35 airtanah yang datang dari bagian butir halus, sehingga gradien permukaan airtanah
diperkecil, lalu pada batas antara bagian-bagian butir halus dan bagian-bagian butir kasar gradiennya menjadi curam.
2.5.9. Gradien Permukaan Air Tertekan
Jika penampang permeabel melintang adalah sama, maka meskipun keadaan akuifer itu berubah-ubah, gradien permukaan air tertekan akan berhimpitan
dengan gradien dari penampang antara titik pemasukan airtanah dengan titik akhirnya. Sebaliknya, jika penampang permeabel berubah-ubah, maka permukaan
air tertekan juga berubah pada titik perubahan tersebut. Perubahan permukaan air disebabkan oleh perubahan kelapisan butir-butir kasar dengan porositas efektif
yang besar dan kelapisan butir-butir halus dengan porositas efektif yang kecil. Perubahan tersebut disebabkan oleh perubahan tebalnya akuifer.
2.5.10. Hubungan Airtanah dan Air Sungai
Hubungan airtanah dan air sungai dapat ditentukan dengan garis kontur permukaan airtanah. Airtanah dapat bertambah karena adanya peresapan air
sungai. Airtanah juga dapat mengalir ke sungai atau airtanah dan air sungai sama- sama netral. Selanjutnya terdapat juga keadaan dimana pada sisi yang satu air
sungai bertambah oleh airtanah dan pada sisi yang lain air sungi itu meresap ke dalam tanah, sehingga arah aliran berbalik dan tergantung dari musim. Keadaan-
keadaan ini terdapat antara airtanah dan air sungai dalam bekas sungai yang lama atau di dataran banjir flood plain.
2.6. Kajian Geolistrik
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan
bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial
,
arus dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi arus ke
dalam bumi.
Konfigurasi Tahanan Jenis Schlumberger 2.6.1.
Konfigurasi metode geolistrik resistivity Schlumberger bertujuan untuk mengidentifikasi diskontinuitas lateral anomali konduktif lokal. Arus
diinjeksikan melalui elektroda AB, dan pengukuran beda potensial dilakukan pada elektroda MN, dimana jarak elektroda arus AB jauh lebih besar dari jarak
36 elektroda tegangan MN. Persamaan yang digunakan dalam konfigurasi ini
adalah :
Dimana
= Tahanan jenis Ohm-M AB = Spasi antara dua elektroda arus
MN = Spasi antara dua elektroda tegangan ∆V = Tegangan listrik Volt
I = Kuat aru listrik ampere
Skema Pemasangan elektroda arus dan potensial konfigurasi Schlumberger disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3.
Konfigurasi Elektroda dengan Metode Schlumberger
Konfigurasi Tahanan Jenis Wenner 2.6.2.
Pada konfigurasi Wenner, elektrode arus dan elektrode potensial diletakkan seperti pada Gambar 4.
= ×
2
−
2 ×
∆ ∆
37
Gambar 4. Konfigurasi Elektroda dengan Metode Wenner
Konfigurasi Tahanan Jenis Dipole Sounding 2.6.3.
Selain konfigurasi Wenner dan Wenner-Schlumberger, konfigurasi yang dapat digunakan adalah Pole-pole, Pole-dipole dan Dipole-dipole. Pada konfigurasi
Pole-pole, hanya digunakan satu elektrode untuk arus dan satu elektrode untuk potensial. Sedangkan elektrode yang lain ditempatkan pada sekitar lokasi
penelitian dengan jarak minimum 20 kali spasi terpanjang C1-P1 terhadap lintasan pengukuran. Sedangkan untuk konfigurasi Pole-dipole digunakan satu elektrode
arus dan dua elektrode potensial. Untuk elektrode arus C2 ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 5 kali spasi terpanjang C1-P1.
Sehingga untuk penelitian skala laboratorium yang mungkin digunakan adalah konfigurasi Dipole-dipole.
Pada konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode potensial ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-masing elektrode
a. Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode potensial pada suatu penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian pemindahan elektrode arus
pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan elektrode potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran elektrode arus pada titik terakhir di
lintasan. Konfigurasi Dipole-dipole disajikan pada Gambar 5.
38
Gambar 5. Susunan Elektroda Konfigurasi Dipole Sounding
Penelitan Potensi Airtanah 2.6.4.
Penelitian airtanah telah banyak dilakukan. Setyawan Purnama, Suyono, dan Budi Sulaswono 2007, menganilisis sistem akuifer dan potensi airtanah di DAS
Opak. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan metode statis dan metode dinamis.
39
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di DAS Ciliwung mulai dari Hulu sampai hilir. Lokasi Penelitian meliputi wilayah Kabupaten Bogor, Kotamadya Bogor dan Kota
Administratif Depok dan DKI Jakarta. Penelitian dilakukan dari bulan Februari sampai Juli 2012.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian berupa data sekunder dan alat bantu hitung serta software progress 3, Mapinfo dan ArcView 3.0 dan IP2WIN.
Alat ukur Geolistrik yang terdiri dari : Geolistrik Earth Restivity Metre type SAZ 3000 G100, model
BD 1000, Serial Number M422002 dengan impedansi sebesar 10 Mohm
Separangkat komputer beserta perlengkapannya dan software Progress Version 3.0, IP2WIN, Surfer 9.0
Kabel sepanjang 500 m sebanyak 200 unit untuk elektroda arus Kabel sepanjang 300 m untuk elektoda potensial
AVO m 1 unit Kompas geologi 1 unit
Rol m sepanjang 50 m sebanyak 4 unti Palu sebanyak 4 unit
Handy Talky sebanyak 3 unit GPS
Peta topografi, peta geologi, peta hidrogeologi, peta tanah, peta
RBI, dan Peta DAS Ciliwung Alat yang digunakan adalah alat bantu hitung dan seperangkat computer yang
mendukung untuk mengoperasikan software progress 3.0 dengan spesifikasi yang sesuai.