Umur Pendidikan Karakteristik Petani Hutan Rakyat

5.3. Karakteristik Petani Hutan Rakyat

Gambaran mengenai karakteristik petani hutan rakyat dilakukan dengan metode wawancara kepada responden. Jumlah responden yang diambil adalah sebanyak 30 responden. Data yang dikumpulkan meliputi data identitas, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, pendapatan responden, pengeluaran responden, serta motivasi responden terhadap pengelolaan hutan rakyat khususnya untuk pengelolaan tanaman sengon.

5.3.1 Umur

Berdasarkan data yang dikumpulkan, umur responden yang paling muda adalah 27 tahun, dan yang paling tua berumur 66 tahun. Data umur responden disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan karakteristik kelas umur Kelas umur Jumlah Orang Persentase 27 - 33 4 13,3 34 - 40 8 26,7 41 - 47 9 30 48 - 54 4 13,3 55 - 61 3 10 ≥62 2 6,7 Tabel 3 menunjukkan persentase terbesar responden berada pada umur 41- 47 tahun yaitu sebesar 30. Hal ini disebabkan karena pada rentang umur 41-47 tahun responden masih masuk dalam umur produktif dan rata-rata telah berkeluarga, sehingga motivasi untuk bekerja sebagai petani hutan pada lahan hutan rakyat yang dimiliki lebih besar guna membantu mencukupi kebutuhan keluarganya. Adapun responden yang berusia muda menunjukan bahwa pada dasarnya lahan hutan rakyat yang ada di daerah Pasir Madang merupakan lahan turun temurun yang diberikan sebagai warisan ke generasi berikutnya, sehingga untuk usaha pengembangan hutan rakyat itu sendiri juga dikelola secara turun temurun oleh pihak yang mengelola lahan tersebut. Tetapi dalam kenyataannya banyak juga masyarakat Pasir Madang yang berusia muda merantau ke daerah lain untuk mencari pekerjaan, walaupun pada akhirnya apabila telah berkeluarga banyak yang kembali ke Pasir Madang dan meneruskan bekerja menjadi petani hutan rakyat.

5.3.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan petani berpengaruh pada pola pikir petani dalam mengelola hutan rakyat yang dimiliki sebagai upaya meningkatkan usaha dalam memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, tingkat pendidikan dapat menjadi indikator dalam suatu masyarakat. Semakin tinggi pendidikan seseorang dalam kehidupan suatu masyarakat, maka semakin tinggi pula status sosialnya di dalam masyarakat tersebut. Data tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Orang Persentase Tidak bersekolah 6 20 SD 18 60 SMP 4 13 SMA 2 7 Sarjana - Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh responden 60 tingkat pendidikannya hanya sampai SD. Kemudian disusul 20 responden tidak bersekolah, 13 SMP dan SMA 7. Rendahnya tingkat pendidikan disebabkan oleh besarnya biaya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, selain itu juga tidak terdapat fasilitas pendidikan pada tingkat lanjutan yang ada di Pasir Madang. Selama ini masyarakat desa yang ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi harus memiliki kemampuan untuk sekolah keluar desa. Selain itu tuntutan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari memaksa para petani untuk bekerja guna memenuhi kehidupan sehari-harinya sehingga pentingnya pendidikan menjadi agak dikesampingkan. Tingkat pendidikan yang masih rendah juga menyebabkan keterbatasan kemampuan sehingga kebanyakan usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya adalah dengan melanjutkan usaha orang tuanya yaitu menjadi petani hutan rakyat atau merantau ke daerah lain untuk mendapatkan pekerjaan.

5.3.3 Pekerjaan Pokok dan Sampingan

Dokumen yang terkait

Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan)

2 53 66

Analisis pendapatan rumah tangga petani hutan rakyat studi kasus di Desa Padasari, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

3 13 66

Pola Pemilikan Lahan dan Implikasinya Terhadap Kesej ahteraan Rllmah Tangga Petani (Stlldi KaSllS Desa CiburllY, Kecamatan Cijeruk, Kabllpaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 8 89

Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Kasus di Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur)

0 19 97

Estimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dan kesejahteraan petani di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

0 4 199

Persepsi Petani Terhadap Pola Pengelolaan Hutan Rakyat dan Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Kasus di Kecamatan Cimalaka dan Conggeang Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat)

1 10 205

Kontribusi pengelolaan agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga petani (Studi Kasus: Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 3 110

Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Usaha Tani di Desa Bayasari, Kecamatan Jatinagara, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

0 6 47

Kontribusi Pengelolaan Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 4 36

Analisis Gender Dalam Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Padi Sawah (Kasus Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).

0 7 90