Dinamika Poktan akan terjadi secara berkesinambungan apabila dalam kelompok tersebut terdapat proses-proses berikut :
a. Penetapan tujuan kelompok Tujuan kelompok haruslah memberikan manfaat bagi seluruh anggota
kelompok dan merupakan apresiasi kepentingan bersama. b. Pemilihan Ketua Poktan dan pengurusnya
Ketua Poktan dipilih oleh anggotanya berfungsi sebagai pemimpin kelompok harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dan
dapat diteladani oleh anggotanya. Pengurus lainnya sebaiknya orang yang akomodatif.
c. Penetapan AD-ART Ada pepatah “Jer basuki mawa bea” artinya untuk suatu keberhasilan
memerlukan biaya. Aktivitas kelompok akan lebih lancar, apabila ada dukungan materi dan finansial oleh seluruh anggotanya.
d. Penetapan tata cara dan aturan bersama Dalam suatu masyarakat ada norma dan aturan yang harus dianut agar
terwujud keadilan bersama. e. Penetapan agenda kerja bersama
Agar terjadi proses saling asih, asah, dan asuh dalam meningkatkan usahatani para anggotanya, perlu dibuat agenda kerja sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi. Sebaiknya terjadi pertemuan yang rutin dengan acara terencana.
2.3.2 Kerjasama Antar Poktan
Kekuatan posisi tawar Poktan dapat ditingkatkan dengan melakukan kerjasama dengan kelompok lain. Bentuk kerjasama ini akan dapat
diformalkan dalam suatu Gabungan Poktan Gapoktan atau dalam bentuk forum kontaktani. Kontaktani adalah Ketua Poktansub kelompok yang
dipilih dan diangkat oleh para Anggotanya atas dasar musyawarah kelompok karena mempunyai kelebihan pengetahuan, keterampilan, sikap
dan perilaku, serta mau berkorban untuk kemajuan kelompoknya. Organisasi ini akan menjadi wakil untuk bekerjasama dengan Poktan
lainnya.
Gapoktan akan lebih cocok apabila bentuk dan jenis yang diusahakan oleh masing-masing Poktan sama, atau serupa, sehingga unit usahatani akan
semakin besar dan lebih efisien sebagai agro industrial. Sedangkan apabila masing-masing kelompok mempunyai jenis usahatani berbeda tetapi
mempunyai keterkaitan baik secara wilayah maupun produksinya maka akan lebih cocok melakukan kerjasama dalam bentuk forum kontaktani.
Poktan pada dasarnya adalah organisasi non formal di perdesaan yang ditumbuhkembangkan d
engan falsafah “dari, oleh dan untuk petani” http:perundangan.deptan.go.id
2012. Ciri –ciri Poktan adalah :
a. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota. b. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani
c. Memiliki kesamaan dalam tradisi danatau pemukiman, hamparan usaha jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan
ekologi. d. Ada pembagian tugas dan tanggungjawab sesama anggota berdasarkan
kesepakatan bersama. Menurut Peraturan Menteri Pertanian 2007, Poktan adalah kumpulan
petani, peternak dan pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan sumber
daya dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Poktan mempunyai fungsi sebagai :
a. Wadah bagi anggotanya untuk berinteraksi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam berusahatani, sehingga lebih
mandiri, atau kelompok sebagai kelas wahana belajar. b. Kesatuan unit usahatani untuk mewujudkan kerjasama dalam mencapai
skala ekonomi yang menguntungkan, sehingga kelompok sebagai unit produksi usahatani.
c. Tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok, maupun antara kelompok dengan pihak lain, sehingga dapat
menghadapi berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Kelas kemampuan Poktan-nelayan ditetapkan berdasarkan nilai yang
dicapai oleh masing-masing kelompok, yakni dengan kriteria nilai 0-1000.
Berdasarkan nilai tingkat kemampuan tersebut, masing-masing Poktan- nelayan ditetapkan kelasnya dengan ketentuan berikut :
a. Kelas Pemula merupakan kelas terbawah dan terendah dengan nilai 0- 250.
b. Kelas Lanjut merupakan kelas lebih tinggi dari kelas pemula dimana kelompok tani-nelayan sudah melakukan kegiatan perencanaan,
meskipun masih terbatas, dengan nilai 251-500. c. Kelas Madya merupakan kelas berikutnya, setelah kelas lanjut, di mana
kemampuan Poktan-nelayan lebih tinggi dari kelas lanjut, yaitu nilai 501-750.
d. Kelas Utama merupakan kelas kemampuan kelompok yang tertinggi, dimana Poktan-nelayan sudah berjalan dengan sendirinya atas dasar
prakarsa dan swadaya sendiri. Nilai kemampuan di atas 750. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.41Kpts.OT.21011992,
tentang pedoman pembinaan Poktan-nelayan, maka pengakuan terhadap kemampuan kelompok diatur berikut:
1. Kelas Pemula, dengan piagam yang ditandatangani oleh Kepala Desa. 2. Kelas Lanjut, dengan piagam yang ditandatangani oleh Camat.
3. Kelas Madya, dengan piagam yang ditandatangani oleh BupatiWalikota. 4. Kelas Utama, dengan piagam yang ditandatangani oleh Gubernur.
2.4
Analisis Kelayakan Sederhana
Analisis kelayakan sederhana dalam kajian ini dilakukan dengan menghitung pendapatan petani, break even point BEP atau analisa pulang
pokok, RC ratio dan marjin pemasaran. Menurut Umar 2003, analisis pendapatan akan dibedakan menjadi dua 2 yakni pendapatan atas biaya
tunai pendapatan tunai dan pendapatan atas biaya total pendapatan total. Pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dan biaya
tunai usahatani. Perhitungan pendapatan atas biaya tunai secara umum adalah :
Dimana : TR = Total penerimaan revenue usahatani dalam Rp
Y = Pendapatan tunai atau keuntungan tunai usahatani Kg BT = Biaya tunai
P = Harga jual dalam RpKg Q = Jumlah
Pendapatan total memasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai biaya usahatani berikut :
Dimana : YT = Pendapatan total atau keuntungan total usahatani
BT = Biaya total termasuk biaya tunai dan biaya diperhitungkan.
Hubungan antara biaya dan penerimaan usahatani ada beberapa kemungkinan, yaitu sebagai berikut :
1. Bila biaya usahatani cost lebih besar dari penerimaan, maka usahatani dikatakan rugi.
2. Bila biaya usahatani sama dengan penerimaan, maka usahatani dikatakan tidak untung dan tidak rugi. Dengan kata lain keadaan ini disebut titik
impas Break Even Point . Biaya usahatani lebih kecil dari penerimaan, maka usahatani dikatakan untung.
Menurut Umar 2003, imbangan penerimaan Return Cost Ratio dan biaya adalah perbandingan antara total penerimaan dengan biaya total yang
dikeluarkan dalam satu kali proses produksi usahatani. Hal ini menunjukkan berapa besar penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat dari setiap rupiah
yang dikeluarkan. Perhitungan RC rasio dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = TR
– BT TR = P × Q
YT = TR - BT
Rasio RC
atas biaya tunai
= Total Penerimaan TR Total Biaya Tunai
Rasio RC
atas biaya total
= Total Penerimaan TR Total Biaya Total
Jika Nilai RC 1, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada
tambahan biaya, atau dapat dikatakan kegiatan usahatani tersebut menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, bila nilai RC
1, berarti kegiatan usahatani tersebut tidak menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan. Jika RC = 1, maka kegiatan usahatani tersebut berada
pada kondisi keuntungan normal.
2.5 Analisis Lingkungan Eksternal