C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas, maka kajian dalam penelitian ini hanya mencakup sikap bahasa siswa MTs. Al-Falah Jakarta kelas 7, 8, dan
9 semester ganjil pada tahun ajaran 2016-2017 terhadap bahasa Indonesia.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah, bagaimana sikap bahasa siswa MTs. Al-Falah Jakarta
terhadap bahasa Indonesia?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap bahasa siswa MTs. Al-Falah terhadap
bahasa Indonesia.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Manfaat Teoretis Penelitian ini bermanfaat untuk peneliti, sebagaimana peneliti
memperoleh ilmu baru. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai sikap bahasa siswa terhadap bahasa Indonesia dan
memperluas pengetahuan studi Sosiolinguistik pada umumnya dan sikap bahasa pada khususnya, terutama untuk calon guru Bahasa dan
Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan sikap bahasa dan meningkatan pembinaan bahasa Indonesia melalui pembelajaran di sekolah
sehingga dapat menghasilkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
b. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan sikap bahasa.
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Sikap
“Sikap berasal dari kata aptus yang berarti dalam keadaan sehat dan siap melakukan aksitindakan. G.W Allport yang dikutip oleh
Istiqomah mengemukakan bahwa sikap adalah kesiapan mental dan saraf, menggunakan pengaruh petunjuk atau dinamis atas respons individual
terhadap semua objek dan situasi yang terkait”.
1
Sementara itu, Chaplin yang dikutip oleh Ikhwan dkk. mengatakan bahwa “sikap adalah satu
predispositif atau kecenderungan relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku atau untuk mereaksi dengan satu cara
tertentu terhadap pribadi lain, objek, lembaga, atau persoalan tertentu”.
2
Bimo Walgito menyatakan bahwa “sikap adalah organisasi pendapat, keyakinan, mengenai objek sikap atau situasi yang relatif ajeg,
yang disertai perasaan tertentu, dan memberikan dasar untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilih”.
3
Relatif ajeg artinya tidak berubah dalam jangka waktu yang lama. Keyakinan
yang relatif ajeg itulah yang akan menimbulkan respon yang kemudian disebut dengan sikap. Hal tersebut sejalan dengan definisi sikap yang
dikemukakan oleh Chaplin dalam Chaer. Maio dan Haddock dalam Jenny Mercer dan Debbie Clayton
mendefinisikan “sikap sebagai evaluasi menyeluruh terhadap suatu objek berdasarkan informasi kognitif, afektif, dan behavioral”.
4
Definisi tersebut menjelaskan bahwa sikap diperoleh dari adanya informasi kognitif yang
berupa pengetahuan, afektif yang berupa perasaan, dan behavioral yang
1
Sarlito W. Sarwono eds, Psikologi Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2009, h. 81.
2
Ikhwan Luthfi, Psikologi Sosial, Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2009, h. 58.
3
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 127.
4
Jenny Mercer Debbie Clayton, Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga, 2012, h. 3
merupakan tingkah laku. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap individu.
Lange yang dikutip oleh Azwar mengungkapkan istilah “sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata melainkan mencakup pula
aspek respons fisik”.
5
Kemudian sejalan dengan pendapat di atas, Umar siregar dkk. menerangkan bahwa “sikap seseorang terhadap suatu obejek
atau suatu tindakan dapat diperhitungkan dari sekumpulan kepercayaan yang bersifat evaluatif yang dapat dilihat terhadap objek atau tindakan
tersebut”.
6
Pendapat tersebut menguatkan definisi sikap sebelumnya, bahwa terdapat adanya aspek respons fisik berupa tindakan atau tingkah
laku pada diri individu. Dalam pandangan tersebut sikap tidak hanya mengandung aspek mental saja. Terdapat dua aspek yang sama-sama
saling melengkapi. Adanya aspek behavioral atau tingkah laku merupakan wujud dari aspek mental yang sebelumnya ada dalam diri individu.
“Sikap diperlukan untuk memperoleh pengetahuan tentang apa yang ada di sekeliling kita, untuk memakainya sebagai alat yang
mendatangkan manfaat bagi kita, dan sekaligus untuk mempertahankan diri kita dari hal-hal yang tidak diinginkan”.
7
Seseorang yang mempunyai sikap cenderung memiliki pengetahuan tentang suatu objek. Pengetahuan
tersebut menjadi alat yang mendatangkan manfaat, maksudnya adalah ia tahu bagaimana harus bertindak untuk menghindari hal-hal negatif yang
mungkin akan terjadi. Dari beberapa pengertian di atas mengenai sikap, dapat
disimpulkan bahwa sikap merupakan keadaan mental yang disertai keyakinan dan perasaan mengenai objek tertentu secara terus menerus
sehingga menimbulkan tingkah laku atau perbuatan terhadap objek.
5
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015, h. 4.
6
Bahren Umar Siregar, dkk, Pemertahanan Bahasa dan Sikap Bahasa, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998, h. 87.
7
Basuki Suhardi, Sikap Bahasa, Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1996, h. 33.