisitas seperti model di atas adalah agar dalam interpretasi hasil regresi lebih mudah dan koefisien dari masing-masing variabel tidak terlalu besar. Secara teori, keempat variabel bebas yang digunakan memiliki pengaruh positif terhadap panjang jalan tol. Model yang digunakan terlebih dahulu dari model yang ada adalah model pada persamaan 3.2. Persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut: pjt = - 52.6 + 0.787 pp + 2.65 tk + 0.0225 of - 0.0614 is - 0.050 jk - 0.070 D………5.1 Hasil regresi dengan model pertama yang digunakan menunjukkan bahwa variabel PDB per Kapita, tenaga kerja, dana pemerintah berpengaruh positif terhadap panjang jalan tol. Sedangkan untuk variabel investasi swasta, jumlah kendaraan, dan dummy kebijakan berpengaruh negatif terhadap panjang jalan tol. Dari kelima variabel bebas yang digunakan hanya variabel PDB per Kapita dan tenaga kerja