Lanjutan Tabel 21.
NO KOMODITI
LUAS HA PRODUKTIVITAS PRODUKSI
TANAM PANEN
Produktivitas kwt kuartal
Produksi ton
kuartal Bentuk hasil
Pala 60
15 115
1,72 Buah
Jahe 0,5
0,5 250
12,5 Rimpang
Kapulaga 2
1 60
6 Buah
Sumber : Data UPT PTTP HPK VII, 2011
4.3 Analisa Usahatani
Analisa usahatani pada kajian ini menggunakan kelayakan sederhana dengan melibatkan beberapa faktor produksi yang terkait dengan pasokan
bahan baku dan nilai produk pada kondisi rantai pasok kelompok tani Tunas Tani. Pada analisis kelayakan usahatani sayuran organik, batasan-batasan serta
pengukuran variabel yang digunakan adalah : 1. Usahatani mencakup aktivitas kegiatan tani pada lahan skala 1.000 m
2
yang terkait erat dengan komoditi hortikultura, khususnya sayuran organik
dalam bentuk produk akhir dari Petani, yang akan menjadi input untuk usaha restoran maupun retail besar yang mengemas dan memasarkan
produk sayuran organik. 2. Distribusi produk adalah proses sampainya hasil produksi dari Petani,
kemudian pengumpul, atau bandar dan retail hingga terakhir sampai ke konsumen. Baik konsumen supermarketswalayan maupun konsumen
restoran dan hotel. 3. Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam produksi sayuran
organik, dari benihbibit menjadi produk sayuran siap jual. 4. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung pada jumlah
produksi produk sayuran organik. Biaya ini terdiri dari biaya penyusutan peralatan kerja dan bahan pendukung, atau biaya lainnya diluar biaya
variabel
5. Biaya penyusutan adalah biaya yang disusutkan setiap tahun, dimana alat atau mesin semakin lama semakin turun kemampuan, serta efisiensinya.
6. Biaya produksi adalah biaya yang jumlah nilainya dipengaruhi oleh jumlah produk sayuran organik yang dihasilkan, seperti biaya input benih,
pupuk, pestisida nabati, bahan pendukung dan upah tenaga kerja. 7. Input utama adalah benih atau bibit sayuran organik yang akan
ditanambudidaya menjadi produk sayuran organik. 9. Tenaga kerja adalah para pekerja keluarga dan luar keluarga yang secara
langsung maupun tidak langsung terlibat dalam proses produksi dinyatakan dalam oranghari kerja.
10. Upah tenaga kerja adalah pengeluaran yang digunakan untuk membayar tenaga kerja dalam proses produksi Rpproses produksi
11. Output adalah banyaknya hasil olahan yang diperoleh dalam satu kali proses produksi kg
12. Keuntungan adalah hasil yang didapat dari nilai tambah penerimaan dikurangi dengan sejumlah biaya produksi yang dikeluarkan Rp.
Berdasarkan pertimbangan analisa pasar produk sayuran organik, maka usahatani sayuran organik perlu pengembangan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan pasar yang diproyeksikan semakin meningkat. Pengembangan usaha dilakukan dengan menambah luasan lahan budidaya dan
populasi sayuran organik agar dapat menghasilkan produk sayuran organik yang sesuai dengan permintaan pasar. Semakin besar jumlah produk yang
dapat dijual berarti memperbesar peluang kemungkinan mendapatkan laba yang lebih banyak. Analisa kelayakan usahatani secara organik maupun
konvensional dilakukan pada produk pilihan yaitu Bayam Lampiran 8 dan 9, Caisim Lampiran 10 dan 11, Wortel Lampiran 12 dan 13, Tomat
Lampiran 14 dan 15 dan Lobak Lampiran 16 dan 17. Kajian ini dilakukan untuk membandingkan nilai tambah komoditi sayuran organik dengan sayuran
konvensional. Hasil perhitungan kelayakan sayuran organik dan konvensional secara ringkas disajikan pada Tabel 22. Skala usaha yang digunakan adalah
1.000 m
2
lahan yang dimiliki oleh Petani dan diperhitungkan dengan sistem
sewa per musim tanam sesuai dengan jenis komoditinya. Harga ditingkat Petani berdasarkan survey dan penelitian di lapangan.
Tabel 22. Perbandingan nilai keuntungan sayuran organik dan konvensional pada skala 1.000 m
2 No
Komodi- ti
Pilihan Organik
Konvensional Keuntung-
an Rp
RC Ratio
BEP Keuntung-
an Rp
RC Ratio
BEP Produksi
kg Harga
Rp Produksi
kg Harga
Rp 1
Bayam 3.110.000
2,33 373
2.741 662.500
1,36 613
1.838 2
Caisim 3.930.000
2,61 489
1.918 1.070.000
1,55 965
1.287 3
Wortel 6.595.000
3,31 439
2.039 1.302.500
1,59 879
1.570 4
Tomat 17.215.000
3,61 732
3.136 4.822.500
2,15 1.393
1.393 5
Lobak 6.410.000
3,11 715
1.448 2.117.500
1,89 1.588
794
Berdasarkan metode penghitungan keuntungan, untuk sayuran organik lebih menguntungkan dibandingkan non organikkonvensional. Tetapi,
Petani menghadapi risiko yang lebih besar untuk kasus penjualan di tingkat Supermarket dan hal ini tidak masuk dalam perhitungan Petani. Petani
dihadapkan pada dua 2 risiko besar yaitu risiko produksi dan risiko pasar marketing. Risiko produksi masuk ke dalam kalkulasiperhitungan
kelayakan, seperti kerusakan akibat iklim maupun serangan hama dan penyakit. Sedangkan risiko pasar, petani belum memiliki bargaining
position atau
kemampuan untuk
negosiasi, baik
di tingkat
pemasokpengumpul maupun Supermarket. Hal ini menyebabkan Petani dalam kondisi tertekan dan menerima kontrak maupun perjanjian yang
sebenarnya merugikan Petani. Sayuran organik memiliki potensi alternatif bagi Petani dalam memberikan sumbangan dan kontribusi terhadap
perekonomian Petani sehingga tetap harus dilestarikan dan ditingkatkan dalam segi mutu, produktivitas dan pasar. Sumbangan yang potensial ini,
didukung dengan keikutsertaan peran perempuan, baik istri, anak, maupun saudara dalam keluarga Petani.
Dari analisis kelayakan usahatani sayuran organik dan konvensional pada Tabel 22 di atas, didapatkan nilai kriteria kelayakan usahatani berikut :
1.
RC Ratio Perbandingan total revenue penerimaan dan cost biaya dapat
ditentukan sebagai perbandingan nilai penerimaan ekuivalen terhadap nilai biaya ekuivalen. Berdasarkan analisis perhitungan RC ratio
terhadap usahatani Bayam, Caisim, Wortel, Tomat dan Lobak secara organik, masing-masing diperoleh nilai 2,33; 2,61; 3,31; 3,61 dan 3,11
masing-masing lebih dari 1. Nilai RC ratio lebih besar dari 1 menunjukan bahwa pengembangan usahatani sayuran organik layak
untuk dilaksanakan dan menguntungkan. Pada pengembangan usahatani ini diperhitungkan pula terhadap risiko kerusakan. Kerusakan usahatani
sayuran dapat disebabkan oleh faktor cuaca, iklim tidak menentu, maupun serangan hama penyakit tanaman dan kegagalan panen lainnya.
Jika dibandingkan dengan usahatani konvensional, maka nilai RC ratio untuk usahatani organik lebih besar. Nilai RC ratio untuk
usahatani konvensional pada produk Bayam, Caisim, Wortel, Tomat dan Lobak berturut-turut 1,36; 1,55; 1,59; 2,15 dan 1,89 masing-
masing lebih dari 1. Nilai ini menunjukkan usahatani pada komoditi pilihan tersebut secara konvensional pun layak untuk dikembangkan.
Namun bila dibandingkan dengan sistem organik, masih kurang memberikan nilai tambah. Yang membedakan nilai tambah antara
usahatani organik dan konvensional diantaranya adalah harga jual produk. Perbandingan harga jual produk ditingkat Petani untuk sayuran
organik dan konvensional disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23. Perbandingan harga sayuran organik dan konvensional pada komoditi pilihan di tingkat Petani
No Komoditi Pilihan
Harga Jual di Tingkat Petani Rp Organik
Konvensional 1
Bayam 7,000
2,500 2
Caisim 5,000
1,800 3
Wortel 7,000
2,500 4
Tomat 10,000
3,000 5
Lobak 5,000
1,500
Usahatani organik memberikan nilai tambah lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani konvensional. Hal ini dapat dilihat dari
keuntungan dan harga jual produk yang lebih tinggi pada sayuran organik. Sehingga usahatani organik layak untuk dikembangkan dengan
berbasis pada Petani dan keluarganya, untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga tani.
2.
Break Event Point BEP Analisis titik impas BEP merupakan suatu gambaran kondisi
produksi yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Proyek dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suatu
periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung, sehingga proyek tersebut tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh
laba. Berdasarkan analisis perhitungan BEP produk diketahui bahwa titik
impas pengembangan usahatani sayuran organik pada Bayam, Caisim, Wortel, Tomat dan Lobak berturut-turut 373 kg, 489 kg, 439 kg, 732 kg
dan 715 kg produk agar mencapai keseimbangan pada tingkat harga masing-masing Rp7.000, Rp5.000, Rp7.000, Rp10.000 dan Rp5.000.
Nilai ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan usahatani
konvensional yang memiliki nilai BEP produksi untuk Bayam, Caisim, Wortel, Tomat dan Lobak berturut-turut 613 kg, 965 kg, 879 kg, 1.393
kg dan 1.588 kg pada tingkat harga masing-masing Rp2.500, Rp1.800, Rp2.500, Rp3.000 dan Rp1.500. Usahatani organik merupakan salah
satu usaha masa depan yang diharapkan karena dengan luas lahan yang sama, meskipun produktivitasnya lebih sedikit tetapi memberikan
keuntungan yang lebih besar dibandingkan usahatani konvensional karena harga jual produknya lebih tinggi.
4.4 Analisis Lingkungan Usaha