d kota-kota besar yang aktivitas ekonominya cukup tinggi. Jalan tol menjadi jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan.
Tabel 13. Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia Tahun 2000-2008
Tahun Mobil
Penumpang Bis
Truk Sepeda
Motor Jumlah
2000 3. 038. 913
666.280 1. 707 .134 13. 563.017
18. 975. 344 2001
3. 261. 807 687.770
1. 759. 547 15. 492.148 21. 201. 272
2002 3. 403. 433
714.222 1. 865. 398 17. 002.140
22. 985. 193 2003
3. 885. 228 798.079
2. 047. 022 19. 976.376 26. 706. 705
2004 4 .464. 281
933.199 2. 315. 779 23. 055.834
30. 769. 093 2005
5. 494. 034 1. 184.918
2. 920. 828 28. 556.498 38. 156. 278
2006 6. 615. 104
1. 511.129 3. 541. 800 33. 413.222
45. 081. 255 2007
8. 864. 961 2. 103.423
4. 845. 937 41. 955.128 57. 769. 449
2008 9. 859. 926
2. 583.170 5. 146. 674 47. 683.681
65. 273. 451 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008
Tabel 13. memperlihatkan pertambahan jumlah kendaraan yang cukup tinggi dari tahun ke tahun. Sepeda motor merupakan kendaraan paling banyak dan
mendominasi setelah itu truk, bis, dan mobil penumpang. Jadi bisa disimpulkan bahwa kendaraan terbanyak di jalan adalah kendaraan roda dua yang juga sebagai
penyebab kemacetan. Oleh karena itu bagi kendaran roda empat diperlukan jalan yang bebas hambatan.
5.3.6 Dummy Kebijakan
Undang-undang No 38 Tahun 2004 merupakan undang-undang tentang jalan dan di dalamnya termasuk jalan tol. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah mengenai jalan tol adalah pembentukan Badan Pengatur Jalan Tol BPJT sebagai perpanjangan tangan pemerintah untuk mengatur, mengawasi,
serta mengevaluasi pembangunan jalan tol di Indonesia. Berdirinya BPJT berarti
berkurangnya peran Jasa Marga sebagai regulator karena sudah diambil alih oleh BPJT.
Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa dummy kebijakan ini secara positif mempengaruhi panjang jalan tol. Penelitian ini menunjukkan bahwa jika
kebijakan ini diterapkan terjadi penambahan panjang jalan tol sebesar 0.1353 persen lebih tinggi dibandingkan jika kebijakan ini belum diterapkan yaitu
sebelum tahun 2005. Pemisahan peran regulator sekaligus operator yang sebelumnya dipegang oleh Jasa Marga merupakan salah satu usaha pemerintah
dalam rangka percepatan pembangunan jalan tol di Indonesia. Kebijakan ini membuat Jasa Marga selaku operator jalan tol harus melalui prosedur yang
berlaku jika ingin berinvestasi dalam membangun jalan tol. Kebijakan ini juga bertujuan agar minat investor semakin tinggi untuk
berinvestasi dalam pembangunan jalan tol. Sebelumnya, investor harus bersaing dengan Jasa Marga yang juga berperan sebagai regulator sehingga kemungkinan
bagi pihak swasta untuk berpartisipasi dalam pembangunan jalan tol kecil. Namun sekarang BPJT yang memegang peranan sebagai regulator
Fungsi Jasa Marga sebagai regulator yang tercantum dalam undang- undang No 13 Tahun 1980 terlihat kurang berfungsi dan menimbulkan konflik
kepentingan sehingga banyak merugikan Jasa Marga. Selain itu Jasa Marga jika dilihat dari perspektif bisnis akan cenderung lebih banyak berpihak kepada
fungsinya sebagai operator dan pengusaha jalan tol. Hal ini sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian BUMN yang tertuang dalam UU No 192003 tentang
BUMN, dimana PT Jasa Marga adalah Badan Usaha Milik Negara yang harus
semaksimal mungkin memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan Negara pada khususnya serta mengejar
keuntungan.
5.4 Pembahasan