Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

8

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tingkat risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur. 2. Menganalisis alternatif penanganan risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu : 1. Bagi petani wortel dan bawang daun khususnya di kawasan agropolitan Cianjur, penelitian ini dapat memberikan gambaran dalam manajemen risiko yang terjadi dalam pengembangan usahanya. 2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan agribisnis wortel dan bawang daun. 3. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan daya analisis mengenai risiko agribisnis. 4. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Komoditas yang dikaji adalah wortel dan bawang daun. Hal ini dikarenakan komoditas ini adalah komoditas unggulan di kawasan agropolitan Cianjur. 2. Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi serta alternatif penanganan untuk mengatasi risiko produksi tersebut. 3. Penelitian ini menggunakan data input output usahatani selama tiga musim tanam pada tahun 2009-2010. Data tersebut digunakan untuk mengetahui gambaran umum usahatani wortel dan bawang daun. Sementara itu, untuk menganalisis tingkat risiko produksi menggunakan data output selama 10 kali musim tanam. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Agropolitan Menurut Dinas Pertanian Cianjur 2003, agropolitan terdiri dari dua kata yaitu agro dan politan polis. Agro berarti pertanian dan politan berarti kota, sehingga agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah kota. Definisi agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang yang memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, menarik, mengelola kegiatan pembangunan pertanian agribisnis di wilayah sekitarnya Kawasan agropolitan terdiri dari kota pertanian dan desa sentra produksi pertanian yang ada disekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintah desakelurahan, kecamatan, kabupaten tetapi ditentukan dengan memperlihatkan skala ekonomi. Program pengembangan agropolitan adalah program pengembangan yang berbasis pertanian di kawasan agribisnis yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergiskan berbagai potensi yang ada untuk mendorong, berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah Beberapa penelitian yang dilakukan di kawasan agropolitan Cianjur Jawa Barat diantaranya dilakukan oleh Pruliyan 2005, Hutagulung 2005, dan Mulhayati 2005. Penelitian Pruliyan 2005 mengkaji usahatani sayuran dan strategi pengembangan usahati sayuran dengan metode RC rasio dan Matriks QSPM. Berbeda dengan penelitian Hutagulung 2005 yang mengkaji optimisasi produksi sayuran. Penelitian Mulhayati 2005 juga berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu mengkaji saluran pemasaran wortel dengan metode margin pemasaran dan farmer share. Pruliyan 2005 dalam penelitiannya Analisis Keragaan Usahatani dan Srategi Pengembangan Usahatani Sayur di Kawasan Agropolitan Cianjur menyatakan secara umum kegiatan usahatani masih layak dilakukan dengan nilai RC rata-rata untuk petani berlahan luas adalah 1,23 dan pada petani berlahan sempit nilai RC rata-rata sebesar 1,09. Tingkat pendapatan dan produksi sangat dipengaruhi oleh harga jual komoditi yang diusahakan. Berdasarkan hasil analisis 10 Matriks QSPM diperoleh strategi pembentukan lembaga penunjang serta sarana pendukung pertanian mendapat prioritas paling tinggi. Pilihan strategi selanjutnya adalah mengoptimalkanbperan dan fungsi dari kelompok tani. Kemudian pilihan berikutnya adalah pengembangan pertanian organik. Pilihan strategi keempat yaitu peningkatan kualitas SDM. Pilihan alternatif strategi terakhir yaitu pengembangan Agrowisata. Hutagulung 2005 dalam penelitiannya Optimisasi Produksi Sayuran di Kawasan agropolitan Cianjur Jawa Barat menyatakan pada kondisi aktual, lahan di kawasan agropolitan dialokasikan untuk pola I sebesar 9 persen, pola II sebesar 25 persen, pola III sebesar 2 persen, pola IV sebesar 16 persen, pola V sebesar 10,7 persen, pola VI sebesar 16 persen, pola VII sebesar 10,7 persen. Pendapatan yang diperoleh pada kondisi aktual sebesar 39 milyar rupiah. Kondisi optimal menghasilkan tingkat alokasi lahan sebagai berikut pola I sebesar 13,7 persen, pola II sebesar 6,6 persen, pola III sebesar 0 persen, pola IV sebesar 22,4 persen, pola V sebesar 4,1 persen, pola VI sebesar 8,9 persen, pola VII sebesar 14,9 persen. Pendapatan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar 46,5 milyar rupiah. Mulhayati 2005 dalam penelitiannya Saluran Pemasaran Wortel di Kawasan Agropolitan Cianjur menyatakan berdasarkan perhitungan margin pemasaran dan farmer share, saluran pemasaran wortel yang paling efisien dan memberikan bagian terbesar untuk petani adalah saluran pemasaran II petani- pedagang pengumpul-pedagang pengecerPasar TU Kemang Bogor. Rasio keuntungan biaya tertinggi pada pemasaran wortel terdapat pada saluran pemasaran III petani-pedagang pengecerPasar Bekasi, maka saluran pemasaran III dapat menjadi alternatif salauran pemasaran yang dapat digunakan jika prioritas yang ingin dicapai adalah peningkatan pendapatan petani.

2.2 Kajian Usahatani Wortel dan Bawang Daun