Kajian Usahatani Wortel dan Bawang Daun

10 Matriks QSPM diperoleh strategi pembentukan lembaga penunjang serta sarana pendukung pertanian mendapat prioritas paling tinggi. Pilihan strategi selanjutnya adalah mengoptimalkanbperan dan fungsi dari kelompok tani. Kemudian pilihan berikutnya adalah pengembangan pertanian organik. Pilihan strategi keempat yaitu peningkatan kualitas SDM. Pilihan alternatif strategi terakhir yaitu pengembangan Agrowisata. Hutagulung 2005 dalam penelitiannya Optimisasi Produksi Sayuran di Kawasan agropolitan Cianjur Jawa Barat menyatakan pada kondisi aktual, lahan di kawasan agropolitan dialokasikan untuk pola I sebesar 9 persen, pola II sebesar 25 persen, pola III sebesar 2 persen, pola IV sebesar 16 persen, pola V sebesar 10,7 persen, pola VI sebesar 16 persen, pola VII sebesar 10,7 persen. Pendapatan yang diperoleh pada kondisi aktual sebesar 39 milyar rupiah. Kondisi optimal menghasilkan tingkat alokasi lahan sebagai berikut pola I sebesar 13,7 persen, pola II sebesar 6,6 persen, pola III sebesar 0 persen, pola IV sebesar 22,4 persen, pola V sebesar 4,1 persen, pola VI sebesar 8,9 persen, pola VII sebesar 14,9 persen. Pendapatan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar 46,5 milyar rupiah. Mulhayati 2005 dalam penelitiannya Saluran Pemasaran Wortel di Kawasan Agropolitan Cianjur menyatakan berdasarkan perhitungan margin pemasaran dan farmer share, saluran pemasaran wortel yang paling efisien dan memberikan bagian terbesar untuk petani adalah saluran pemasaran II petani- pedagang pengumpul-pedagang pengecerPasar TU Kemang Bogor. Rasio keuntungan biaya tertinggi pada pemasaran wortel terdapat pada saluran pemasaran III petani-pedagang pengecerPasar Bekasi, maka saluran pemasaran III dapat menjadi alternatif salauran pemasaran yang dapat digunakan jika prioritas yang ingin dicapai adalah peningkatan pendapatan petani.

2.2 Kajian Usahatani Wortel dan Bawang Daun

Wortel dan bawang daun merupakan dua jenis tanaman yang berumur pendek. Menurut Pitojo 2006, wortel Daucus caroca L. adalah tanaman yang berasal dari Asia Selatan dan Barat yang kemudian menyebar ke Cina dan seluruh daerah Mediteran. Tanaman ini tumbuh pada daerah yang sejuk dengan suhu 20 C 11 dengan pH tanah netral sekitar 6,6. Perkembangbiakkan wortel dengan cara penyerbukan pada bunganya. Tanaman wortel dapat dipanen setelah berumur 3-4 bulan, tergantung varietasnya. Menurut Cahyono 2005, bawang daun Allium fistulosum L. adalah tanaman yang berasal dari benua Asia yang memiliki iklim tropis. Keadaan iklim yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi usahatani bawang daun adalah suhu udara 19 C-24 C dengan pH tanah 6,5-7,5. Bawang daun yang ditanam dari bibit anakan bisa dipanen pada umur 2,5 bulan. Jika bibit yang ditanam berasal dari biji, bawang daun dapat dipanen pada umur 5 bulan. Beberapa penelitian dengan komoditas wortel dan bawang daun diantaranya dilakukan oleh Pasaribu 2007, Ruhmayanti 2008, Sumiyati 2006, dan Darwiyah 2006. Beberapa penelitian dengan komoditas wortel mengkaji analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani, seperti yang dilakukan oleh Pasaribu 2007 dan Ruhmayanti 2008. Penelitian dengan komoditas bawang daun dilakukan oleh Darwiyah 2006 dan Sumiyati 2006. Selain itu ada pula yang menganalisis hanya usahataninya saja seperti yang dilakukan oleh Ruhmayanti 2008. Penelitian Pasaribu 2007, Darwiyah 2008, Sumiyati 2006 sama-sama menggunakan metode RC rasio dan rasio NPM-BKM. Sedangkan penelitian Ruhmayanti 2008 hanya menggunakan metode RC rasio. Pasaribu 2007 dalam penelitiannya mengenai Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Wortel di Kabupaten Tegal menyatakan, analisis pendapatan usahatani didapat bahwa RC rasio atas biaya tunai sebesar 4,26 dan RC rasio biaya total sebesar 2,45. Berdasarkan analisis faktor produksi, didapat model produksi dengan R 2 dan R 2 adjusted masing-masing sebesar 73,7 persen dan 65,9 persen. Dari model tersebut, penggunaan benih dan tenaga kerja pria berpengaruh nyata terhadap produksi wortel pada selang kepercayaan 95 persen. Sedangkan pupuk kandang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 80 persen. Dengan nilai elastisitas benih sebesar 0,542, penggunaan tenaga kerja pria sebesar 0,408, dan pupuk kandang sebesar 0,049. Selain itu penggunaan faktor produksi belum digunakan secara efisien karena rasio masing-masing faktor produksi tidak sama dengan 12 satu. Dimana rasio NPM-BKM lahan sebesar 1,35, benih sebesar 38,6, pupuk urea sebesar 2,37, pupuk TSP sebesar 11,36, pupuk KCl sebesar 10,48, pupuk kandang sebesar 33,78, obat cair sebesar -1,11, serta penggunaan tenaga kerja pria dan wanita masing.masing sebesar 3,24 dan -1,27. Ruhmayanti 2008 melakukan penelitian mengenai Analisis Usahatani Wortel di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani wortel dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat produksi wortel. Penelitian tersebut menyatakan bahwa usahatani wortel di desa Sukatani pada musim hujan dan kemarau layak karena nilai RC atas biaya total baik pada kelompok petani strata I maupun strata II lebih dari satu. Sementara faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi wortel adalah luas lahan, benih, pupuk TSP, pupuk KCl, dan tenaga kerja. Darwiyah 2006 dalam penelitiannya Analisis Usahatani dan Sistem Penjualan Bawang Daun di Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur menyatakan penggunaan faktor produksi bibit, tenaga kerja, pupuk kandang, urea, NPK, dan pestisida belum efisien karena rasio NPM dan BKM lebih dari satu, sedangkan untuk faktor produksi pupuk TSP tidak efisien, karena rasio NPM dan BKM kurang dari satu. Oleh karena itu penambahan penggunaan pupuk TSP tidak akan meningkatkan produksi karena penggunaannya sudah berlebihan. Faktor produksi bibit, pupuk kandang, dan TSP berpengaruh secara nyata terhadap produksi bawang daun, dan secara keseluruhan model layak atau signifikan pada taraf nyata lima persen, Usahatani bawang daun di Desa Sindangjaya berada pada kondisi kenaikan hasil yang tetap constant return to scale . Hasil analisis pendapatan, baik atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total menunjukkan bahwa usahatani di daerah penelitian menguntungkan, karena penerimaannya lebih besar dari total biaya produksi yang dikeluarkan. sistem penjualan yang dilakukan terdiri dari sistem borong dan sistem jual langsung setelah panen. Sumiyati 2006 dalam penelitiannya Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Bawang Daun Studi Kasus Desa Sindangjaya Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat menyatakan nilai 13 RC usahatani bawang daun pada kondisi optimal sebesar 8,13 lebih besar dibandingkan nilai RC pada kondisi aktual sebesar 2,32. Faktor produksi untuk lahan, bibit, pupuk Urea, pupuk KCl, pupuk kandang, obat cair, obat padat, tenaga kerja pria dan wanita berpengaruh nyata, sedangkan pupuk TSP tidak nyata. Usahatani bawang daun di Desa Sindangjaya berada pada skala kenaikan hasil yang meningkat Increasing Return to Scale, hal ini ditunjukkan oleh jumlah elastisitas dari masing-masing faktor produksi sebesar 1,21. Penggunaan faktor- faktor produksi belum efisien karena rasio antara NPM dan BKM tidak sama dengan satu.

2.4 Kajian Risiko Bisnis