21
3.1.2 Sumber-Sumber Risiko
Risiko pada kegiatan pertanian bersifat unik dibandingkan yang lain. Hal ini dikarenakan ketergantungan aktivitas pertanian terhadap kondisi alam teutama
iklim dan cuaca. Menurut Harwood et al. 1999, menyatakan terdapat beberapa sumber risiko pada kegiatan produksi pertanian, yaitu meliputi:
1. Production or Yield Risk
Faktor risiko produksi dalam kegiatan pertanian disebabkan adanya beberapa hal yaitu, serangan hama dan penyakit, curah hujan, musim, kelembaban,
teknologi, input, dan bencana alam. Penggunaan teknologi baru secara cepat tanpa adanya penyesuaian sebelumnya justru dapat menyebabkan penurunan
produktivitas. Akibat risiko produksi tersebut berpengaruh terhadap penurunan kualitas serta kuantitas hasil panen.
2. Price or Market Risk
Risiko pasar dalam hal ini meliputi risiko harga output dan harga input. Pada umumnya, kegiatan produksi pertanian merupakan proses yang lama.
Sementara itu, pasar cenderung bersifat kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, petani belum tentu mendapatkan harga yang sesuai dengan yang
diharapkan pada saat panen. Begitu pula dengan harga input yang dapat berfluktuasi sehingga mempengaruhi komponen biaya pada kegiatan
produksi. Pada akhirnya risiko harga tersebut akan berpengaruh pada return yang diperoleh petani.
3. Institutional risk
Institutional risk berhubungan dengan kebijakan dan program dari pemerintah
yang mempengaruhi sektor pertanian. Misalnya, adanya kebijakan dari pemerintah untuk memberikan atau mengurangi subsidi dari harga input.
Secara umum, institutional risk ini cenderung tidak dapat diantisipasi sebelumnya.
4. Financial Risk
Finacial risk atau risiko finansial ini dihadapi oleh petani pada saat petani
meminjam modal dari institusi seperti bank. Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi dari tingkat suku bunga pinjaman interest rate.
22
3.1.3 Manajemen Risiko
Menurut Lam 2003 bahwa majemen risiko dapat didefinisikan dalam pengertian bisnis seluas-luasnya. Manajemen risiko mengelola keseluruhan risiko
yang dihadapi perusahaan, dimana dapat mengurangi potensi risiko yang bersifat merugikan dan terkait dengan upaya untuk meningkatkan peluang keberhasilan
sehingga perusahaan dapat mengoptimalisasikan profit. Hal penting untuk mengoptimalkan profit adalah dengan mengintegrasikan manajemen risiko ke
dalam proses bisnis perusahaan. Menurut Darmawi 1997, manajemen risiko merupakan suatu usaha
untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi
yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan. Secara khusus manajemen risiko diartikan sebagai pengelolaan variabilitas pendapatan oleh seorang manajer
dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambilnya dalam menggarap situasi yang tidak pasti.
Pemahaman manajemen risiko yang baik akan dapat mengurangi kerugian. Dengan kata lain, akan dapat menambah tingkat keyakinan bagi pembuat
keputusan dalam mengurangi risiko kerugian. Manajemen risiko sangat penting dalam pelaksanaannya karena hal ini
akan berakibat pada hasil atau keuntungan perusahaan. Menurut Lam 2003 ada beberapa alasan mengapa manajemen risiko sangat penting dalam pengelolaan
suatu perusahaan yakni mengelola risiko adalah tugas manajemen, manajemen risiko dapat memaksimalkan nilai aset pemegang saham, manajemen risiko dapat
mengurangi volatilitas pendapatan, dan dapat memperbesar peluang kerja dan jaminan finasial. Dalam hal ini dilakukan pemahaman akan risiko yang
mencangkup adanya kesadaran risiko, melakukan pengukuran risiko dan dapat mengendalikannya. Manajemen risiko meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengolahan serta koordinasi dalam pengelolaan setiap risiko yang ada. Dengan adanya manajemen risiko maka akan mengurangi risiko yang
ada dalam perusahaan. Manajemen risiko juga dapat dilakukan dengan adanya kesadaran akan risiko yakni dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko yang
23 ada, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada
sehingga dapat dicari penanganannya. Menurut Hanafi 2009, manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem
pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko bertujuan untuk
mengelola risiko sehingga organisasi bisa bertahan, atau barangkali mengoptimalkan risiko. Risiko ada dimana-mana, bisa datang kapan saja, dan
sulit dihindari. Jika risiko tersebut menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko
tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut. Karena itu risiko penting untuk dikelola. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui
proses-proses berikut ini. 1.
Identifikasi risiko Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang
dihadap oleh suatu organisasi. Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko, misal dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa
yang tidak diinginkan. 2.
Evaluasi dan pengukuran risiko Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan
lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan. Ada beberapa teknik untuk mengukur risiko
tergantung jenis risiko tersebut. Sebagai contoh kita bisa memperkirakan probabilitas kemungkinan risiko atau suatu kejadian jelek terjadi.
3. Pengelolaan risiko
Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konseskuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai
cara, seperti penghndaran, ditahan rentention, diversifikasi, transfer risiko asuransi, pengendalian risiko risk control, dan pendanaan risiko risk
financing .
Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian ada berbagai cara yang dapat dilakukan. Menurut Harwood et al. 1999, alternatif penanganan risiko
produk pertanian dapat diatasi dengan cara diversifikasi usaha, integrasi vertikal,
24 kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi.
Diversifikasi adalah suatu strategi pengelolaan risiko yang sering digunakan yang melibatkan partisipasi lebih dari satu aktivitas. Strategi diversifikasi ini dilakukan
dengan alasan bahwa apabila satu unit usaha memiliki hasil yang rendah maka unit-unit usaha yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih tinggi.
Menurut Fariyanti 2008, diversifikasi mampu untuk mengurangi risiko, meskipun risiko yang dihadapi dalam melakukan kombinasi beberapa kegiatan
usaha tidak mungkin sama dengan nol.
3.2 Kerangka Operasional