Ciri-ciri Sikap Bahasa Sikap Bahasa

memiliki pengaruh yang lebih besar. 33 Meskipun masyarakat di suatu negara dihadapkan pada bahasa yang mempunyai pengaruh lebih besar, tidak akan menghalangi masyarakat tersebut untuk mempunyai sikap positif terhadap bahasanya. Hal tersebut karena adanya sikap bangga terhadap bahasanya. b. Latar belakang sejarah negara Historical background of nations Some middle east people may not want to study English because they learn from their history that Western people were colonialist. The view is possibly strengthened with some complicated contemporary disputes between the Western and Arabic Muslim culturs. 34 Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian orang Timur Tengah tidak mau mempelajari bahasa Inggris karena mereka belajar dari sejarah bahwa orang barat merupakan penjajah. Pandangan tersebut diperkuat dengan beberapa perselisihan kontemporer yang rumit antara kebudayaan Barat dengan Arab. Pengalaman pernah dijajah oleh bangsa lain membuat beberapa masyarakat Timur Tengah tidak mau mempelajari bahasa negara yang menjajahnya. Hal itu menunjukkan adanya sikap negatif bangsa Timur Tengah terhadap bangsa Barat termasuk pada bahasanya. c. Faktor-faktor sosial dan tradisional The social and traditional factors In the society where a diglossic situation is found the higher variety of the language is normally considered as a better form than the lower one. The following quotion describes this : where a society has linguistic varieties in diglossic relationship, the usual attitude is that the higher language is a purer and better language than the low language. Of 33 I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi, Sosiolinguistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, hlm.90. 34 Indrawan Jendra, Op. Cit., h. 110. course, the untying and separatist functions are most likely to be fulfilled by the low language. 35 Jendra menjelaskan bahwa situasi diglosia pada masyarakat ditemukan variasi bahasa lebih tinggi yang biasanya dianggap sebagai bentuk yang lebih baik dari bahasa yang paling rendah. Kutipan berikut mendeskripsikan hal di atas: Pada suatu masyarakat yang mempunyai berbagai variasi bahasa dalam hubungan diglosia, sikap biasanya pada bahasa yang lebih tinggi adalah yang lebih murni dan lebih baik daripada bahasa yang rendah. Tentunya, fungsi-fungsi pemersatu dan pemisah merupakan hal yang paling mungkin terpenuhi oleh bahasa rendah. d. Sistem internal bahasa The language internal system People often show positive attitude towards learning a language because the grammar, pronunciation, and vocabulary are relatively easy. As the gender-based nominal system of the language is difficult to learn English, students may choose to learn English, instead of French and German. A negative attitude might be also found towards learning Chinese with its complex tonal pronunciation and ortoghraphic system. 36 Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa orang sering menunjukkan sikap positif pada pembelajaran bahasa karena tata bahasa, cara pelafalan, dan kosakata yang secara relatif mudah. Sebagai sistem nominal bahasa yang berbasis gender adalah sulit untuk belajar bahasa Inggris, daripada bahasa Prancis dan Jerman. Sikap negatif mungkin juga dapat ditemukan pada pembelajaran bahasa Cina dengan pelafalan suara yang rumit dan sistem ejaannya. Hal tersebut mengartikan bahwa orang-orang yang mempelajari suatu bahasa dan merasa mudah untuk memahami tata bahasa serta kosakatanya umumnya akan bersikap positif. Namun 35 Ibid. 36 Ibid., h. 111. sebaliknya, sikap negatif terhadap bahasa dapat ditemukan pada orang yang merasa bahwa bahasa lain mempunyai tata bahasa dan kosakata yang sulit, seperti bahasa Cina dan Mandarin.

3. Komponen Sikap Bahasa

Ada tiga komponen sikap bahasa, yaitu komponen kognitif yang berhubungan dengan persepsi seseorang terhadap suatu objek sehingga melahirkan suatu kepercayaan atau keyakinan belief. Komponen afektif, yang berhubungan dengan keadaan emosional seseorang, serta komponen konatif yaitu kecenderungan untuk bertindak. Komponen kognitif berhubungan dengan pengetahuan mengenai alam sekitar dan gagasan yang biasanya merupakan kategori yang dipergunakan dalam proses berpikir. Komponen afektif menyangkut masalah penilaian baik, suka atau tidak suka, terhadap sesuatu atau suatu keadaan. Jika seseorang memiliki nilai rasa baik atau suka terhadap suatu keadaan, maka orang itu dikatakan memiliki sikap positif. Jika sebaliknya, disebut memiliki sikap negatif. Chaer dan Leonie menjelaskan bahwa komponen konatif menyangkut perilaku atau perbuatan sebagai “putusan akhir” kesiapan reaktif terhadap suatu keadaan. Melalui komponen ketiga inilah orang biasanya mencoba menduga bagaimana sikap seseorang terhadap suatu keadaan yang sedang dihadapinya. Ketiga komponen sikap ini kognitif, afektif, konatif pada umumnya berhubungan dengan erat. 37 Apabila seseorang menghadapi suatu objek, maka melalui kognisinya akan terjadi proses pengamatan. Hasil pengamatan itu menimbulkan keyakinan-keyakinan terhadap objek tersebut berartitidak berarti. Selanjutnya akan berkembang afektif yang menyatakan penilaian baik yang bersifat positif merasa senang atau menerima maupun sifat negatif merasa tidak senang atau menolak 37 Chaer dan Leonie Agustina, Op. Cit., h. 150. terhadap objek sikap. Akhirnya keyakinan dan perasaan itu diikuti oleh kehendak untuk bertindak yang merupakan komponen konatif. 38 Dalam kaitannya dengan sikap bahasa yakni komponen kognitif akan menghasilkan keyakinan seseorang terhadap suatu bahasa, apakah itu baik atau buruk. Setelah itu komponen afektif muncul sebagai respon dari kognitif yang berupa perasaan senang atau tidak senang terhadap suatu bahasa. Kemudian pada komponen konatif jika seseorang memiliki sikap positif terhadap bahasanya, ia akan cenderung menunjukkan bahwa ia bisa menggunakan bahasanya dengan baik. Tidak jauh berbeda dari tiga komponen di atas, Sugiyono memperluas komponen tersebut menjadi empat komponen, yaitu 1 kemampuan berbahasa, berkaitan dengan kemampuan atau kemahiran berbahasa yang dimiliki atau diakui oleh responden; 2 impresi atau kesan, berkaitan dengan penilaian terhadap bahasa dan fakta kebahasaan; 3 penggunaan bahasa, berkaitan dengan penggunaan bahasa di ranah-ranah tertentu dengan tujuan dan frekuensi yang tertentu pula; dan 4 transmisi bahasa, berkaitan dengan keinginan dan tindakan responden untuk menyebarluaskan dan mengajarkan bahasa kepada orang lain dengan berbagai motif dan tujuan. 39

D. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu mengenai sikap bahasa, adalah: Pada tahun 2013, Afrita Sidabariba membuat jurnal yang berjudul “Sikap Bahasa Siswa SMPN 2 Simanindo di Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Terhadap Bahasa Indonesia”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menentukan sikap bahasa siswa di SMP 2 Simanindo Simarmata, kecamatan Simanindo kabupaten Samosir terhadap bahasa Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa di SMP 2 Simanindo 38 Rokhman, Op. Cit., h. 44-45. 39 Sugiyono, Loc., Cit.