Sifat-Sifat Akuifer dan Batuan Dasar Gradien Permukaan Air Tertekan Hubungan Airtanah dan Air Sungai

34 Hukum Kontinuitas Hukum ini yang digunakan bersama-sama hukum Darcy dalam memecahkan permasalahan airtanah yang dapat dituliskan untuk keadaan lunak invarian waktu dan tak dapat ditekan kerapatan air yang konstan sebagai:    z q y q x q z y x       yang hanya mendefinisikan kenyataan bahwa air yang meninggalkan suatu tubuh harus berasal dari suatu tempat. Untuk akuifer semi tertekan, persamaan ini menjadi sama dengan kebocoran dari akuifer. Sehingga, H C H C z q y q x q z y x 2 2 1 1                 dimana: C 1 = ketahanan hidrolik lapisan semi tembus yang membatasi di bagian atas = d 1 k 1 C 2 = ketahanan hidrolik lapisan semi tembus yang membatasi di bagian bawah = d 2 k 2 H = ketebalan akuifer. Dengan menggunakan 2 hukum ini, dalam batas-batas asumsi yang disajikan pada awal sub-bahasan ini banyak permasalahan airtanah dapat dipecahkan secara matematik.

2.5.8. Sifat-Sifat Akuifer dan Batuan Dasar

Dalam hal-hal tertentu, corak batuan dasar dan akuifer dapat diketahui dari corak airtanah. Jika lapisan akuifer yang permeabel terletak di atas batuan dasar yang mempunyai titik perubahan gradien yang besar, maka gradien airtanah juga berubah menjadi curam pada titik perubahan tersebut di atas. Akan tetapi, jika batuan dasar mempunyai gradien yang berlawanan terhadap gradien airtanah, maka aliran airtanah pada bagian batuan dasar akan menjadi tidak normal dan permukaan airtanah seolah-olah akan berbentuk garis lurus. Jadi dalam hal ini, bentuk batuan dasar yang cekung tidak tercermin pada gradien airtanah. Juga keadaan permukaan airtanah dapat berubah karena variasi sifat akuifer tersebut. Airtanah yang datang dari bagian-bagian butir kasar dinaikkan oleh 35 airtanah yang datang dari bagian butir halus, sehingga gradien permukaan airtanah diperkecil, lalu pada batas antara bagian-bagian butir halus dan bagian-bagian butir kasar gradiennya menjadi curam.

2.5.9. Gradien Permukaan Air Tertekan

Jika penampang permeabel melintang adalah sama, maka meskipun keadaan akuifer itu berubah-ubah, gradien permukaan air tertekan akan berhimpitan dengan gradien dari penampang antara titik pemasukan airtanah dengan titik akhirnya. Sebaliknya, jika penampang permeabel berubah-ubah, maka permukaan air tertekan juga berubah pada titik perubahan tersebut. Perubahan permukaan air disebabkan oleh perubahan kelapisan butir-butir kasar dengan porositas efektif yang besar dan kelapisan butir-butir halus dengan porositas efektif yang kecil. Perubahan tersebut disebabkan oleh perubahan tebalnya akuifer.

2.5.10. Hubungan Airtanah dan Air Sungai

Hubungan airtanah dan air sungai dapat ditentukan dengan garis kontur permukaan airtanah. Airtanah dapat bertambah karena adanya peresapan air sungai. Airtanah juga dapat mengalir ke sungai atau airtanah dan air sungai sama- sama netral. Selanjutnya terdapat juga keadaan dimana pada sisi yang satu air sungai bertambah oleh airtanah dan pada sisi yang lain air sungi itu meresap ke dalam tanah, sehingga arah aliran berbalik dan tergantung dari musim. Keadaan- keadaan ini terdapat antara airtanah dan air sungai dalam bekas sungai yang lama atau di dataran banjir flood plain.

2.6. Kajian Geolistrik

Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial , arus dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Konfigurasi Tahanan Jenis Schlumberger 2.6.1. Konfigurasi metode geolistrik resistivity Schlumberger bertujuan untuk mengidentifikasi diskontinuitas lateral anomali konduktif lokal. Arus diinjeksikan melalui elektroda AB, dan pengukuran beda potensial dilakukan pada elektroda MN, dimana jarak elektroda arus AB jauh lebih besar dari jarak