4.8.1 Struktur Rantai Pasokan
Struktur rantai pasok sayuran dataran tinggi di Indonesia memiliki karakteristik rantai yang berbeda-beda. Struktur rantai terdiri dari anggota
rantai pasokan, aktivitas rantai pasokan dan pola aliran rantai pasokan. a. Anggota Rantai Pasok
Anggota rantai pasok yang menjelaskan aliran komoditas mulai dari hulu sampai hilir dijelaskan pada Tabel 30.
Tabel 30. Anggota Rantai Pasok Produk Sayuran Organik di Megamendung Tingkatan
Anggota Proses
Aktivitas Produsen
Petani luar Petani inti dan
plasma Petani yang
tergabung dalam Poktan
Budidaya Pembelian
Pengemasan Distribusi
Penjualan Melakukan pembelian
bibit, kotoran hewan, pengolahan pupuk kompos,
penanaman, perawatan, pemanenan.
Petani inti melakukan distribusi sayuran organik,
Petani plasma menjual kepada Petani inti sedangkan
Petani luar melakukan penjualan ke bandar. Petani
anggota dalam satu kelompok menjual kepada Ketua sebagai
koordinator penjualan dan distribusi, atau Koperasi bila
sudah terbentuk
Pengolah Hulu
Pengumpul bandar
Pemilik outlettoko
Fresh Market Eksportir
Pembelian Sortasi
Pengemasan Pengang-
kutan Penyim-
panan Penjualan
Melakukan pembelian Sayuran organik dari Koperasi,
atau Poktan , selanjutnya disortasi
oleh pemilik
outlettoko dan
pengumpul yang lebih besar.
Kemudian setelah
dikemas dijual ke pengolah hilir, atau
didistribusikan ke perusahaan agro penghasil sayuran organik
yang kapasitasnya lebih besar dan memiliki jaringan pasar
lebih luas
Lanjutan Tabel 30. Tingkatan
Anggota Proses
Aktivitas Pengolah
Hilir Pemasok
Supermarket Pedagang pasar
Perusahaan agro Eksportir
Pembelian Sortasi
Pengolahan Penyimpanan
Penjualan Produk sayuran organik yang
telah dikemas, ditimbang selanjutnya didistribusikan
untuk dipasarkan ke ritel.
Didistribusikan sebagai pasokan bahan baku untuk
diproduksi menjadi sajian di restoran Restoran Korea,
Jepang, Taiwan.
Ritel Supermarket
Hypermarket Swalayan
yang membuka gerai
sayuran organik Pasar tradisional
Fresh Market Pembelian
Penyimpanan Penjualan
Melakukan pembelian dari distributorperusahaan
agroeksportir untuk selanjutnya penjualan ke
konsumen end user
Konsumen Restoran Masyarakat
umum Pembelian
Melakukan pembelian Produk sayuran organik dari
distributor, ritel, supermarket dan eksportir untuk diolah
menjadi sajian pilihan menu makanan restoran dan bagi
masyarakat umum langsung dikonsumsidimasak untuk
dinikmati
Konsumen pelanggan
restoran Restoran
Tamupelanggan Pembelian
Melakukan pembelian dan menikmati hidangan menu
berbahan produk sayuran organik
b. Entitas Rantai Pasokan Entitas rantai pasokan menggambarkan unsur-unsur di dalam rantai
pasokan. Unsur-unsur ditinjau dari produk, pasar, stakeholder rantai pasokan dan situasi persaingan. Produk sayuran organik memiliki banyak jenis dan
macam sayuran, baik sayuran daun, bunga maupun sayuran buah. Yang membedakan produk sayuran organik berdasarkan mutu dan keseragaman
produk. Entitas rantai pasokan terdiri dari produk, pasar, stakeholder. Penjelasan masing-masing entitas rantai pasokan berikut :
1. Produk Produk sayuran organik di Megamendung, khususnya di Poktan Tunas Tani
diklasifikasikan berdasarkan mutunya menjadi dua 2, yaitu A dan B dicantumkan
dalam Tabel
31. Mutu
A ditujukan
untuk supermarkethypermarketswalayan dan toko yang menjual gerai produk
organik, serta mutu B ditujukan untuk restoran. Tabel 31. Standar mutu produk Sayuran Organik untuk beberapa produk
pilihan Standar
Mutu A Mutu B
Wortel Ukuran
Warna Tekstur
25-30 cm Cerah kemerah-merahan
Halus 10-15 cm
Ada warna hijau afkir Belah, bercabang
Tomat Ukuran
Warna Tekstur
8-10 biji kg Merah cerah
Tidak ada belah, bentuk bagus, tidak busuk
14-15 bijikg Agak kehitaman
Agak belahretak, gepeng, ada bercak
Caisim Ukuran
Warna Tekstur
30-35 cm Warna hijau tua cerah, tidak
banyak berlubang 20-25 cm
Ada bercak kekuningan Daun banyak berlubang
Lobak Ukuran
Warna Tekstur
20-25 cm Putih
Halus 10-15 cm
Ada warna kehijauan Halus
Bayam Ukuran
Warna Tekstur
30-35 cm Hijau cerah, tidak ada bintik
hitam dan kuning Sedikit berlubang
20-25 cm Terdapat warna
kekuningan dan bintik hitam
Banyak berlubang
2. Pasar Pasar terdiri dari Restoran dan pasar modernsupermarketswalayan yang
membuka gerai produk sayuran organik. Restoran merupakan restoran tertentu saja, seperti restoran Taiwan, restoran Jepang dan restoran Korea yang ada di
Jakarta. Sebelum sampai kepada pasar utama tersebut, sebelumnya melibatkan
pengumpulbandar yang akan menghubungkan produk sehingga sampai ke tujuan utama hingga kepada konsumen.
3. Stakeholder i. Petani Poktan
Poktan merupakan gabungan dari beberapa Petani dalam suatu hamparan yang memiliki kesamaan dalam usahatani, dalam hal ini usahatani
sayuran organik dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, mencari solusi atas beberapa permasalahan secara bersama pula. Salah satu
Poktan yang bergerak di bidang sayuran organik adalah Kelompok Tunas Tani, yang diketuai oleh Bapak H Dede, di desa Sukaresmi, Kecamatan
Megamendung. Dalam Poktan masih banyak peluang yang dapat dikembangkan,
antara lain penggabungan dengan Poktan lain yang memiliki karakteristik usaha yang sama atau usaha lain yang mendukung, untuk menjadi Gapoktan.
Usaha yang saling terkait ini ini misalnya ada kelompok peternak sapi, kambing atau ayam dan kelompok tani pengolah hasil pertanian. Antar
kelompok dapat saling bekerjasama dalam mendukung rantai pasokan untuk pupuk dan benih sayuran organik. Ketersediaan pupuk kandang adalah salah
satu modal utama tercapainya usahatani sayuran organik di Poktan Tunas Tani dan sekitarnya.
Poktan mendapatkan informasi dari pengumpul atau bandar mengenai jumlah permintaan dan pasar sayuran organik. Informasi budidaya dan
pengendalian hama dan penyakit khususnya pada sayuran, Petani dapatkan dari PPL maupun dari sesama anggota kelompok. Sebagai pemasok produk
sayuran organik, Petani melakukan kegiatan budidaya yang terus menerus dengan sistem tumpangsari.
ii. Bandarpengumpul Bandar, atau pengumpul merupakan anggota rantai pasok yang
memberikan informasi jumlah permintaan dan informasi pasar lainnya seperti harga dan fluktuasi pasar. Bandar akan menargetkan harga tertentu
kepada Petani, umumnya ini sangat merugikan Petani karena harga yang dipatok rendah. Berbeda halnya apabila sudah memiliki kemitraan, ada
kerjasama melalui Poktan, meskipun melalui pengumpul namun bisa memperoleh harga yang lebih baik. Hal ini karen ada kontinyuitas dan
spesifikasi mutu yang diharapkan. Informasi standar mutu dan spesifikasi produk inilah yang akan menjadi dasar bagi Petani dan kelompok tani
untuk berproduksi dengan baik dan benar. Memiliki kalender musim tanam yang baik dan tepat panen, menjadwal anggotanya untuk menanam jenis
sayuran tertentu yang ditargetkan dengan tepat sasaran. iii. Perusahaan agro
Perusahaan agro yang dimaksud adalah perusahaan yang bergerak di bidang usahatani dengan modal yang lebih besar, memiliki jaringan pasar
yang lebih luas dan memiliki sertifikasi organik. Karena memiliki jaringan yang luas tentu saja ada beberapa permintaan yang belum terpenuhi semua.
Sehingga masih membuka peluang bagi Petani, atau Poktan untuk memasok beberapa produk sayuran organik dengan mutu dan harga yang ditentukan.
Pola rantai ini dapat berkembang kepada model kemitraan apabila kelompok tani dapat secara kontinyu memenuhi permintaan pasar. Oleh perusahaan
agro akan disalurkan kepada supermarket, atau swalayan lainnya yang membuka gerai produk organik.
iv. Bank Bank dalam hal ini bisa masuk ke dalam anggota rantai pasok,
peranannya sebagai tempat menambah modal pinjaman bagi Petani, atau Poktan untuk kelangsungan usahatani organik. Namun pada kesempatan lain
bank memiliki peranan sebagai tempat atau sarana untuk transaksi penjualan produk sayuran organik dari bandarpengumpul maupun perusahaan kepada
Petani atau kelompok tani atas pasokan produknya. Bagi beberapa anggota Petani ada yang menerima giro dari pengumpulbandar, yang selanjutnya
dapat ditukarkan pada koperasi kelompok tani sebagai buktiagunan untuk mencairkan sejumlah dana talangan untuk modal usaha. Selanjutnya dari
Koperasi yang akan meneruskannya ke bank terkait. Rantai perputaran uang hasil penjualan sayuran organik ini memang unik dibeberapa kelompok tani.
Namun dinamika seperti itulah yang merupakan peluang untuk dapat dikembangkan menjadi sebuah Koperasi organik yang mandiri.
4.8.2 Manajemen Rantai Pasok