Kajian Risiko Bisnis PENDAHULUAN

13 RC usahatani bawang daun pada kondisi optimal sebesar 8,13 lebih besar dibandingkan nilai RC pada kondisi aktual sebesar 2,32. Faktor produksi untuk lahan, bibit, pupuk Urea, pupuk KCl, pupuk kandang, obat cair, obat padat, tenaga kerja pria dan wanita berpengaruh nyata, sedangkan pupuk TSP tidak nyata. Usahatani bawang daun di Desa Sindangjaya berada pada skala kenaikan hasil yang meningkat Increasing Return to Scale, hal ini ditunjukkan oleh jumlah elastisitas dari masing-masing faktor produksi sebesar 1,21. Penggunaan faktor- faktor produksi belum efisien karena rasio antara NPM dan BKM tidak sama dengan satu.

2.4 Kajian Risiko Bisnis

Menurut Robison dan Barry 1987 menjelaskan terdapat perbedaan antara konsep risiko dan ketidakpastian. Jika peluang suatu kejadian dapat diketahui oleh pembuat keputusan, yang didasarkan pada pengalaman, maka hal tersebut menunjukkan konsep risiko. Sedangkan jika peluang suatu kejadian tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan maka hal tersebut menunjukkan konsep ketidakpastian. Beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani diantaranya adalah risiko produksi, risiko pasar atau risiko harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan, dan risiko finansial Harwood et al, 1999. Beberapa penelitian dengan kajian risiko dilakukan oleh Fariyanti 2008, Tarigan 2009, Sulistiawati 2005 dan Utami 2009. Fariyanti 2008 meneliti mengenai Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Analisis risiko produksi dilakukan dengan menggunakan model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedaticity GARCH, sedangkan analisis perilaku ekonomi rumah tangga petani sayuran digunakan model persamaan simultan. Adapun komoditas yang diteliti adalah kentang dan kubis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko produksi kentang maupun kubis dipengaruhi secara nyata oleh risiko produksi pada musim sebelumnya. Risiko produksi pada kentang lebih tinggi dibandingkan dengan kubis, tetapi sebaliknya risiko harga pada kentang lebih rendah daripada 14 kubis. Diversifikasi usahatani kentang dan kubis mempunyai risiko produksi portofolio lebih rendah dibandingkan spesialisasi kentang atau kubis. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku ekonomi rumah tangga petani sayuran dalam pengambilan keputusan produksi akibat risiko produksi dan harga produk adalah dengan mengurangi penggunaan lahan, benih, pupuk, obat- obatan, dan tenaga kerja. Sementara strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yaitu dengan penggunaan benih yang tahan terhadap kekeringan dan hama penyakit, pengembangan teknologi irigasi dan diversifikasi kegiatan usahatani maupun luar usahatani. Adapun strategi untuk mengatasi harga produk diperlukan penyediaan sarana dan prasarana penyimpanan serta berkelompok pada tingkat petani, pengembangan sistem contract farming dan kelembagaan pemasaran. Tarigan 2009 melakukan penelitian mengenai Risiko Produksi Sayuran Organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi yang dilakukan oleh Permata Hati Organic Farm serta menganalisis alternatif penanganan risiko produksi dalam menjalankan usaha sayuran organik. Analisis risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan variance, standard deviation , dan coefficient variation pada kegiaatan spesialisasi dan portofolio. Komoditas yang diteliti pada kegiatan spesialisasi meliputi brokoli, bayam hijau, tomat, dan cabai keriting. Sementara pada kegiatan portofolio komoditas yang dianalisis adalah tomat dengan bayam hijau, dan cabai keriting dengan brokoli. Analisis risiko produksi dilakukan dengan berdasarkan nilai produktivitas dan pendapatan bersih perusahaan dari kegiatan yang dilakukan. berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting, risiko tertinggi dari keempat komoditas tersebut adalah bayam hijau. Sementara berdasarkan pendapatan bersih pada brokoli, bayam hijau, tomat, dan cabai keriting, risiko tertinggi dimiliki oleh komoditas cabai keriting. Analisis risiko yang dilakukan pada kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko. 15 Sulistiyawati 2005 dalam penelitiannya Analisis Pendapatan dan Risiko Diversifikasi Usahatani Sayur-Sayuran pada Perusahaan Pacet Segar, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menyatakan pendapatan yang diterima Perusahaan Pacet Segar setiap bulan dari masing-masing komoditas yang diusahakannya mengalami tingkat efisiensi yang lumayan besar karena memiliki RC rasio lebih dari satu. Komoditas jagung acar memiliki risiko total yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh komoditas lain karena fluktuasi pendapatannya relatif stabil dibandingkan komoditas lain. Diversifikasi yang dilakukan Perusahaan Pacet Segar mengandung risiko yang cukup besar. Hal ini dilihat berdasarkan analisis korelasi bahwa sebagian besar kombinasi antar komoditas yang diusahakan memiliki nilai koefisien korelasi yang positif artinya kombinasi antar komoditas tersebut memiliki hubungan yang erat sehingga apabila komoditas yang satu merugi maka komoditas yang lainnya pun merugi. Berdasarkan optimalisasi pendapatan dan risiko, komoditas daun bawang, bunga kol, wortel baby dan wortel memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan komoditas lain. Utami 2009 melakukan penelitian mengenai Risiko Produksi dan Perilaku Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko produksi bawang merah, menganalisis perilaku penawaran bawang merah, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes. Analisis risiko produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan variance, standard deviation , dan coefficient variation serta penggunaan analisis regresi linier berganda untuk analisis perilaku penawaran. Hasil penelitian menunjukkan, dilihat dari sisi penerimaan usahatani, diperoleh nilai expected return sebesar Rp. 25.949.621,9 per hektar. Sementara risiko yang diterima oleh petani bawang merah di Kabupaten Brebes adalah sebesar 60,09 persen dari nilai return yang diperoleh petani dengan standar deviasi rata-rata sebesar Rp. 11.768.995 per hektar. Dari nilai tersebut maka, jika dibandingkan dengan perhitungan risiko dari sisi produktivitas, nilai risiko yang dihitung dari sisi penerimaan atau return ternyata jauh lebih tinggi. Perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes dijelaskan oleh pengaruh 16 beberapa variabel yaitu harga output, variasi harga output, harga bibit, variasi harga bibit, harga pupuk Urea, NPK, TSP, KCl, biaya obat-obatan, nilai ekspektasi produksi, dan variasi produksi. Model yang diperoleh mampu menggambarkan variasi dari kuantitas bawang merah yang ditawarkan sebesar 91 persen. Variabel biaya obat-obatan dan variabel nilai ekspektasi produksi berpengaruh nyata terhadap perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes dan variabel harga bibit berpengaruh nyata terhadap tingkat penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes. Dari beberapa penelitian tentang kajian risiko bisnis, terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian satu dengan penelitian lainnya. Penelitian yang dilakukan Fariyanti 2008, Tarigan 2009, dan Utami 2009 memiliki persamaan yaitu menganalisis risiko produksi. Namun, masing-masing penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian Fariyanti 2008 menganalisis perilaku ekonomi rumah tangga petani dan juga menganalisis risiko harga, dan penelitian Utami 2009 yang juga menganalisis perilaku penawaran petani. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan Sulistiawati 2005, kajian risiko yang dianalisis merupakan risiko diversifikasi dan juga analisis pendapatan. Penelitian Sulistiawati lebih mengkhususkan kajian risiko tentang diversifikasi.

2.5. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu