57 Coklat, Latosol Coklat, Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat. Hal ini
didasarkan atas Peta Tanah Tinjau untuk Kabupaten Bogor dan Kota Bogor skala 1 : 20.000.000 dari Pusat Penelitian Tanah Bogor. Dari jenis-jenis tanah diatas,
jenis tanah yang tersebar luas di DAS Ciliwung Bagian Hulu adalah Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat sebesar 32,89 dari total luas areal DAS
Ciliwung Bagian Hulu. Jenis tanah Latosol dan asosiasinya memiliki sifat tanah yang baik yaitu tekstur liat berdebu hingga lempung berliat, struktur granular dan
remah, kedalaman efektif umumnya 90 dan agak tahan terhadap erosi serta sifat kimia tanah pada dasarnya tergolong baik dengan PH tanah agak netral serta
kandungan bahan organik biasanya rendah atau sedang.
Sumber : Pusat Penelitian Tanah Bogor, 2002
Gambar 16. Peta Sebaran Jenis Tanah di DAS Ciliwung
4.1.5. Tinggi Muka Airtanah dan Jejaring Aliran Airtanah Flownet di
DAS Ciliwung
Garis aliran adalah suatu garis sepanjang mana butir-butir akan bergerak dari bagian hulu ke bagian hilir sungai melalui media tanah yang tembus air
permeable. Garis ekipotensial adalah suatu garis sepanjang mana tinggi potensial di semua titik pada garis tersebut adalah sama. Kombinasi dari beberapa
garis aliran dan garis ekipotensial dinamakan jejaring aliran flow net. Seperti
58 telah disebutkan sebelumnya bahwa jejaring aliran dibuat untuk menghitung aliran
air tanah. Garis kontur permukaan air garis aliran sangat mirip dengan garis topografi
yang ada pada peta. Garis topografi ini sangat penting untuk mewakili elevasi di bawah permukaan tanah. Elevasi tersebut adalah kedalaman hidrolik. Garis kontur
permukaan air dapat digunakan untuk mengetahui arah dari aliran airtanah pada wilayah yang diberikan. Peta dari garis kontur permukaan air ini disebut dengan
flownet jejaring aliran. Airtanah selalu bergerak dari area yang memiliki kedalaman hidrolik yang tinggi ke area yang memiliki kedalaman hidrolik yang
rendah. Sebaran kedalaman airtanah bebas di sekitar DAS Ciliwung sangat bervariasi.
Kedalaman airtanah di sumur DAS Ciliwung Hulu berkisar antara 1 – 7 m bawah muka tanah setempat bmt. Kedalaman yang paling besar adalah di Tugu Selatan
mencapai 7 m bmt. Kedalaman airtanah semakin besar ke arah tengah DAS Ciliwung yaitu di daerah Cimahpar dan Sukaraja yang mencapai 11.9 m bmt.
Sebaran muka airtanah disajikan pada Tabel 12. Kedalaman muka airtanah mengikuti kedalaman akuifer bebas dangkal.
Kedalaman akuifer bebas di DAS Ciliwung Hulu berkisar antara 0 – 16 m bmt, sedangkan di DAS Ciliwung bagian tengah berkisar antara kedalaman 6 – 20 m
bmt. Muka airtanah semakin dalam dari Hulu ke Tengah DAS Ciliwung. Hal ini selain disebabkan oleh kedalaman akuifer bebas juga disebabkan oleh pemakaian
airtanah yang lebih banyak di daerah Tengah DAS Ciliwung. Pemakain ini yang semakin besar ini berbanding lurus dengan kepadatan penduduk di daerah
tersebut. Pola kedalaman muka airtanah di DAS Ciliwung disajikan pada Gambar 17.
59
Tabel 12. Tinggi Muka Airtanah Bebas di Sekitar DAS Ciliwung
No Lokasi Sumur
Kedalaman Sumur
bmt Tebal
Air m Elevasi
Tanah m dpl
Elevasi Muka Airtanah
m dpl Koordinat
BT LS
1 Tugu Selatan
7.0 1.7
1015 1,008.0
106.9648 -6.7008
2 Tugu Selatan
6.0 7.8
980 974.0
106.9575 -6.6907
3 Tugu Selatan
6.0 8.0
930 924.0
106.9496 -6.6876
4 Tugu Utara
5.5 3.5
990 984.5
106.9636 -6.6938
5 Batu Layang
1.9 1.3
840 838.1
106.9498 -6.6791
6 Batu Layang
5.7 1.0
780 774.3
106.9426 -6.6701
7 Batu Layang
1.0 1.2
810 809.0
106.9421 -6.6773
8 Kopo
12.0 1.2
720 708.0
106.9172 -6.6620
9 Megamendung
5.0 1.0
650 645.0
106.9118 -6.6442
10 Cipayung
3.5 2.5
610 606.5
106.8935 -6.6529
11 Gadog
9.4 0.6
510 500.6
106.8632 -6.6560
12 Sindangsari
10.5 3.3
410 399.5
106.8418 -6.6446
13 Ciheuleut
11.0 2.0
345 334.0
106.8136 -6.6022
14 Sukaraja
11.9 0.3
435 423.1
106.8350 -6.6168
15 Kedunghalang
8.0 1.0
250 242.0
106.8395 -6.5899
16 Cimahpar
3.5 2.0
250 246.5
106.8259 -6.5894
17 Selaawi
11.0 1.0
259 248.0
106.8222 -6.5697
18 Cilebut
6.4 2.3
200 193.6
106.7980 -6.5314
19 Cilebut
6.0 1.5
221 215.0
106.7995 -6.5348
20 Kedungbadak
5.3 1.0
253 247.7
106.8015 -6.5583
21 Sempur
5.0 1.0
291 286.0
106.7985 -6.5889
22 Cimande Hilir
3.5 4.2
435 431.5
106.8246 -6.7038
23 Girangsari
4.0 3.5
450 446.0
106.8451 -6.6607
24 Ciburuy
3.0 3.7
500 497.0
106.8371 -6.6932
25 Rancamaya
9.0 1.7
440 431.0
106.8317 -6.6732
26 Cmandala 1
8.0 3.5
156 148.0
106.8296 -6.5307
27 Cimandala 2
6.0 2.0
146 140.0
106.8240 -6.5364
Sumber : Anonim 1999 Garis aliran adalah suatu garis sepanjang mana butir-butir akan bergerak dari
bagian hulu ke bagian hilir sungai melalui media tanah yang tembus air permeable. Garis ekipotensial adalah suatu garis sepanjang mana tinggi
potensial di semua titik pada garis tersebut adalah sama. Kombinasi dari beberapa garis aliran dan garis ekipotensial dinamakan jejaring aliran flow net. Seperti
telah disebutkan sebelumnya bahwa jejaring aliran dibuat untuk menghitung aliran air tanah.
Garis kontur permukaan air garis aliran sangat mirip dengan garis topografi yang ada pada peta. Garis topografi ini sangat penting untuk mewakili elevasi di
bawah permukaan tanah. Elevasi tersebut adalah kedalaman hidrolik. Garis kontur permukaan air dapat digunakan untuk mengetahui arah dari aliran airtanah pada
wilayah yang diberikan. Peta dari garis kontur permukaan air ini disebut dengan flownet. Airtanah selalu bergerak dari area yang memiliki kedalaman hidrolik
yang tinggi ke area yang memiliki kedalaman hidrolik yang rendah.
60
Gambar 17. Kedalaman Airtanah di Sekitar DAS Ciliwung
Jejaring aliran airtanah flownet dianalisis menggunakan perangkat lunak Surfer 9.0. jejaring aliran airtanah Hasil analsis flownet memperihatkan arah
aliran airtanah berasal dari arah selatan ke utara DAS Ciliwung. Kedalaman airtanah mengikuti kontur tanah setempat. Garis aliran yang didapatkan terbatas
hanya untuk daerah Bogor. Hal ini disebabkan keterbatas data pengukuran. Garis aliran yang didapatkan bahwa aliran airtanah tidak mengarah ke badan sungai dan
adanya pola aliran airtanah yang keluar dari DAS Ciliwung yaitu di daerah DAS Ciliwung bagian Tengah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor
61 keterbatasan data. Selain faktor tersebut, juga disebabkan oleh adanya
kemungkinan ekplorasi airtanah yang berlebih didaerah tersebut. Airtanah akan mengisi air sungan dalam bentuk baseflow aliran dasar dan sebaliknya air sungai
juga akan dapat mengisi airtanah apabila adanya pemakaian airtanah dangkal dengan jumlah yang besar.
Gambar 18. Jejaring Aliran Flownet di DAS Ciliwung
4.1.6. Geologi DAS Ciliwung