Gambar 3. Struktur manajemen rantai pasokan Siagian, 2005
2.8.4 Kelembagaan Rantai Pasok
Menurut Marimin dan Maghfiroh 2010 kelembagaan rantai pasok adalah hubungan manajemen atau sistem kerja yang sistematik dan saling
mendukung di antara beberapa lembaga kemitraan rantai pasok suatu komoditas. Bentuk-bentuk kelembagaan rantai pasok mengalami keragaman
dengan keberadaan pasar tradisional dan modern, seperti mini market, supermarket, hypermarket dan departemen store dan keberadaan konsumen
institusional seperti hotel, restoran, rumah sakit, serta industri pengolahan. Pola kelembagaan kemitraan rantai pasok adalah hubungan kerja
diantara beberapa pelaku rantai pasok yang menggunakan mekanisme perjanjian, atau kontrak tertulis dalam jangka waktu tertentu. Secara umum,
pola kemitraan rantai pasok pertanian yang dilakukan petani, antara lain kemitraan petani dengan Koperasi Unit Desa KUD, atau asosiasi tani dan
petani dengan manufaktur, atau pengolah. Keberhasilan kelembagaan rantai pasok pertanian tergantung
bagaimana pelaku menerapkan kunci sukses. Kunci sukses tersebut adalah : a.
Trust Building Kepercayaan di antara anggota rantai pasokan mampu mendukung
kelancaran aktivitas rantai pasokan, seperti kelancaran transaksi penjualan, distribusi produk dan distribusi informasi pasar.
- Informasi penjadwalan
- Arus Kas
- Arus Pesanan
- Arus Kredit
- Arus Bahan Baku
Pemasok Persediaan
Perusahaan Distribusi
Konsumen
b. Koordinasi dan Kerjasama Hal ini dilakukan guna mewujudkan kelancaran rantai pasokan,
ketepatan pasokan mulai dari produsen hingga retail dan tercapainya tujuan rantai pasokan.
c. Kemudahan Akses Pembiayaan Akses pembiayaan yang mudah, disertai dengan bentuk administratif
yang tidak rumit akan memudahkan anggota dalam rantai pasokan mengembangkan usahanya.
d. Dukungan Pemerintah Peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator dan motivator sangat
penting dalam mewujudkan iklim usaha kondusif dan struktur rantai pasokan yang mapan.
Menurut Lau, Pang dan Wong 2002, kemitraan di antara anggota supply chain dilakukan untuk menjamin mutu produk dan kefektifan supply
chain yang selanjutnya akan mencapai hasil optimal. Pengembangan supply chain efektif dilakukan melalui beberapa tahapan berikut :
a. Memilih kelompok pemasok berdasarkan reputasi industri dan transaksi sebelumnya tentang harga dan mutu melalui program penilai pemasok.
Proses ini dilakukan untuk mendapatkan pemasok terbaik dalam industri yang menjamin mutu pasokan.
b. Memilih pemasok yang memiliki manajemen supply chain berhubungan erat dengan strategi perusahaan. Langkah ini akan meminimalkan tujuh
7 kon flik target strategik dengan para mitra. Kemitraan supply chain
bersifat jangka panjang dan merupakan keputusan penting yang membutuhkan komitmen semua pihak.
c. Membentuk kemitraan supply chain melalui negosiasi dan kompromi. d. Membangun saluran umuk menjamin pengetahuan tentang informasi
produksi yang diberikan tepat waktu melalui perjanjian teknologi. SCM harus menjamin ketepatan waktu, efektivitas biaya, dan sistem informasi
yang komprehensif untuk menyediakan data yang dibutuhkan dalam membuat keputusan pasokan optimal.
e. Sistem monitoring dikembangkan untuk memantau kinerja mitra. Proses ini dimaksudkan untuk memelihara hubungan dengan pemasok dalam
menjamin administrasi yang layak dari pengendalian logistik yang e
fisien. 2.9 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu mengenai pertanian organik dan strategi pengembangan manajemen rantai pasok pertanian organik sekarang ini telah
banyak ditemukan. Penelitian mengenai strategi pemasaran pangan organik berbasis Poktan pernah dilakukan oleh Palupi 2010. Strategi yang dapat
diimplementasikan oleh Poktan Mega Surya Organik dapat dikategorikan menjadi 4 empat, yaitu 4 empat berorientasi produk, 3 tiga berorientasi
pasar, 2 dua penguasaan informasi dan 1 satu strategi merupakan kombinasi antara berorientasi produk dan berorientasi pasar. Strategi nomor
1 satu memiliki urutan prioritas : 1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu, serta citra produk yang baik
untuk mempertahankan konsumen yang ada saat ini dan menarik konsumen baru untuk mengatasi persaingan usaha.
2. Keberagaman produk dan komitmen menerapkan teknologi sesuai standar untuk menghasilkan produk bermutu guna mengantisipasi usaha.
3. Melakukan diversifikasi horizontal dan vertikal, serta meningkatkan kemampuan produksi untuk memanfaatkan peluang pasar dalam negeri
yang besar 4. Melakukan promosi dengan tujuan menjaring konsumen potensial dalam
mengantisipasi keberadaan usaha sejenis Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Setiawan 2009 mengenai
peningkatan kinerja manajemen rantai pasok sayuran dataran tinggi terpilih di Jawa Barat. Sayuran yang dipilih adalah Paprika di daerah Pasir Langu
Kabupaten Bandung Barat, Lettuce di Kabupaten Garut dan Brokoli di daerah Cipanas Kabupaten Cianjur. Penelitian ini menggunakan metode
perbandingan eksponensial MPE yang digunakan untuk pemilihan sayuran unggulan, analisis deskriptif untuk kondisi rantai pasok, fuzzy AHP dan
Supply Chain Operations Reference SCOR model, pengukuran kinerja
menggunakan Data Envelopment Analysis DEA dan analisis SWOT. Hasilnya adalah pengukuran kinerja rantai pasok sayuran lettuce head
dengan pendekatan DEA menunjukkan efisiensi relatif masing-masing petani dan potential improvement yang harus dilakukan untuk mencapai
efisiensi relatif 100. Rantai pasok sayuran lettuce head berada pada kuadran antara Kekuatan Strenghts dan Ancaman Threats, sehingga
strategi yang dapat dirumuskan adalah optimalisasi sistem penjadwalan, peningkatan kinerja responsifitas dan fleksibilitas untuk pemenuhan pesan
dan perlunya implementasi sistem manajemen mutu, atau lingkungan. Suwantoro 2008 dalam penelitiannya mengenai pertanian organik di
Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang, menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai
kondisi pertanian organik di daerah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan pertanian organik menghadapi berbagai kendala,
yaitu pertanian organik dipandang sebagai sistem pertanian yang merepotkan, keterampilan petani masih kurang, persepsi yang berbeda
mengenai hasil, petani mengalami saat kritis, lahan pertanian organik belum terlindungi,
pembangunan pertanian
belum terintegrasi
dengan pembangunan peternakan, kegagalan menjaga kepercayaan pasar dan
dukungan pemerintah yang masih kurang. Penelitian mengenai kelembagaan dan kelayakan usaha pada tata niaga
sayuran wortel dan bawang daun dilakukan oleh Zubair 2003 menggunakan beberapa metode analisis, antara lain analisis struktur
kelembagaan tataniaga sayuran, analisis farmers’ share, analisis marjin
tataniaga, analisis index market connection IMC, analisis kiwari bersih net present value, atau NPV, analisis Biaya Manfaat Benefit-Cost atau BC
Analysis, analisis internal rate of return IRR dan analisis kebijakan usaha- tani sayuran. Hasilnya adalah usaha tani Wortel dan Bawang daun
menguntungkan, atau layak diusahakan di Kecamatan Palet, baik melalui pendekatan finansial maupun pendekatan ekonomi. Hasil pendekatan untuk
analisis finansial memberikan nilai BC ratio rataan lebih dari 1,5.
III. METODE KAJIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Kajian