1. Miskin, dikatakan miskin apabila pengeluaran rumah tangga di bawah 320 kg
nilai tukar berasorangtahun. 2.
Miskin sekali, pangan tak cukup, jika pengeluaran dibawah 240 kg nilai tukar berasorangtahun.
3. Paling miskin, dapat digolongkan ke dalam paling miskin jika pengeluaran di
bawah 180 kg nilai tukar berasorangtahun Sajogyo 1977 dalam Indaryanti dkk 2006.
Sajogyo dalam Sitorus dkk 1996 menyatakan. Lapisan pengeluaran rumah tangga di desa, 240-
320 kg nilai tukar berasorangtahun disebut “ambang kecukupan”, sedangkan untuk kota angka-angka tersebut sebesar 360-480 kg nilai
tukar berasorangtahun.
2.3. Motivasi Petani dalam Penanaman Hutan Rakyat
Maslow 1999 dalam Puspita 2006 menyatakan bahwa dalam arti tertentu setiap keadaan organisme apapun merupakan suatu keadaan motivasi.
Teori motivasi yang sehat menganggap motivasi sebagai suatu hal yang konstan, tiada akhir, berubah-ubah dan kompleks, dan merupakan sesuatu yang hampir
universal dari setiap keadaan organisme. Dalam penelitiannya Nurozi 1993 menyatakan bahwa motivasi petani
adalah proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara persepsi, kebutuhan, sikap, keputusan, dan sebagainya yang terjadi pada diri petani.
2.4.
Penelitian Terdahulu
Berikut adalah beberapa penelitian-penelitian mengenai hutan rakyat yang telah dilakukan dari tahun 2007-2011 yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Penelitian-penelitian terdahulu
Peneliti Rata-rata Pendapatan Hutan
Rakyat Rp. Jtthn Kontribusi
Tahun Handoko, AD
2,183833 6,12
2007 Rachman
6,933274 60,6
2008 Sultika
7,928117 33,02
2009 Rachman, RM
18,010221 79,5
2010 Firani, SD
13,978565 69,93
2011 Pambudi, RA
Kelas 1
4,525556 22,9
2012
Kelas 2
9,8 29,1
Kelas 3
20,55 61,5
Kelas 4
44,94 79,1
Penelitian mengenai hutan rakyat yang dilakukan Handoko 2007 di Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur menyimpulkan bahwa
kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan total rumah tangga adalah 6,12 dengan pendapatan rata-rata dari hutan rakyat sebesar Rp. 2.183.833,-tahun.
Komoditas yang diusahakan adalah jati dengan mayoritas dikelola dengan menggunakan sistem monokultur.
Rachman 2008 melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa hasil usaha hutan rakyat di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat memberikan kontribusi sebesar 60,6 dari pendapatan total rumah tangga dengan pendapatan rata-rata dari hutan rakyat sebesar Rp. 6.933.274,-
tahun. Sultika 2009 dalam penelitiannya di Desa Sidamulih, Kecamatan
Pamarican dan Desa Bojong, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa kontribusi hutan rakyat adalah
sebesar Rp. 7.928.117,-tahun atau sebesar 33,02 dari total pendapatan rumah tangga.
Menurut penelitian Rachman 2010 yang dilakukan di Desa Cigudeg, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat menyimpulkan bahwa hutan
rakyat memberikan kontribusinya sebesar 79,5 dari pendapatan total rumah tangga dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 18.010.221,-tahun. Komoditas
yang menjadi andalan di daerah penelitian ini adalah buah-buahan seperti durian, petai, jengkol, dan pisang.
Penelitian mengenai hutan rakyat yang dilakukan Firani 2011 di Desa Padasari, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat menyimpulkan
bahwa kontribusi kayu hutan rakyat terhadap pendapatan total rumah tangga adalah 59,58 dengan pendapatan rata-rata dari hutan rakyat sebesar Rp.
12.004.861,-tahun dengan komoditas yang diusahakan adalah suren, mahoni dan mindi. Selain itu pada penelitian ini petani juga memperoleh manfaat dari hasil
hutan non kayu hutan rakyat dari tanaman-tanaman perkebunan seperti vanili, cengkeh dan lada sebesar 10,35 dari pendapatan total Rp 1.973.704,-tahun.
Pada penelitian ini menunjukkan hasil rata-rata pendapatan hutan rakyat responden pada masing-masing kelas. Untuk pendapatan hutan rakyat pada kelas
1 sebesar Rp. 4.525.556,-, pada kelas 2 sebesar Rp. 9.800.000,-, pada kelas 3 sebesar Rp. 20.550.000,- dan pada kelas 4 sebesar Rp. 44.940.000,-. Dapat dilihat
bahwa hutan rakyat dalam perjalanannya ini semakin menampakkan perannya. Kontribusinya cukup besar terutama dalam usaha peningkatan pendapatan rumah
tangga petani secara langsung.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2012 dan bertempat di
hutan rakyat Desa Pasir Madang, Kec. Sukajaya, Kab. Bogor, Jawa Barat.
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian berlangsung adalah : 1.
Kuisioner 2.
Alat tulis 3.
Data-data sekunder 4.
Kalkulator 5.
Laptop 6.
Software Microsoft Excel 2007 7.
Software Minitab 14 8.
Kamera digital
3.3. Batasan-batasan Operasional
Untuk memberikan pengertian dan persepsi yang seragam atas pengelolaan hutan rakyat di dalam skripsi ini, maka diberikan batasan-batasan
sebagai berikut : a.
Hutan rakyat adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah dan ditanami pohon-pohon berkayu, baik yang terdiri dari satu jenis
tanaman monokultur, maupun campuran yang ditanam dengan tanaman pertanian atau tanaman palawija.
b. Petani hutan rakyat adalah petani yang memiliki dan menggarap lahan
hutan rakyat. c.
Pendapatan hutan rakyat adalah seluruh pendapatan yang diperoleh rumah tangga petani untuk memenuhi kebutuhan hidup dari hasil hutan rakyat
yang dimiliki. d.
Pengeluaran rumah tangga petani hutan rakyat adalah pengeluaran yang dilakukan oleh petani hutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dari