30 K, tampungan spesifik So atau pemakaian param porositas n, permeabilitas k, dan
kompresibilitas akuifer .
2.5.7.6. Specific Yield Sy
Param tampungan spesifik So digunakan untuk akuifer yang dibatasi oleh dua lapisan kedap air, seperti yang terjadi pada akuifer tertekan. Pada kondisi dimana
lapisan kedap airnya hanya satu, yaitu pada akuifer tidak tertekan, param tampungan dikenal dengan sebutan specific yield Sy. Definisinya ialah isi
volume air yang keluar dari tampungan oleh satuan luas dari akuifer tak tertekan akibat satu unit penurunan dari muka air water table.
Pengertian specific yield dapat juga dijelaskan seperti berikut ini. Pada akuifer tak tertekan, muka airtanah berfungsi sebagai batas daerah jenuh air dan daerah
tak jenuh air. Di daerah tak jenuh air, kadar air merupakan perbandingan isi air
dengan total isi material tanah dan selalu lebih kecil dari porositas n n. Pada
muka airtanah dan di daerah jenuh air besarnya = n.
Nilai Sy jauh lebih besar dibandingkan S yaitu berkisar antara 0,01 – 0,03. nilai Sy yang besar menunjukkan bahwa keluarnya air dari tampungan di akuifer tak
tertekan merupakan dewatering langsung dari pori-pori tanah, sedangkan keluarnya air dari tampungan di akuifer tertekan merupakan efek sekunder dari
ekspansi air dan pemadatan akuifer yang disebabkan karena adanya perubahan tekanan fluida
g. Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa akuifer tak tertekan lebih efisien sebagai sumber air dibandingkan dengan akuifer
tertekan. Untuk nilai debit yang sama, hanya dibutuhkan ketinggian hidrolik yang lebih kecil.
Tabel 5. N ilai Spesific Yield Batuan
Material Spesific Yield Sy
Kerikil kasar 23
Kerikil sedang 24
Kerikil halus 25
Pasir kasar 27
Pasir sedang 28
Pasir halus 23
debu 8
lempung 3
Batu pasir halus 21
Batupasir sedang 27
31
Batu gamping 14
Gemuk pasir 38
gambut 26
sekis 26
Batu debu 12
Tuf 21
Sumber : Todd, 1995
2.5.7.7. Gerakan Airtanah
Sebagai hasil dari cara bahan-bahan diendapkan semula, sistem-sistem akuifer hampir tidak pernah seragam dalam ciri-ciri hidroliknya. Bahkan bila struktur
geologi sistem akuifer diketahui, maka detil gerakan air di dalamnya sulit untuk diketahui. Banyak detil gerakan airtanah masih belum dipahami dengan jelas.
Tetapi, proses umum gerakan airtanah sangatlah sederhana. Suatu gerakan yang didorong oleh gaya berat dan ditahan oleh gesekan cairan pada medium yang
porous. Bila kita bawa prinsip yang sederhana itu pada perlakuan matematis dari aliran airtanah, maka asumsi-asumsi dan generalisasi tertentu harus dilakukan.
Beberapa dari asumsi-asumsi itu Dam, 1966 adalah: 1. Akuifer haruslah homogen dan isotropik permeabilitas dalam arah x,
y, dan z adalah sama. 2. Lapisan-lapisan semi-tembus mempunyai ketahanan hidrolik yang
seragam. 3. Koefisien permeabilitas merupakan invarian waktu tak tergantung
waktu. 4. Transmisibilitas suatu akuifer bebas adalah konstan.
5. Koefisien cadangansimpanan adalah konstan. 6. Pelepasan air dari cadangan adalah seketika.
7. Zona kapiler dapat diabaikan. Dengan menggunakan kriteria ini, aliran airtanah untuk keadaan lunak nilai-
nilai konstan dengan waktu pada titik yang berbeda pada akuifer-stasioner tak tertekan kerapatan air tetap konstan diperlakukan secara matematik. Persamaan-
persamaan dasar yang menjelaskan perlakuan ini didasarkan atas 2 hukum, yaitu hukum Darcy dan hukum Kontinuitas.
Hukum Darcy
Kombinasi gaya gravitasi bumi Z dengan tekanan potensial P disebut tinggi-energi hidrolik hydraulic head. Perbedaan tinggi energi hidrolik H antara
32 dua tempat sering disebut dH. Apabila nilai perbedaan tersebut diwujudkan dalam
satuan panjang, maka ia akan ditulis dHL dan disebut gradien hidrolik hydraulic gradient. Gradien hidrolik merupakan tenaga pendorong gerakan air dalam tanah.
Jika permukaan airtanah bebas itu mempunyai gradien, maka airtanah akan bergerak ke arah tersebut.
Oleh adanya hujan yang terputus, evaporasi, dan buangan air di lapangan, maka akan selalu ada tenaga pendorong gerakan airtanah. Untuk dapat
memperkirakan laju gerakan air dalam tanah, diperlukan tambahan informasi luas penampang melintang A daerah yang akan dilalui airtanah serta faktor
konduktivitas hidrolik K yang merupakan karakteristik airtanah. Menurut hukum Darcy, kecepatan semu aliran
adalah sebanding dengan gradien hidrolik
∂h∂l adalah :
= ×
ℎ K adalah konduktivitas hidrolik LT. Bila kedua sisi persamaan masing-
masing dikalikan luas penampang melintang A, maka volume per satuan waktu q menjadi:
= ×
= ×
×
ℎ Dimensi q adalah L
3
T dan persamaan di atas berlaku untuk tanah jenuh. Hukum Darcy dapat juga digunakan untuk menghitung besarnya aliran air dalam
tanah tidak jenuh. Proses perhitungan aliran air pada tanah tidak jenuh lebih rumit karena nilai K tidak hanya tergantung pada ukuran pori-pori tanah, tapi juga pada
keadaan kelembaban tanah. nilai K 0v bervariasi dari 50 cmhari pada tanah basah sampai 0,001 cmhari
pada keadaan permanent wilting point PWP. Tabel 6 berikut ini memperlihatkan kecepatan aliran airtanah yang diukur di lapangan.
33
Tabel 6. Kecepatan Airtanah di Berbagai Jenis Batuan
Karakteristik Tanah Dalam Akuifer
Ukuran Butir mm Kecepatan Rata-Rata Aliran
mhari Gradien
Hidrolik 1 Gradien
Hidrolik 100 Silt, pasir halus
Pasir sedang Pasir kasar, kerikil halus
Kerikil Kecepatan maksimum dalam
kerikil 0,005-0,25
0,25-0,5 0,5-2,0
2,0-10,0 18,5 ukuran butir
efektif 0.02
0.35 1.92
9.09
33.33 2.0
35.0 192.0
909.0 3,333.0
Sumber : Todd, 1995
Porositas yang lebih besar tidak selalu disertai oleh permeabilitas yang lebih baik porositas adalah kadar ruang antara butir-butir yang membentuk lapisan-
lapisan. Sebagai contoh adalah lempung. Porositas lapisan lempung adalah sangat besar, tetapi permeabilitasnya adalah kecil karena ruang-ruangnya sangat kecil.
Permeabilitas ditentukan oleh porositas efektif. Tabel 7 memperlihatkan porositas efektif dan koefisien permeabilitas dari suatu lapisan.
Tabel 7. Porositas dan Permeabilitas Lapisan
Jenis Lapisan Porositas
Porositas Efektif
Koefisien Permeabilitas
Alluvium Lapisan lempung
Lapisan silt Lapisan pasir
Lapisan pasir dan kerikil
45-50 35-45
30-35 25-30
5-10 5-8
20-25 15-20
10
-4
-10
-5
10
-1
-10
-2
Dilluvium Lapisan lempung
Lapisan silt Lapisan pasir
Lapisan pasir dan kerikil
50-60 40-50
35-40 30-35
3-5 5-10
15-20 10-20
10
-5
-10
-6
10
-2
-10
-3
Neo- Tersier
Lapisan lumpur Lapisan batu pasir
Lapisan tufa 55-65
40-50 30-65
3-5 5-10
3-10 10
-5
-10
-6
10
-3
-10
-4
10
-3
-10
-6
Sumber : Todd, 1995 Keterbatasan umum Hukum Darcy adalah Seyhan, 1990:
1. Berlaku untuk aliran laminer pada media porous, yang berarti bahwa ini berlaku untuk bilangan Reynolds hingga 10.
2. Untuk maksud-maksud rekayasa, hukum ini mempunyai ketelitian dengan kesalahan 1 – 2 .
34
Hukum Kontinuitas
Hukum ini yang digunakan bersama-sama hukum Darcy dalam memecahkan permasalahan airtanah yang dapat dituliskan untuk keadaan lunak invarian
waktu dan tak dapat ditekan kerapatan air yang konstan sebagai:
z q
y q
x q
z y
x
yang hanya mendefinisikan kenyataan bahwa air yang meninggalkan suatu tubuh harus berasal dari suatu tempat. Untuk akuifer semi tertekan, persamaan ini
menjadi sama dengan kebocoran dari akuifer. Sehingga, H
C H
C z
q y
q x
q
z y
x 2
2 1
1
dimana: C
1
= ketahanan hidrolik lapisan semi tembus yang membatasi di bagian atas = d
1
k
1
C
2
= ketahanan hidrolik lapisan semi tembus yang membatasi di bagian bawah
= d
2
k
2
H = ketebalan akuifer. Dengan menggunakan 2 hukum ini, dalam batas-batas asumsi yang disajikan
pada awal sub-bahasan ini banyak permasalahan airtanah dapat dipecahkan secara matematik.
2.5.8. Sifat-Sifat Akuifer dan Batuan Dasar