Nilai Motivasi HASIL DAN PEMBAHASAN

180 sampai 320 kg atau antara Rp. 1.224.000,- sampai Rp. 2.176.000,-. Untuk kategori nyaris miskin ≤ 180 kg nilai tukar berasorang pertahun atau ≤ 180 kg x Rp 6.800,00 = Rp. 1.224.000,-. Dari perhitungan maka diperoleh sebagian besar resonden atau 63,3 dari jumlah responden kehidupannya berada di lapisan ambang kecukupan pangan. Rumah tangga dalam lapisan ini mampu mencapai kebutuhan minimun pangan. Akan tetapi tidak semua responden di Pasir Madang ini merupakan warga yang hidup diatas garis kemiskinan menurut teori Sajogyo. Masih terdapat sekitar 36,6 dari responden yang hidup berada di bawah garis kemiskinan menurut teori Sajogyo ini. Grafik diatas juga memperlihatkan penurunan secara signifikan dari jumlah responden yang tidak miskin sampai responden yang paling miskin. Hal ini menunjukkan kondisi masyarakat tersebut termasuk kategori cukup baik dari segi pemenuhan kebutuhannya karena telah mampu membiayai kebutuhan rumah tangganya. Dalam menentukan miskin dan tidak miskinnya rumah tangga, teori Sajogyo ini masih kurang relevan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 9 dimana rumah tangga miskin menurut teori Sajogyo pun bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal ini terlihat pada Tabel 10 dimana penghasilannya bisa lebih besar daripada pengeluaran. Dalam usaha penuntasan kemiskinan, hutan rakyat memiliki peranan yang sangat penting. Hal ini juga dapat dilihat pada tabel 9 dimana peran hutan rakyat dapat memberikan penghasilan tambahan bagi petani sehingga petani dapat memcukupi kebutuhan hidupnya. Pada tabel 10 juga menunjukkan bahwa hutan rakyat dapat memberikan manfaatnya dan ini menunjukkan bahwa hutan rakyat berperan cukup penting dalam usaha menuntasakan kemiskinan terutama pada masyarakat di pedesaan yang mengusahakan hutan rakyat.

5.8. Nilai Motivasi

Motivasi merupakan penggerak dalam diri individu atau seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam pengelolaan dan pengembangan produk dari hutan rakyat juga dilatarbelakangi oleh motivasi. Motivasi petani dalam pengelolaan hutan rakyat di Pasir Madang terutama dalam pengusahaan tegakan sengon sebagai komoditas yang dikembangkan dan memiliki nilai jual tinggi disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12 Nilai motivasi No. Pernyataan Persentase Jawaban Tidak setuju Setuju Sgt setuju 1 Tegakan sengon pada HR memiliki manfaat ekonomi bagi keluarga dan keuntungan bagi pendapatan. 66,67 33,33 2 Pengelolaan HR yang baik dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. 73,33 26,67 3 Hasil digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar. 16,67 70 13,33 4 Tanaman sengon hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 43,33 56,67 5 Pengelolaan sengon di HR membantu menyediakan lapangan pekerjaan. 63,33 36,67 6 Tanaman lain selain sengon lebih menguntungkan. 26,67 40 33,33 7 Tanaman sengon dapat membantu kesuburan tanah. 30 60 10 8 Tegakan sengon dapat membantu menjaga tanah dan tata air agar tidak menimbulkan erosi, longsor dan banjir. 6,67 23,33 70 9 Penanaman sengon di daerah Pasir Madang sudah sesuai dengan prinsip silvikultur. 40 40 20 10 Selain tanaman sengon yang ditanam di hutan rakyat, tanaman kayu lainnya tanaman agroforestry juga ikut dipelihara. 23,33 40 36,67 11 Tegakan sengon dapat memberikan investasi masa depan bagi keluarga. 16,67 83,33 Rata-rata 13,03 48,79 38,18 Motivasi dalam pengelolaan hutan rakyat yang didominasi tegakan sengon dan kayu afrika ini dapat diketahui besarnya persentase responden yang menyatakan hutan rakyat yang ditanami tegakan sengon dan kayu afrika penting bagi aspek ekonomi, ekologi maupun sosial. Dari Tabel 12, dapat diketahui bahwa hampir dari setengah responden atau sebesar 48,79 memberikan jawaban setuju terhadap pentingnya tegakan sengon dan kayu afrika pada lahan hutan rakyat. Terutama dari aspek ekonomi sangat terlihat jelas bahwa responden memberikan respon positif terhadap keberadaan hutan rakyat tersebut. Hal ini dapat terlihat pada persentase skor dari pernyataan ke 1,2,3,4,6, dan 11. Persentase tidak setuju sebesar 13,03 ini, menunjukkan masih ada petani yang kurang atau belum memperhatikan aspek pengelolaan dan pemeliharaan sengon di lahan hutan rakyat. Hal ini disebabkan responden tersebut juga merasakan manfaat tanaman lain selain tanaman sengon di lahan hutan rakyat. Namun beberapa responden ada yang benar-benar merasakan bahwa tanaman lain tidak lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan tanaman sengon atau kayu afrika. Dari aspek ekologi dapat dilihat bahwa hutan rakyat sengon memberikan dampak positif bagi kondisi lahan, tata air, tanah dan sebagainya. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil persentase jawaban pernyataan ke 7, 8, 9 dan 10. Upaya pengelolaan yang dilakukan oleh petani hutan terhadap tegakan sengon dapat dilihat dari pernyataan ke 9 yang menyatakan bahwa penanaman sengon di daerah Pasir Madang telah dilakukan sesuai dengan prinsip silvikultur, responden yang menjawab setuju sebesar 40 dan yang menjawab sangat setuju sebesar 20. Hal ini menunjukkan tingginya motivasi dari responden dalam upaya pemeliharaan tegakan sengon pada lahan hutan rakyat di Desa Pasir Madang. Sedangkan untuk aspek sosial dapat terlihat dari jawaban responden yang menjawab setuju pada pernyataan ke 5. Dari seluruh jawaban yang diberikan oleh responden dapat digolongkan bahwa responden yang mengelola hutan rakyat memiliki motivasi yang cukup tinggi dalam pengelolaan dan pemeliharaan hutan rakyat terutama untuk jenis sengon dan kayu afrika mengingat banyak manfaat yang dapat diperoleh dari keberadaan hutan rakyat tersebut. Selain dapat dijadikan tabungan, tanaman ini juga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Pasir Madang.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1 Pendapatan rumah tangga responden di Desa Pasir Madang berasal dari hutan rakyat dan non hutan rakyat. Pendapatan hasil hutan rakyat berasal dari hasil

Dokumen yang terkait

Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan)

2 53 66

Analisis pendapatan rumah tangga petani hutan rakyat studi kasus di Desa Padasari, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

3 13 66

Pola Pemilikan Lahan dan Implikasinya Terhadap Kesej ahteraan Rllmah Tangga Petani (Stlldi KaSllS Desa CiburllY, Kecamatan Cijeruk, Kabllpaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 8 89

Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Kasus di Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur)

0 19 97

Estimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dan kesejahteraan petani di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

0 4 199

Persepsi Petani Terhadap Pola Pengelolaan Hutan Rakyat dan Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Kasus di Kecamatan Cimalaka dan Conggeang Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat)

1 10 205

Kontribusi pengelolaan agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga petani (Studi Kasus: Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 3 110

Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Usaha Tani di Desa Bayasari, Kecamatan Jatinagara, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

0 6 47

Kontribusi Pengelolaan Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 4 36

Analisis Gender Dalam Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Padi Sawah (Kasus Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).

0 7 90