1. Usaha hutan rakyat dilakukan oleh petani, tengkulak, dan industri dimana
petani masih memiliki posisi tawar lebih rendah. 2.
Petani belum dapat melakukan usaha hutan rakyat menurut prinsip usaha dan kelestarian yang baik.
3. Bentuk hutan rakyat sebagian besar berupa budidaya campuran, yang
diusahakan dengan cara-cara sederhana. 4.
Pendapatan hutan rakyat bagi petani masih diposisikan sebagai pendapatan sampingan dan bersifat insidentil dengan kisaran tidak lebih dari 10 dari
pendapatan total Suharjito 2000.
2.1.3. Pola Hutan Rakyat
Anonim dalam Budiharto 2003, menyebutkan bahwa hutan rakyat tersusun atas jenis-jenis vegetasi yang sangat beragam. Dominasi dari setiap jenis
akan menentukan pola hutan rakyat yang ada. Berdasarkan jenis yang mendominasi ruang tumbuh, hutan rakyat dapat diklasifikasikan menjadi 6 pola
yaitu : 1.
Pola tanaman pangan, hutan rakyat ini didominasi oleh jenis tanaman pangan. 2.
Pola silvopastur, hutan rakyat ini didominasi oleh jenis tanaman yang dapat menghasilkan pakan ternakhijauan makanan ternak.
3. Pola kayu bakar, hutan rakyat ini didominasi oleh jenis pohon-pohonan yang
kayunya menghasilkan energi. 4.
Pola hortikultura, hutan rakyat jenis ini didominasi oleh jenis tanaman buah- buahan.
5. Pola perdaganganindustri, hutan rakyat ini didominasi oleh jenis tanaman kayu
perdagangan. 6.
Pola kayu-kayuan, hutan rakyat ini didominasi oleh kayu-kayuan yang bisa menghasilkan bahan bangunan kayu perkakas.
2.1.4. Peranan Hutan Rakyat
Djajapertjunda 2003 menyatakan bahwa hutan rakyat adalah sama halnya seperti hutan-hutan lainnya yang tanamannya terdiri atas pohon-pohon
sebagai jenis utamanya, maka peranannya pun tidak banyak berbeda, yaitu :
a. Ekonomi : untuk memproduksi kayu dan meningkatkan industri kecil sebagai
upaya untuk meningkatkan peranan jaringan ekonomi rakyat. b.
Sosial : guna membuka lapangan kerja c.
Ekologi : Sebagai penyangga kehidupan masyarakat dalam mengatur tata air, mencegah bencana banjir, erosi dan sebagai prasarana untuk memelihara
kualitas lingkungan hidup penyerap CO
2
dan produsen O
2 .
d. Estetika : memberikan keindahan alam.
e. Sumber : merupakan sumberdaya alam untuk ilmu pengetahuan, antara lain
ilmu biologi, ilmu lingkungan dan lain-lain.
2.1.5. Pengelolaan Hutan Rakyat
Lembaga Penelitian IPB 1990 menyatakan bahwa kerangka dasar pengelolaan hutan rakyat melibatkan beberapa sistem, yaitu sistem produksi,
sistem pengelolaan hasil dan sistem pemasaran hasil. Sistem produksi mengatur agar tercapainya keseimbangan produksi dalam jumlah, jenis dan kualitas tertentu
serta tercapainya kelestarian usaha dari para pemilik lahan hutan rakyat. Sedangkan sistem pemasaran hasil mengatur tingkat penjualan yang optimal yaitu
keadaan dimana semua produk yang dihasilkan dari hutan rakyat terjual di pasaran. Dalam pengelolaan hutan rakyat, pada umumnya sistem silvikultur yang
baik, seperti penggunaan bibit, pengaturan jarak tanam dan pemeliharaan belum sepenuhnya diterapkan, sehingga pertumbuhan pohon dan mutu yang dihasilkan
kurang baik. Menurut Awang 2001, dilihat dari susunan jenisnya terdapat dua model
pengelolaan hutan rakyat yaitu : 1.
Hutan rakyat monokultur Hutan rakyat monokultur atau sebagian besar didominasi satu jenis
tanaman keras saja. Pada hutan ini cenderung tidak ada tanaman pangan di dalam hutan rakyat.
2. Hutan rakyat campuran
Hutan rakyat ini ditumbuhi lebih dari satu jenis tanaman. Pada hutan ini mungkin
ditanami tanaman
pangan, buah-buahan
dan sayur-sayuran
agroforestry.
Lundgren dan Raintree 1982 mendefinisikan agroforestri sebagai istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang
secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu pohon, perdu, palem, bambu, dan lain-lain dengan tanaman
pertanian danatau hewan ternak danatau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis
antar berbagai komponen yang ada.
2.2. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Hutan