salah satu ciri kepribadian bangsa, bahasa Indonesia harus dijaga dan terus dipelihara oleh pemiliknya.
C. Sikap Bahasa
“Sikap bahasa adalah posisi mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau bahasa orang lain”.
14
“Sementara itu menurut Anderson dalam Chaer dan Leonie, sikap bahasa adalah tata keyakinan atau kognisi yang relatif berjangka
panjang, sebagian mengenai bahasa, mengenai objek bahasa, yang memberikan kecenderungan kepada seseorang untuk bereaksi
dengan cara tertentu yang disenanginya. Namun, perlu diperhatikan karena sikap itu bisa positif kalau dinilai baik atau disukai dan bisa
negatif kalau dinilai tidak baik atau tidak disukai, maka sikap terhadap bahasa pun demikian”.
15
Keyakinan yang terdapat pada diri seseorang mengenai suatu bahasa akan membuahkan reaksi yang nantinya akan berdampak pada
sikap yang positif atau negatif. Hal tersebut tergantung bagaimana keyakinan positif atau negatif yang ada pada seseorang terhadap suatu
bahasa. Seperti dijelaskan di atas, jika suatu bahasa disukai maka akan menghasilkan sikap positif dan jika tidak disukai maka akan menghasilkan
sikap negatif. Pada tulisannya yang lain, Anderson dalam Suhardi membedakan
pengertian sikap bahasa dalam arti sempit dan luas. “Arti sempit sikap bahasa dipandang sebagai suatu konsep bersifat satu dimensi yakni rasa
yang ada dalam diri seseorang terhadap suatu bahasa”.
16
Itu berarti, sikap bahasa hanya menyangkut aspek afeksi. Sementara itu, aspek pengetahuan
dan perilaku menjadi suatu hal yang terpisah. Maka yang menjadi fokus dalam sikap bahasa dalam arti sempit adalah rasa terhadap suatu bahasa.
14
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 221.
15
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010 h. 151.
16
Suhardi, op. cit., h. 35.
“Dalam arti luas, sikap bahasa berkaitan dengan isi makna sikap dan rentangan tanggapan yang mungkin ada, di samping segi evaluatif dari
sikap”.
17
Mutidah dalam Buha Aritonang mendefinisikan “sikap bahasa merupakan tata kepercayaan yang berhubungan dengan bahasa yang
secara relatif berlangsung lama”.
18
Karena sifatnya yang berlangsung lama maka tata kepercayaan tentang suatu bahasa tidak dapat berubah begitu
saja. Seorang pemakai bahasa, baik itu dwibahasawan maupun multibahawan mempunyai keyakinan yang kuat terkait salah satu dari
bahasa yang dikuasai. “Pada hakikatnya, sikap bahasa adalah kesopanan beraksi terhadap
suatu keadaan. Dengan demikian, sikap bahasa menunjukkan pada sikap mental dan sikap perilaku dalam berbahasa. Sikap bahasa dapat diamati
antara lain melalui perilaku berbahasa atau perilaku bertutur”.
19
Sejalan dengan yang telah dikemukakan oleh Anderson, pada pengertian di atas ini
juga menyatakan bahwa sikap bahasa yakni mencakup sikap mental dan sikap berprilaku. Sikap bahasa juga dikaitkan dengan motivasi untuk
mempelajari suatu bahasa. “Pengertian sikap bahasa ditandai dengan sejumlah ciri-ciri yang
antara lain meliputi: pemilihan bahasa dalam masyarakat multilingual, distribusi perbendaharaan bahasa, perbedaan dialek dan problem-problem
yang timbul sebagai akibat adanya interaksi antar individu-individu”.
20
Penjelasan tersebut memberikan pengertian bahwa sikap bahasa dapat dilihat pada masyarakat yang menggunakan lebih dari satu bahasa dalam
berinteraksi. Sebagai masyarakat yang menggunakan lebih dari satu bahasa, maka
akan ada kecenderungan untuk bereaksi terhadap bahasa tertentu. Dari
17
Ibid.
18
Dendy Sugono, dkk., Sikap Bahasa Etnik Minoritas: Penutur Bahasa Kombai dan Walsa, Metalingua, Vol: 8, 2003, h. 131.
19
Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolingusitik, Bandung: Refika Aditama, 2007, h.10.
20
Suwito, Sosiolingusitik Pengantar Awal, Surakarta: Henari Offset, 1985, h. 90.
kecenderungan itulah dapat diketahui sikap bahasa seseorang, apakah itu positif atau negatif. Misalnya pada masyarakat tertentu terdapat lebih dari
dua bahasa yang digunakan dalam berinteraksi satu sama lain. Kita mengetahui bagaimana sikap bahasa seseorang dari kecenderungannya
untuk memilih bahasa mana yang ia gunakan dalam berkomunikasi. Hal ini akan berdampak pada sikap positif seseorang terhadap suatu bahasa
karena kecenderungannya tersebut di tengah-tengah masyarakat multilingual. Dalam penjelasan yang lebih lanjut, Fasold juga mengatakan
bahwa sikap bahasa merupakan sikap mengenai suatu bahasa. Seperti dijelaskan pada kutipan berikut:
“Sikap bahasa dibedakan dari sikap-sikap lainnya berdasarkan kenyataan bahwa sikap bahasa benar-benar tentang bahasa. beberapa
pengkajian sikap bahasa secara nyata dihubungkan dengan sikap terhadap bahasa itu sendiri. Para subjek di dalam pengkajian itu
dinyatakan apakah mereka menganggap bahwa ragam bahasa yang ditanyakan itu kaya, miskin indah, jelek, merdu, kasar, dan
sebagainya”.
21
Cooper dan Fishman dalam Suhardi menafsirkan “pengertian sikap bahasa berdasarkan referennya. Referennya meliputi bahasa, perilaku
bahasa, dan hal yang berkaitan dengan bahasa atau perilaku bahasa yang menjadi penanda atau lambang”.
22
Dalam pengertian tersebut dijelaskan bahwa sikap merujuk kepada hal-hal yang berkaitan dengan bahasa dan
perilaku berbahasa yang kemudian menjadi penanda sikap tersebut, baik positif maupun negatif. Jadi sikap bahasa bukan mengenai sikap terhadap
orang Indonesia, tetapi terhadap bahasanya. Terdapat dua kemungkinan terhadap adanya sikap bahasa dalam
diri seseorang. Jika seseorang menilai baik tentang suatu bahasa, maka sikap bahasa dinyatakan positif. Sementara itu, jika seseorang menilai
tidak baik tentang suatu bahasa, maka sikap bahasanya dinyatakan negatif. Sikap bahasa pada seseorang dapat diamati dengan tingkah laku dan
caranya bertutur menggunakan bahasanya.
21
Umar Siregar, op. cit., h. 87.
22
Suhardi, op. cit., h. 34.