Bahasa Sikap Bahasa Indonesia Siswa MTs Al-Falah Jakarta
kecenderungan itulah dapat diketahui sikap bahasa seseorang, apakah itu positif atau negatif. Misalnya pada masyarakat tertentu terdapat lebih dari
dua bahasa yang digunakan dalam berinteraksi satu sama lain. Kita mengetahui bagaimana sikap bahasa seseorang dari kecenderungannya
untuk memilih bahasa mana yang ia gunakan dalam berkomunikasi. Hal ini akan berdampak pada sikap positif seseorang terhadap suatu bahasa
karena kecenderungannya tersebut di tengah-tengah masyarakat multilingual. Dalam penjelasan yang lebih lanjut, Fasold juga mengatakan
bahwa sikap bahasa merupakan sikap mengenai suatu bahasa. Seperti dijelaskan pada kutipan berikut:
“Sikap bahasa dibedakan dari sikap-sikap lainnya berdasarkan kenyataan bahwa sikap bahasa benar-benar tentang bahasa. beberapa
pengkajian sikap bahasa secara nyata dihubungkan dengan sikap terhadap bahasa itu sendiri. Para subjek di dalam pengkajian itu
dinyatakan apakah mereka menganggap bahwa ragam bahasa yang ditanyakan itu kaya, miskin indah, jelek, merdu, kasar, dan
sebagainya”.
21
Cooper dan Fishman dalam Suhardi menafsirkan “pengertian sikap bahasa berdasarkan referennya. Referennya meliputi bahasa, perilaku
bahasa, dan hal yang berkaitan dengan bahasa atau perilaku bahasa yang menjadi penanda atau lambang”.
22
Dalam pengertian tersebut dijelaskan bahwa sikap merujuk kepada hal-hal yang berkaitan dengan bahasa dan
perilaku berbahasa yang kemudian menjadi penanda sikap tersebut, baik positif maupun negatif. Jadi sikap bahasa bukan mengenai sikap terhadap
orang Indonesia, tetapi terhadap bahasanya. Terdapat dua kemungkinan terhadap adanya sikap bahasa dalam
diri seseorang. Jika seseorang menilai baik tentang suatu bahasa, maka sikap bahasa dinyatakan positif. Sementara itu, jika seseorang menilai
tidak baik tentang suatu bahasa, maka sikap bahasanya dinyatakan negatif. Sikap bahasa pada seseorang dapat diamati dengan tingkah laku dan
caranya bertutur menggunakan bahasanya.
21
Umar Siregar, op. cit., h. 87.
22
Suhardi, op. cit., h. 34.
Janet Holmes memberikan pandangannya tentang sikap bahasa yang dijelaskan sebagai berikut:
“People generally do not hold opinions about languages in a vacuum. They develope attitudes toward languages which reflect
their views about those who speak the languages, and the context and functions with wich they are assosiated. When people listen to
accents or languages they have never heard before, their assesments are totally random. There is no pattern to them. In other words there
is no universal consensus about which languages sounds most beautiful and which most ugly, despite people’s beliefs that some
languages are just inherently more beautiful then others”.
23
Holmes menjelaskan bahwa orang-orang pada umumnya tidak memegang kekosongan opini mengenai bahasa. Artinya setiap orang pasti
mempunyai opini mengenai suatu bahasa. Mereka membangun sikap bahasa dengan merujuk pada pandangan mereka mengenai orang-orang
yang membicarakan bahasa dan konteks serta fungsi yang mereka asosiasikan. Ketika mendengar orang berbicara dengan bahasa yang tidak
pernah ia dengar, penilaian mereka akan sembarangan karena tidak adanya pengetahuan atau contoh untuk menilainya. Dengan kata lain tidak ada
kesepakatan bersama untuk menilai apakah suatu bahasa itu baik atau buruk.
Dalam kaitannya dengan kebijakan bahasa, sikap bahasa lebih menentukan dan memengaruhi efektivitas kebijakan yang diambil,
terutama berkaitan dengan pendidikan, dibandingkan dengan fakta penggunaan dan distribusi kebahasaan secara demografis. Sikap bahasa
yang menentukan apakah suatu bahasa pantas digunakan untuk bidang sastra, pendidikan, dan kepentingan nasional lainnya.
24
Pengukuran sikap bahasa menjadi sangat penting dalam menentukan kebijakan bahasa.
Dengan mengukur sikap bahasa suatu kelompok masyarakat, maka dapat membantu memutuskan kebijakan untuk kemajuan suatu bahasa.
23
Janet Holmes, An Introduction to Sociolinguistik, UK: Longman, 2001, h. 343.
24
Sugiyono, Sikap Bahasa Masyarakat Kota Besar Indonesia Terhadap Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, dan Bahasa Asing, Metalingua, Vol: 8, 2010, h. 183.