Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Hutan

Lundgren dan Raintree 1982 mendefinisikan agroforestri sebagai istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu pohon, perdu, palem, bambu, dan lain-lain dengan tanaman pertanian danatau hewan ternak danatau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada.

2.2. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Hutan

Rakyat Menurut Kartasubrata 1986, pendapatan rumah tangga menurut sumbernya dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu pendapatan kehutanan dan pendapatan non-kehutanan. Pendapatan kehutanan adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan di hutan, sedangkan pendapatan non-kehutanan adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan di luar kehutanan. Mubyarto 1998 menyatakan pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh oleh seluruh anggota keluarga, baik suami, istri maupun anak. Menurut Sayogyo 1982 dalam Kusumaningtyas 2003, pendapatan rumah tangga dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : a. Pendapatan dari usaha bertani. b. Pendapatan yang mencangkup usaha bertanam padi, palawija, dan kegiatan pertanian lainnya. c. Pendapatan yang diperoleh dari seluruh kegiatan termasuk sumber-sumber mata pencaharian di luar pertanian. Beragam alternatif dapat digunakan untuk menentukan garis kemiskinan antara lain : konsumsi beras kg per orang, konsumsi sembilan bahan pokok, pengeluaran rumah tangga Rp per orang, konsumsi kalori dan protein orang per hari. Garis kemiskinan mempunyai ciri-ciri yaitu spesifikasi atas tiga garis kemiskinan yang mencangkup konsepsi “nilai ambang kecukupan”, menghubungkan tingkat pengeluaran rumah tangga dengan ukuran kecukupan pangan kalori dan protein. Untuk kehidupan di pedesaan ada tiga klasifikasi yaitu : 1. Miskin, dikatakan miskin apabila pengeluaran rumah tangga di bawah 320 kg nilai tukar berasorangtahun. 2. Miskin sekali, pangan tak cukup, jika pengeluaran dibawah 240 kg nilai tukar berasorangtahun. 3. Paling miskin, dapat digolongkan ke dalam paling miskin jika pengeluaran di bawah 180 kg nilai tukar berasorangtahun Sajogyo 1977 dalam Indaryanti dkk 2006. Sajogyo dalam Sitorus dkk 1996 menyatakan. Lapisan pengeluaran rumah tangga di desa, 240- 320 kg nilai tukar berasorangtahun disebut “ambang kecukupan”, sedangkan untuk kota angka-angka tersebut sebesar 360-480 kg nilai tukar berasorangtahun.

2.3. Motivasi Petani dalam Penanaman Hutan Rakyat

Dokumen yang terkait

Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan)

2 53 66

Analisis pendapatan rumah tangga petani hutan rakyat studi kasus di Desa Padasari, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

3 13 66

Pola Pemilikan Lahan dan Implikasinya Terhadap Kesej ahteraan Rllmah Tangga Petani (Stlldi KaSllS Desa CiburllY, Kecamatan Cijeruk, Kabllpaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 8 89

Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Kasus di Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur)

0 19 97

Estimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dan kesejahteraan petani di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

0 4 199

Persepsi Petani Terhadap Pola Pengelolaan Hutan Rakyat dan Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Kasus di Kecamatan Cimalaka dan Conggeang Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat)

1 10 205

Kontribusi pengelolaan agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga petani (Studi Kasus: Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 3 110

Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Usaha Tani di Desa Bayasari, Kecamatan Jatinagara, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

0 6 47

Kontribusi Pengelolaan Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 4 36

Analisis Gender Dalam Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Padi Sawah (Kasus Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).

0 7 90