Bagian Hulu Topografi dan Curah Hujan

48 dan sebagian kecil Kota Bogor Kecamatan Kota Bogor Timur dan Kota Bogor Selatan. b. Bagian tengah DAS Ciliwung termasuk wilayah Kabupaten Bogor Kecamatan Sukaraja, Cibinong, Bojonggede dan Cimanggis, Kota Bogor Kecamatan Kota Bogor Timur, Kota Bogor Tengah, Kota Bogor Utara, dan Tanah Sareal dan Kota Administratif Depok Kecamatan Pancoran Mas, Sukmajaya dan Beji. c. Bagian hilir sampai dengan Pintu Air Manggarai termasuk wilayah administrasi pemerintahan Kota Madya Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat, lebih ke hilir dari Pintu Air Manggarai, termasuk saluran buatan Kanal Barat, Sungai Ciliwung ini melintasi wilayah Kota Madya Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara.

4.1.2. Topografi dan Curah Hujan

4.1.2.1. Bagian Hulu

Bagian hulu DAS Ciliwung mencakup areal seluas 146 km2 yang merupakan daerah pegunungan dengan elevasi antara 300 m sampai 3.000 m dpl. Di bagian hulu paling sedikit terdapat 7 Sub DAS, yaitu: Tugu, Cisarua, Cibogo, Cisukabirus, Ciesek, Ciseuseupan, dan Katulampa. Bagian hulu dicirikan oleh sungai pegunungan yang berarus deras, variasi kemiringan lereng yang tinggi, dengan kemiringan lereng 2-15 70,5 km 2 , 15-45 52,9 km 2 , dan sisanya lebih dari 45. Di bagian hulu masih banyak dijumpai mata air yang bergantung pada komposisi litografi dan porositas batuan. Curah hujan rata-rata tahunan selama periode 1989-2001 adalah 3.636 mm dengan rata-rata hujan bulanan 303 mm. Sebaran waktu time distribution hujan di bagian hulu disajikan dalam Gambar 12. Batas musim kemarau dengan musim penghujan di bagian hulu tidak jelas, kecuali daerah Citeko dimana musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai dengan September, dan musim penghujan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Mei Antoro dan Fahmiza, 2002. Debit sungai rata-rata selama periode 1989-2001 di Bendung Katulampa disajikan dalam Gambar 13. 49 Gambar 12. Distribusi Curah hujan bulanan di DAS Ciliwung Gambar 13. Rata-rata Debit Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa 4.1.2.2. Bagian Tengah Bagian tengah Bagian tengah mencakup areal seluas 94 km2 merupakan daerah bergelombang dan berbukit-bukit dengan variasi elevasi antara 100 m sampai 300 m dpl. Di bagian Tengah terdapat dua anak sungai, yaitu: Cikumpay dan Ciluar, yang keduanya bermuara di sungai Ciliwung. Bagian tengah Ciliwung didominasi area dengan kemiringan lereng 2-15. Curah hujan rata-rata tahunan selama periode 1989-2001 adalah 3.910 mm dengan rata-rata hujan bulanan 326 mm. 100 200 300 400 500 600 700 Jan Feb M ar Apr M ei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des C H m m Bulan G. M as Kat ulampa Depok Grafik Hubungan Debit Katulampa terhadap Waktu Periode Tahun 1992 - 2002 10 20 30 40 50 60 19 92 -0 1 19 92 -0 7 19 93 -0 1 19 93 -0 7 19 94 -0 1 19 94 -0 7 19 95 -0 1 19 95 -0 7 19 96 -0 1 19 96 -0 7 19 97 -0 1 19 97 -0 7 19 98 -0 1 19 98 -0 7 19 99 -0 1 19 99 -0 7 20 00 -0 1 20 00 -0 7 20 01 -0 1 20 01 -0 7 20 02 -0 1 Bulan D e b it m 3 d e ti k Debit 50 Sebaran waktu time distribution hujan di beberapa stasiun pengamatan DAS Ciliwung disajikan dalam Gambar 14. Sumber : diolah dari Antoro dan Fahmiza 2002 Gambar 14. Distribusi Curah Hujan Bulanan di DAS Ciliwung Tengah 4.1.2.3. Bagian Hilir Bagian Bagian hilir sampai stasiun pengamatan Kebon BaruManggarai pada elevasi 8 m dpl mencakup areal seluas 82 km 2 merupakan dataran rendah bertopografi landai dengan elevasi antara 0 m sampai 100 m dpl. Bagian hilir didominasi area dengan kemiringan lereng 0-2 , dengan arus sungai yang tenang. Bagian lebih hilir dari Manggarai dicirikan oleh jaringan drainase, yang sudah dilengkapi dengan Kanal Barat yang berupa saluran kolektor. Curah hujan rata-rata tahunan selama periode 1989-2001 adalah 2.126 mm dengan rata-rata hujan bulanan 177 mm. Sebaran waktu time distribution hujan di bagian hilir disajikan dalam Gambar 15. Daerah hilir yang umumnya berada di Jakarta dan Tangerang batas antara musim kemarau dan musim penghujan tampak jelas. Musim penghujan mulai jatuh pada bulan Desember dan berakhir pada bulan Maret. Secara umum hujan di bagian hilir ini paling kering dibandingkan dengan hujan di bagian tengah dan hulu DAS. 51 Sumber : diolah dari Antoro dan Fahmiza 2002 Gambar 15. Distribusi Curah Hujan Bulanan di DAS Ciliwung Hilir 4.1.3. Karakteristik Lahan dan Tata Ruang Wilayah DAS Ciliwung 4.1.3.1. Penguasaan Lahan dan Penggunaan Lahan Penguasaan lahan di bagian hulu dapat dikelompokkan menjadi lahan negara, hak milik dan hak guna usaha. Lahan negara dalam bentuk kawasan hutan dikelola oleh pemerintah c.q Balai Taman Nasional Gede-Pangrango Kawasan Taman Nasional, Balai Konservasi Sumberdaya Alam Kawasan Hutan Cagar Alam Telaga Warna Departemen Kehutanan, dan Perum Perhutani Kawasan Lindung dan Produksi. Lahan dalam bentuk situ dan badan sungai dikelola oleh Pemda dan pemerintah c.q Balai Pengelolaan Sumberdaya Air, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Lahan milik umumnya digunakan untuk kebun, sawah tadah hujan dan teknis, tegalanladang, pemukiman dan tempat rekreasi. Sedangkan lahan dalam bentuk hak guna usaha digunakan sebagai kebun PT. Gunung Mas dan PT. Ciliwung. Lahan milik umumnya dimiliki oleh orang yang bertempat tinggal di luar lahan milik tersebut. Penguasaan lahan di bagian tengah seperti halnya di bagian hulu dapat dikelompokkan menjadi lahan negara, hak milik dan hak guna usaha. Lahan negara dalam bentuk kawasan hutan dikelola oleh pemerintah c.q. Perum Perhutani Kawasan Lindung dan Produksi. Lahan dalam bentuk situ dan badan sungai dikelola oleh Pemda dan pemerintah c.q Balai Pengelolaan Sumberdaya Air, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Lahan milik umumnya digunakan untuk kebun, sawah tadah hujan, dan teknis, tegalanladang, pemukiman dan tempat rekreasi. Sedangkan lahan dalam bentuk hak guna usaha 52 digunakan sebagai kebun. Penggunaan lahan di bagian hilir didominasi oleh lahan hunian build up areas, jaringan jalan, badan sungai dan saluran drainase lainnya, sedikit lahan hijau dalam bentuk taman. Kondisi penggunaan lahan, dalam hal ini tingkat penutupan lahan land cover- merupakan indikator penting dalam mengenali kondisi keseluruhan DAS. Hal ini berkaitan dengan terpeliharanya daerah resapan air, pengurangan aliran permukaan serta pengendalian erosi saat musim penghujan dan mencegah kekeringan saat musim kemarau.

4.1.3.2. Perubahan Penggunaan Lahan dan tata Ruang Wilayah DAS