konvensional yang memiliki nilai BEP produksi untuk Bayam, Caisim, Wortel, Tomat dan Lobak berturut-turut 613 kg, 965 kg, 879 kg, 1.393
kg dan 1.588 kg pada tingkat harga masing-masing Rp2.500, Rp1.800, Rp2.500, Rp3.000 dan Rp1.500. Usahatani organik merupakan salah
satu usaha masa depan yang diharapkan karena dengan luas lahan yang sama, meskipun produktivitasnya lebih sedikit tetapi memberikan
keuntungan yang lebih besar dibandingkan usahatani konvensional karena harga jual produknya lebih tinggi.
4.4 Analisis Lingkungan Usaha
Analisis lingkungan usaha adalah proses awal dalam manajemen
strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan.
Lingkungan perusahaan mencakup semua faktor, baik yang berada di dalam, maupun di luar perusahaan. Secara garis besar analisis lingkungan usaha
dapat dikategorikan ke dalam dua 2 bagian besar, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan
4.4.1 Identifikasi Faktor Internal
Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada dalam organisasi dan secara normal memiliki implikasi langsung pada aktivitas organisasi.
Analisis faktor internal merupakan proses identifikasi terhadap faktor kekuatan dan kelemahan dari dalam perusahaan. Lingkungan internal dapat
dianalisis dengan menggunakan pendekatan fungsional, yaitu analisis yang dilakukan pada masing-masing fungsi dalam kelompok tani dengan
mengkaji manajemen, pemasaran, keuangan, kegiatan produksi dan operasi, seperti disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24. Faktor internal strategi rantai pasok sayuran organik di Megamendung
Faktor Internal
Kekuatan Kelemahan
Manajemen 1. Hubungan baik yang terjalin antara ketua
dengan anggota kelompok tani
2. Ada pendampingan dan pembinaan oleh
PPL 3. Ada kesadaran untuk
berkelompok 1. Kemampuan manajemen
SDM masih rendah 2. Sulitnya mengajak ke
budidaya sayuran organik 3. Sulitnya menembus pasar
organik, sebab dibutuhkan persyaratan khusus dan
prosedural sertifikasi organik yang tidak mudah dijangkau
Petani
4. Mental Petani bila merugi sulit bangkit kembali
Pemasaran 1. Memiliki jaringan
pasar dengan pengumpulBandar
2. Memiliki standar harga tinggi
1. Harga sayuran organik hampir sama dengan harga
sayuran semi organik. 2. Tidak semua kelompok
memiliki kemitraan yang mendukung pasar sayuran
organik
3. Kurangnya promosi sayuran organik
4. Harga ditingkat Petani tergantung mitra, maka
harganya jauh lebih rendah 5. Produk Petani jika dijual ke
pasar organik, rejectreturnya masih tinggi hampir 50
tidak masuk kualifikasi grade mutu
Keuangan 1. Ketua kelompok
memiliki skill yang cukup dalam
pengelolaan keuangan dan penghimpunan
dana 1. Biaya produksi produk
organik terlalu tinggi 2. Keterbatasan modal
3. Belum terbentuknya Koperasi organik di
Megamendung
Lanjutan Tabel 24.
Faktor Internal
Kekuatan Kelemahan
Produksi dan operasi
1. Sayuran yang diproduksi beraneka
ragam. 2. Kondisi geografis
mendukung 3. Pertanian ramah
lingkungan Prima III
4. Sayuran yang dihasilkan aman
dikonsumsi 5. Ketersediaan tenaga
kerja 6. Ketersediaan sumber
bahan pupuk kompos limbah kotoran sapi
1. Kebutuhan pupuk dan pestisida alami sangat tinggi.
2. Sertifikasi produk organik belum ada
3. Belum memiliki kemasan dan label organik.
4. Teknologi produksi masih sederhana
5. Pasokan benih belum menentu, masih ada beberapa yang dibuat
sendiri oleh Petani tanpa ada kontrol genetik.
6. Volume dan kontinuitas produk belum stabil
7. Umumnya budidaya di lahan kering, sulitnya sumber air yang
belum tercemar
Berdasarkan hasil identifikasi faktor internal di Megamendung, terdapat beberapa kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk menuju
pertanian organik. Mengingat lahan yang terbatas dan sempit, maka dibutuhkan penggabungan antara Petani agar volume dan kontinuitas
produk bisa mencapai target pasar. Untuk itu perlu adanya kesadaran untuk berusaha secara berkelompok dan memiliki koordinator, atau ketua
kelompok yang dapat berfungsi dalam arah produksi anggotanya. Di Megamendung kesadaran untuk berkelompok sudah relatif bagus.
Kelompok tani sebagai wadah belajar dan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara para Petani memiliki peranan penting dalam menghadapi
tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, serta meningkatkan kesejahteraan Petani. Hal itu didukung pula oleh kehadiran petugas
penyuluh lapangan PPL yang memiliki wilayah kerja dan pembinaan di daerah Megamendung. PPL secara intensif melakukan pertemuan dengan
kelompok dan memberikan masukan serta mengevaluasi dinamika dan
kegiatan Poktan. Hubungan baik antara ketua dan anggota Poktan dapat mencapai skala ekonomi, baik kuantitas, mutu, maupun kontinuitas.
Kekuatan lain yang dimiliki oleh Poktan adalah sayuran yang diproduksi beraneka ragam, sehingga mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat. Sayuran yang dihasilkan aman dikonsumsi Prima III, serta pertanian ramah lingkungan juga menjadi modal untuk menuju pertanian
organik. Didukung oleh kondisi geogafis, ketersediaan tenaga kerja dan juga ketersediaan sumber pupuk kompos limbah kotoran sapi.
Beberapa hal yang menjadi kelemahan menuju pertanian organik di Megamendung antara lain adalah kemampuan SDM masih rendah, sulitnya
mengajak ke budidaya sayuran organik walaupun keinginan Petani untuk budidaya organik sudah ada. Para Petani enggan untuk memproduksi
sayuran organik karena harga sayuran yang diproduksi secara konvensional hampir sama dengan harga sayuran yang diproduksi secara organik.
Meskipun kelompok tani memiliki pola tanam yang sudah baik, namun mutu, kuantitas dan kontinuitas produk masih belum terjaga. Kemudian
sulitnya menembus pasar organik, sebab dibutuhkan persyaratan khusus dan prosedural sertifikasi organik yang tidak mudah dijangkau Petani di
Megamendung. Lebih lanjut keterbatasan akses pasar juga merupakan kelemahan
untuk mengembangkan pertanian organik. Tidak semua kelompok memiliki kemitraan yang mendukung pasar sayuran organik. Selain itu produk Petani
jika dijual ke pasar organik, rejectreturnya masih tinggi hampir 50 tidak masuk kualifikasi grade mutu. Sehingga banyak Petani yang mengeluhkan
hal ini, akan dijual kemana sisanya, bila dijual ke pasar konvensional pasti harganya jatuh sementara cost produksinya tinggi. Mutu produk sayuran
organik berawal pula dari benih yang ditanamnya. Sementara ini pasokan benih belum menentu, masih ada beberapa yang dibuat sendiri oleh Petani
tanpa ada kontrol genetif. Kurangnya promosi, biaya produksi sayuran organik yang tinggi terutama sertifikasi, keterbatasan modal, kebutuhan
pupuk dan pestisida alami sangat tinggi, belum memiliki kemasan dan label organik, teknologi produksi masih sederhana juga merupakan bagian dari
kelemahan yang dihadapi oleh para Petani di Megamendung untuk mengembangkan pertanian organik.
4.4.2 Identifikasi Faktor Eksternal