47
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum DAS Ciliwung
4.1.1. Bentuk dan Wilayah Daerah Aliran Sungai Ciliwung
DAS Ciliwung membentang dari kaki Gunung Pangrango sampai Teluk Jakarta meliputi areal seluas 347 km
2
, dengan panjang sungai utamanya 117 km. Menurut toposekuensnya DAS Ciliwung dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: hulu,
tengah dan hilir, masing-masing dengan stasiun pengamatan arus sungai di Bendung Katulampa Bogor, Ratujaya Depok, dan Pintu Air Manggarai Jakarta
Selatan. Masing-masing bagian tersebut mempunyai karakteristik fisik, penggunaan lahan, dan sosial ekonomi masyarakat yang sedikit banyak berbeda.
Distribusi penutupan lahan di DAS Ciliwung dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Keadaan Penutupan Lahan di DAS Ciliwung Tahun 2009
Berdasarkan wilayah administrasi, DAS Ciliwung dari hulu sampai hilir melingkupi Kab. Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Propinsi DKI Jakarta
dengan deliniasi wilayah sebagai berikut : a. Bagian hulu DAS Ciliwung sebagian besar termasuk wilayah
Kabupaten Bogor Kecamatan Megamendung, Cisarua dan Ciawi
48 dan sebagian kecil Kota Bogor Kecamatan Kota Bogor Timur dan
Kota Bogor Selatan. b. Bagian tengah DAS Ciliwung termasuk wilayah Kabupaten Bogor
Kecamatan Sukaraja, Cibinong, Bojonggede dan Cimanggis, Kota Bogor Kecamatan Kota Bogor Timur, Kota Bogor Tengah, Kota
Bogor Utara, dan Tanah Sareal dan Kota Administratif Depok Kecamatan Pancoran Mas, Sukmajaya dan Beji.
c. Bagian hilir sampai dengan Pintu Air Manggarai termasuk wilayah administrasi pemerintahan Kota Madya Jakarta Selatan dan Jakarta
Pusat, lebih ke hilir dari Pintu Air Manggarai, termasuk saluran buatan Kanal Barat, Sungai Ciliwung ini melintasi wilayah Kota
Madya Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara.
4.1.2. Topografi dan Curah Hujan
4.1.2.1. Bagian Hulu
Bagian hulu DAS Ciliwung mencakup areal seluas 146 km2 yang merupakan daerah pegunungan dengan elevasi antara 300 m sampai 3.000 m dpl. Di bagian
hulu paling sedikit terdapat 7 Sub DAS, yaitu: Tugu, Cisarua, Cibogo, Cisukabirus, Ciesek, Ciseuseupan, dan Katulampa. Bagian hulu dicirikan oleh
sungai pegunungan yang berarus deras, variasi kemiringan lereng yang tinggi, dengan kemiringan lereng 2-15 70,5 km
2
, 15-45 52,9 km
2
, dan sisanya lebih dari 45. Di bagian hulu masih banyak dijumpai mata air yang bergantung
pada komposisi litografi dan porositas batuan. Curah hujan rata-rata tahunan selama periode 1989-2001 adalah 3.636 mm
dengan rata-rata hujan bulanan 303 mm. Sebaran waktu time distribution hujan di bagian hulu disajikan dalam Gambar 12.
Batas musim kemarau dengan musim penghujan di bagian hulu tidak jelas, kecuali daerah Citeko dimana musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai
dengan September, dan musim penghujan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Mei Antoro dan Fahmiza, 2002. Debit sungai rata-rata selama periode
1989-2001 di Bendung Katulampa disajikan dalam Gambar 13.
49
Gambar 12. Distribusi Curah hujan bulanan di DAS Ciliwung
Gambar 13. Rata-rata Debit Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa 4.1.2.2.
Bagian Tengah
Bagian tengah Bagian tengah mencakup areal seluas 94 km2 merupakan daerah bergelombang dan berbukit-bukit dengan variasi elevasi antara 100 m sampai 300
m dpl. Di bagian Tengah terdapat dua anak sungai, yaitu: Cikumpay dan Ciluar, yang keduanya bermuara di sungai Ciliwung. Bagian tengah Ciliwung didominasi
area dengan kemiringan lereng 2-15. Curah hujan rata-rata tahunan selama periode 1989-2001 adalah 3.910 mm dengan rata-rata hujan bulanan 326 mm.
100 200
300 400
500 600
700
Jan Feb M ar Apr M ei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
C H
m m
Bulan
G. M as Kat ulampa
Depok
Grafik Hubungan Debit Katulampa terhadap Waktu Periode Tahun 1992 - 2002
10 20
30 40
50 60
19 92
-0 1
19 92
-0 7
19 93
-0 1
19 93
-0 7
19 94
-0 1
19 94
-0 7
19 95
-0 1
19 95
-0 7
19 96
-0 1
19 96
-0 7
19 97
-0 1
19 97
-0 7
19 98
-0 1
19 98
-0 7
19 99
-0 1
19 99
-0 7
20 00
-0 1
20 00
-0 7
20 01
-0 1
20 01
-0 7
20 02
-0 1
Bulan D
e b
it m
3 d
e ti
k
Debit
50 Sebaran waktu time distribution hujan di beberapa stasiun pengamatan DAS
Ciliwung disajikan dalam Gambar 14.
Sumber : diolah dari Antoro dan Fahmiza 2002
Gambar 14. Distribusi Curah Hujan Bulanan di DAS Ciliwung Tengah 4.1.2.3.
Bagian Hilir
Bagian Bagian hilir sampai stasiun pengamatan Kebon BaruManggarai pada elevasi 8 m dpl mencakup areal seluas 82 km
2
merupakan dataran rendah bertopografi landai dengan elevasi antara 0 m sampai 100 m dpl. Bagian hilir
didominasi area dengan kemiringan lereng 0-2 , dengan arus sungai yang tenang. Bagian lebih hilir dari Manggarai dicirikan oleh jaringan drainase, yang
sudah dilengkapi dengan Kanal Barat yang berupa saluran kolektor. Curah hujan rata-rata tahunan selama periode 1989-2001 adalah 2.126 mm dengan rata-rata
hujan bulanan 177 mm. Sebaran waktu time distribution hujan di bagian hilir disajikan dalam Gambar 15.
Daerah hilir yang umumnya berada di Jakarta dan Tangerang batas antara musim kemarau dan musim penghujan tampak jelas. Musim penghujan mulai
jatuh pada bulan Desember dan berakhir pada bulan Maret. Secara umum hujan di bagian hilir ini paling kering dibandingkan dengan hujan di bagian tengah dan
hulu DAS.
51
Sumber : diolah dari Antoro dan Fahmiza 2002
Gambar 15. Distribusi Curah Hujan Bulanan di DAS Ciliwung Hilir 4.1.3.
Karakteristik Lahan dan Tata Ruang Wilayah DAS Ciliwung 4.1.3.1.
Penguasaan Lahan dan Penggunaan Lahan
Penguasaan lahan di bagian hulu dapat dikelompokkan menjadi lahan negara, hak milik dan hak guna usaha. Lahan negara dalam bentuk kawasan hutan
dikelola oleh pemerintah c.q Balai Taman Nasional Gede-Pangrango Kawasan Taman Nasional, Balai Konservasi Sumberdaya Alam Kawasan Hutan Cagar
Alam Telaga Warna Departemen Kehutanan, dan Perum Perhutani Kawasan Lindung dan Produksi. Lahan dalam bentuk situ dan badan sungai dikelola oleh
Pemda dan pemerintah c.q Balai Pengelolaan Sumberdaya Air, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Lahan milik umumnya digunakan untuk
kebun, sawah tadah hujan dan teknis, tegalanladang, pemukiman dan tempat rekreasi. Sedangkan lahan dalam bentuk hak guna usaha digunakan sebagai kebun
PT. Gunung Mas dan PT. Ciliwung. Lahan milik umumnya dimiliki oleh orang yang bertempat tinggal di luar lahan milik tersebut.
Penguasaan lahan di bagian tengah seperti halnya di bagian hulu dapat dikelompokkan menjadi lahan negara, hak milik dan hak guna usaha. Lahan
negara dalam bentuk kawasan hutan dikelola oleh pemerintah c.q. Perum Perhutani Kawasan Lindung dan Produksi. Lahan dalam bentuk situ dan badan
sungai dikelola oleh Pemda dan pemerintah c.q Balai Pengelolaan Sumberdaya Air, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Lahan milik umumnya
digunakan untuk kebun, sawah tadah hujan, dan teknis, tegalanladang, pemukiman dan tempat rekreasi. Sedangkan lahan dalam bentuk hak guna usaha
52 digunakan sebagai kebun. Penggunaan lahan di bagian hilir didominasi oleh
lahan hunian build up areas, jaringan jalan, badan sungai dan saluran drainase lainnya, sedikit lahan hijau dalam bentuk taman.
Kondisi penggunaan lahan, dalam hal ini tingkat penutupan lahan land cover- merupakan indikator penting dalam mengenali kondisi keseluruhan DAS. Hal ini
berkaitan dengan terpeliharanya daerah resapan air, pengurangan aliran permukaan serta pengendalian erosi saat musim penghujan dan mencegah
kekeringan saat musim kemarau.
4.1.3.2. Perubahan Penggunaan Lahan dan tata Ruang Wilayah DAS
Ciliwung
Berdasarkan hasil kajian Direktorat Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, Ditjen RRL, Dephut 1997, pola penggunaan lahan di wilayah DAS Ciliwung
bagian hulu dan bagian tengah secara garis besar dibedakan menjadi 4 empat jenis pemanfaatan lahan yaitu hutan, pertanian, pemukiman termasuk diantaranya
industri, perdagangan, dll, dan lain-lain termasuk situ. Baik DAS bagian hulu maupun bagian tengah masih didominasi oleh kawasan pertanian yaitu masing-
masing sebesar 63,9 dan 72,2. Akan tetapi, DAS bagian hulu masih terdapat kawasan hutan sekitar 25 sedangkan DAS bagian tengah sudah tidak
mempunyai kawasan hutan sama sekali. Kawasan hutan yang ada di DAS Ciliwung bagian hulu sebagian besar
merupakan hutan lindung yang berstatus hutan negara. Kawasan hutan ini didominasi oleh vegetasi hasil suksesi alami dan menurut data pada BPDAS
Citarum Ciliwung 2012, kerapatan vegetasi pada hutan lindung tersebut makin lama makin berkurang. Pada wilayah hutan lindung, penyebaran vegetasinya
tidak merata, sehingga terdapat daerah gundul tanah kosong yang perlu segera direhabilitasi. Sekitar 28 kawasan hutan di DAS bagian hulu merupakan hutan
produksi yang didominasi oleh tanaman Pinus sp. yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dan tanpa pengelolaan yang baik sehingga keberadaan
tanaman Pinus makin berkurang, penutupan hutan tersebut sebesar 25 dari total DAS bagian hulu. Kawasan pertanian di DAS Ciliwung bagian hulu, didominasi
oleh persawahan 25,4 yang hampir seluruhnya menggunakan sistem pengairan baik teknis, maupun pengairan sederhana dan hanya sekitar 5 yang
53 menggunakan sistem tadah hujan. Perkebunan yang ada di wilayah ini 16,2
didominasi oleh perkebunan teh dan cengkeh. Untuk DAS Ciliwung bagian tengah, lahan pertanian yang paling banyak
dijumpai adalah kebun campuran 31 yang merupakan kebun yang dimiliki oleh perorangan yang fungsinya selain untuk pertanian juga sebagai tempat
hunian. Meskipun demikian, lahan pertanian untuk persawahan juga masih cukup luas 24,8 .
Data pemilikanpenguasaan tanah pertanian di Ciliwung menunjukkan adanya kecenderungan ke arah menyempitnya luas lahan yang dikuasai oleh petani.
Perubahan yang paling mencolok dalam hal penggunaan lahan di wilayah hulu dan tengah adalah pada proporsi lahan yang digunakan untuk kawasan
pemukiman. Areal pemukiman di wilayah tengah mencapai luasan sebesar 29,6 sedangkan di DAS Ciliwung bagian hulu hanya sekitar 7,4 . Pola penggunaan
lahan di wilayah DAS Ciliwung hulu dan tengah disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Pola Penggunaan Lahan di Wilayah DAS Ciliwung
Sub DAS Jenis Pemanfaatan
Lahan Luas
ha Hulu
Kawasan Hutan 4,274
28.8 Kawasan Pertanian
9,503 63.9
Perkebunan 2,407
16.2 Kebun campuran
1,775 11.9
Tegalan ladang 1,543
10.4 Sawah
3,777 25.4
Kawasan Pemukiman 1,099
7.4 Lain-lain
Jumlah 14,876
100 Tengah
Kawasan Hutan Kawasan Pertanian
9,923 72.1
Perkebunan Kebun campuran
5,560 40.4
Tegalan ladang 2,070
15.0 Sawah
2,244 16.3
Alang-alangsemak 49
0.4 Kawasan non Pertanian
3,701 26.9
Pemukiman 2,796
20.3 Komplek
214 1.6
Real estate 636
4.6 Industri
58 0.4
Lain-lain situ 135
0.8 Jumlah
13,763 100
Sumber : BPDAS Citarum Ciliwung, 2012
54 Pola pemukiman di wilayah hulu berbeda dengan pola yang ada di kawasan
tengah. Pola pemukiman di DAS Ciliwung bagian tengah membentuk akumulasi- akumulasi hunian yang cenderung terpusat di Kotamadya Bogor, di Cibinong
sebagai ibukota Kabupaten Tk. II Bogor dan di Kota Administratif Depok sebagai pusat kota baru terdekat dengan Jakarta. Pemukiman di kawasan tengah
jauh lebih tertata dan memang berfungsi sebagai tempat tinggal. Selain untuk hunian, penggunaan lahan pemukiman di wilayah DAS Ciliwung bagian tengah
juga banyak berubah fungsi menjadi kawasan industri dan kawasan perdagangan maupun perkantoran. Di wilayah DAS bagian tengah ini terdapat akumulasi
industri yang terletak di sepanjang jalan Raya Bogor dan di sebagian pinggir Sungai Ciliwung.
Berbeda dengan DAS Ciliwung bagian tengah, pemukiman di bagian hulu cenderung menyebar meskipun ada juga kecenderungan memusat ke arah
sepanjang jalan raya Ciawi - Cisarua. Kawasan pemukiman di daerah hulu ini cenderung meningkat pesat dari tahun ke tahun baik jumlah maupun jenisnya,
akan tetapi kecenderungan tersebut mengarah pada berkembangnya daerah ini menjadi kawasan wisata.
Kawasan pemukiman di wilayah DAS Ciliwung bagian hulu tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal hunian tapi juga berfungsi sebagai tempat
peristirahatan yang hanya dihuni pada saat-saat tertentu saja. Selain itu, sebagian pemukiman penduduk setempat masih mencerminkan tipe pemukiman pedesaan
yaitu tempat tinggal yang digabung dengan kebun. Dari pola penggunaan lahannya, dapat dikatakan bahwa DAS Ciliwung tengah
sudah lebih mengalami proses urbanisasi dibandingkan dengan DAS Ciliwung hulu. Pola penggunaan lahan di Ciliwung hulu masih dapat dikatagorikan wilayah
pertanian dengan fungsi khusus sebagai daerah pariwisata dan konservasi. Perkembangan ini dapat terjadi karena adanya pengaruh urbanisasi dari Jakarta ke
arah Bogor yang dipercepat oleh jalan tol Jagorawi hingga Gadok. Selain itu, adanya akumulasi industri di Ciliwung bagian tengah ini juga mempercepat
terjadinya urbanisasi.
55
Tabel 11. Perubahan Tipe Penggunaan Lahan di DAS Ciliwung
Tipe Penggunaan Lahan 1981 – 1985
1985 – 1990 Hlb hutan lebat belukar
Lt, Hs, Kt, Kc Kt
Hb hutan belukar Lt
Lt, Kc Hs semak
Kr, Kc, Lt, Sw, Pk, Kt Hlb
Kr Kc kebun campuran
Sw, Pk, Kr, Lt Hlb, Hs
Kr, Lt Tg, Hb, Kt
Kt kebun teh Hlb, Sw, Hs
Hlb, Kc, Lt Pk
Kr kebun karet Hs, Kc
Kc, Hs, Kt Pk pemukiman
Sw, Kc, Tg, Hs Sw, Tg, Kc, Kt, Kr
Lt lahan tebuka Hs, Kc, Hlb, Hb, Tg
Hb, Kc, Kt Tg tegalan
Pk, Lt, Sw Sw, Kc
Pk Sw sawah
Pk, Kt, Tg Hs, Kc
Tg, Pk
Sumber : Anonim 1997 Ket :
Luasan areal berkurang, terkonversi menjadi Luasan areal bertambah, berasal dari
Berdasarkan data pada Tabel 11 dan Tabel 12 dapat dikemukakan bahwa pada
kurun waktu 1981-1985 telah terjadi perubahan penggunaan lahan yang cukup cepat, yaitu meningkatnya areal pemukiman dan lahan terbuka serta berkurangnya
areal tegalan, hutan lebat belukar, semak dan hutan belukar. Luas areal pemukiman meningkat sebesar 943 ha dalam DAS Ciliwung bagian
hulu. Areal pemukiman mencakup kampung dan penggunaan non-pertanian lainnya seperti sarana dan prasarana daerah wisata. Perubahan ini terutama terjadi
pada daerah-daerah dengan tingkat aksesibilitas yang tinggi atau mempunyai sarana perhubungan yang baik. Sebelum menjadi areal pemukiman, daerah
tersebut merupakan sawah, kebun campuran, tegalan, semak dan hutan. Lahan terbuka juga menunjukan peningkatan luas yaitu 534 ha dalam DAS Ciliwung
hulu yang sebelumnya merupakan hutan semak, kebun campuran, hutan lebat belukar, hutan belukar dan tegalan.
Hutan lebat belukar memiliki struktur vegetasi yang baik dan penutupan yang tinggi hingga sangat tinggi. Hutan belukar memiliki struktur penutupan vegetasi
yang kurang baik dibandingkan dengan hutan lebat belukar. Kebun campuran umumnya terdiri dari kombinasi tanaman semusim dan tanaman keraskayu.
Tegalan umumnya diusahakan untuk tanaman semusim. Perubahan dari hutan lebat belukar menjadi hutan belukar atau bahkan menjadi kebun campuran
56 maupun tegalan akan sangat mempengaruhi sistim tata air hidrologi DAS
Ciliwung. Selama 1985-1990, perubahan penggunaan lahan yang cukup cepat adalah
berkurangnya areal persawahan, hutan lebat belukar dan lahan terbuka serta bertambahnya areal kebun teh, hutan belukar dan tegalan. Areal persawahan
berkurang seluas 1.734 ha terkonversi menjadi tegalan dan pemukiman, sedangkan hutan lebat belukar berkurang seluas 654 ha terkonversi seluruhnya
menjadi kebun teh, dan lahan terbuka berkurang seluas 458 ha terkonversi menjadi hutan belukar, kebun campuran dan kebun teh. Hal ini merupakan
indikasi adanya desakan penduduk terhadap lahan di kawasan hutan, disamping indikasi dari upaya-upaya reboisasi yang masih belum berjalan optimal.
Dalam kurun waktu 1985-1990, kebun teh menunjukan perluasan areal yang sangat cepat yaitu seluas 1.338 ha, berasal dari areal yang sebelumnya merupakan
hutan belukar, kebun campuran dan lahan terbuka. Di sisi lain, areal kebun teh juga sedikit terkonversi menjadi pemukiman. Kebun teh ini meliputi areal dengan
tanaman yang lebih produktif maupun areal yang masih baru ditanami. Perubahan yang menarik dalam kurun waktu 1985-1990 adalah konversi seluruh areal kebun
karet seluas 200 ha menjadi pola penggunaan kebun campuran, hutan dan pemukiman, karena umur karet sudah tidak produktif. Penebangan pohon karet
diikuti oleh perubahan ke pola penggunaan lainnya. Kenaikan areal pemukiman dalam kurun waktu 1985-1990 sebesar 269 ha jauh lebih kecil dibandingkan
kurun waktu 1981-1985. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa perubahan pola penggunaan lahan
yang terjadi di DAS Ciliwung bagian hulu mempunyai kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun kearah penggunaan yang karakteristik resapannya
lebih kecil dan mengakibatkan berkurangnya fungsi konservasi dari areal Ciliwung bagian hulu. Berkurangnya luasan hutan menjadi areal lain terutama
lahan terbuka, pemukiman dan penggunaan lain menyebabkan fungsi hidrologis terganggu.
4.1.4. Jenis Tanah di DAS Ciliwung
Jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Sub DAS Ciliwung Bagian Hulu meliputi jenis komplek Aluvial Kelabu, Andosol Coklat dan Regosol Coklat, Andosol
57 Coklat, Latosol Coklat, Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat. Hal ini
didasarkan atas Peta Tanah Tinjau untuk Kabupaten Bogor dan Kota Bogor skala 1 : 20.000.000 dari Pusat Penelitian Tanah Bogor. Dari jenis-jenis tanah diatas,
jenis tanah yang tersebar luas di DAS Ciliwung Bagian Hulu adalah Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat sebesar 32,89 dari total luas areal DAS
Ciliwung Bagian Hulu. Jenis tanah Latosol dan asosiasinya memiliki sifat tanah yang baik yaitu tekstur liat berdebu hingga lempung berliat, struktur granular dan
remah, kedalaman efektif umumnya 90 dan agak tahan terhadap erosi serta sifat kimia tanah pada dasarnya tergolong baik dengan PH tanah agak netral serta
kandungan bahan organik biasanya rendah atau sedang.
Sumber : Pusat Penelitian Tanah Bogor, 2002
Gambar 16. Peta Sebaran Jenis Tanah di DAS Ciliwung
4.1.5. Tinggi Muka Airtanah dan Jejaring Aliran Airtanah Flownet di