Metode Penentuan Sampel Data dan Instrumentasi Metode Pengumpulan Data Definisi Operasional

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi wortel dan bawang daun dilakukan di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan sentra produksi sayuran dengan komoditas unggulan wortel dan bawang daun. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil lokasi penelitian di dua Desa yaitu Desa Sindang Jaya Kecamatan Cipanas dan Desa Sukatani Kecamatan Pacet yang menjadi kawasan inti pengembangan agropolitan. Waktu pra penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2010 yaitu terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2010.

4.2 Metode Penentuan Sampel

Petani sayuran yang menjadi anggota agropolitan Cianjur berjumlah 100 orang dari sembilan kelompok yang tersebar di kedua Desa lima kelompok di Sindangjaya dan empat kelompok di Sukatani. Dari 100 orang petani sayur tersebut diambil 30 orang petani yang sedang menanam wortel dan 30 orang petani yang sedang menanam bawang daun secara purposive. Pembagian jumlah responden dari kedua Desa yang menjadi kawasan inti agropolitan Cianjur terdapat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7 . Pembagian Sampel Petani Wortel dan Petani Bawang Daun per Desa Desa Petani Wortel orang Petani Bawang Daun orang Sindangjaya 20 22 Sukatani 10 8

4.3 Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner dan wawancara dengan petani wortel dan bawang daun di lokasi penelitian. Sementara itu data sekunder diperoleh dari, Agropolitan Cianjur, Dinas Pertanian Cianjur, Sub Terminal Agribisnis Cigombong, Direktorat Hortikultura, BPS, internet, dan buku 27 literatur serta beberapa penelitian terdahulu yang menjadi bahan rujukan bagi penelitian ini.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan petani sebagai responden dan responden lain yang terkait dengan penelitian ini seperti pengelola Agropolitan Cianjur, pengelola STA Cigombong, Dinas Pertanian Cianjur dan Petugas Penyuluh Lapang. Metode pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi atau pengamatan, wawancara langsung melalui kuisioner, serta membaca dan melakukan pencatatan semua data yang dibutuhkan dalam penelitian.

4.5 Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dalam penelitian ini mengunakan Microsoft Excel 2007. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum lokasi penelitian, manajemen risiko yang diterapkan di lokasi penelitian, dan alternatif strategi untuk mengurangi risiko produksi. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan melalui analisis risiko yang meliputi variance, standard deviation , dan coefficient variation.

4.6.1 Analisis Risiko

Probabilitas adalah nilai atau angka yang terletak antara 0 dan 1 yang diberikan kepada masing-masing kejadian. Apabila nilai suatu peluang adalah 1, maka hal tersebut merupakan sebuah kepastian, yang berarti peristiwa yang diperkirakan pasti terjadi. Penentuan peluang menggunakan metode subyektif yang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian pada kegiatan budidaya yang dapat diukur dari pengalaman yang dialami petani. Peluang dari masing-masing kegiatan budidaya akan diperoleh pada setiap kondisi yakni tertinggi, normal, dan 28 terendah. Pembagian tiga kondisi ini berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fariyanti 2008 dan Tarigan 2009. Pengukuran peluang P pada setiap kondisi diperoleh frekuensi kejadian setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Asumsi yang digunakan dalam menentukan periode waktu proses produksi adalah 10 kali produksi. Asumsi ini digunakan karena masa tanam kedua komoditas berkisar empat bulan dan dalam setahun umumnya petani melakukan tiga kali penanaman. Penggunaan 10 kali musim tanam ini juga diasumsikan agar fluktuasi produktivitas wortel dan bawang daun bisa terlihat. Selain itu utuntuk memudahkan petani dalam mengingat dalam mengingat hasil produksinya. Frekuensi kejadian pada kondisi tertinggi menunjukkan berapa kali petani mengalami produktivitas tertinggi dalam 10 kali produksi. Frekuensi kejadian pada kondisi normal menunjukkan berapa kali petani mengalami produktivitas normal dalam 10 kali produksi. Frekuensi kejadian pada kondisi terendah menunjukkan berapa kali petani mengalami produktivitas terendah dalam 10 kali produksi. Secara sistematis dapat dituliskan : P = fT Keterangan: f = frekuensi kejadian kondisi tertinggi, normal, dan terendah T = periode waktu proses produksi asumsi 10 kali produksi Peluang yang dihitung dari dua komoditas yaitu bawang daun dan wortel. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu dan secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut : Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan Expected return. Rumus Expected return dituliskan sebagai berikut : Dimana : ERi = Expected return Pi = Peluang dari suatu kejadian 1,2,3,… 1 = Kondisi Tertinggi, 2 = Kondisi Normal, 3 = Kondisi Terendah Ri = Return 29 Aspek risiko diukur dengan melihat nilai return pada setiap kejadian. Return merupakan hasil pada setiap kejadian tinggi, normal, rendah. Return yang digunakan untuk menganalisis risiko produksi wortel dan bawang daun merupakan nilai produktivitas kw1000 m 2 . Penggunaan satuan 1000 m 2 digunakan karena rata-rata luas lahan wortel dan bawang daun setiap persilnya sekitar 1000 m 2 . Namun, untuk menyamakan dengan satuan produktivitas nasional tonha maka perhitungan risiko pada penelitian ini dikonversi menjadi tonha. Mengukur sejauh mana risiko yang dihadapi dalam menjalankan usaha terhadap hasil yang diperoleh digunakan pendekatan sebagai berikut: a. Variance Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut. σ l 2 2 Dimana : σ l 2 = Variance dari return P i = Peluang dari suatu kejadian 1,2,3,…… 1= Kondisi Tertinggi, 2= Kondisi Normal, 3 = Kondisi Terendah R ij = Return R i = Expected return b. Standard Deviation Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil nilai standars deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut: σ l = √ σ l 2 Dimana : σ l = Standard deviation σ l 2 = Variance c. Coefficient Variation Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah : CV = σ l R i 30 Dimana : CV = Coefficient variation σ l = Standard deviation R i = Expected return

4.6.2 Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan bersih petani adalah selisih hasil dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan biaya bibit, pupuk, obat, tenaga kerja, sewa lahan, penyusutan peralatan, dan pengeluaran umum usahatani. Perhitungan pendapatan usahatani dilakukan dengan menggunakan formulasi: Pd = TR – TC Dimana : Pd = Pendapatan TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya

4.6 Definisi Operasional

1. Peluang P merupakan frekuensi kejadian setiap kondisi dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. 2. Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi peluang masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti. 3. Return merupakan hasil yang diterima dari setiap kejadian, return yang digunakan yaitu produktivitas yang diterima petani. 4. Variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan Expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. 5. Standard deviation merupakan dari akar kuadrat dari nilai variance. 6. Coefficient variation merupakan rasio standard deviation dengan return yang diharapkan expected return. 7. Continuum merupakan rangkaian kesatuan. 8. Volatilitas merupakan tingkat variabilitas hasil potensial. 9. Perishable yaitu barang yang tidak tahan lama atau mudah busuk. 10. Voluminious yaitu barang yang berukuran besar. 11. Bulky yaitu barang yang membutuhkan banyak tempat.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1

Karakteristik Wilayah 5.1.1 Kawasan Agropolitan Cianjur Pengembangan perdesaan dengan pendekatan agropolitan menunjuk Kabupaten Cianjur sebagai daerah rintisan atau daerah contoh pengembangan program agropolitan bagi daerah lain. Program agropolitan ini sudah berjalan sejak tahun 2002 dengan tujuan untuk meningkatkan percepatan pembangunan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota serta mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis berdasarkan pertimbangan utama fungsi wilayah perencanaan sebagai kawasan konversi tanah dan air Deptan Cianjur, 2004. Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur menetapkan dua desa yang terbagi dalam dua kecamatan sebagai desa inti dari program agropolitan yaitu, Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas dan Desa Sukatani Kecamatan Pacet. Kedua desa tersebut dipilih karena sesuai dengan persyaratan dikembangkannya suatu wilayah sebagai kawasan agropolitan dan termasuk ke dalam desa dengan tingkat produksi sayuran yang tinggi. Selain itu, penetapan kedua desa tersebut sebagai daerah pengembangan kawasan agropolitan juga didasarkan pada beberapa kebijakan baik nasional maupun regional seperti tercantum dalam Master Plan Agropolitan Cianjur tahun 2004, diantaranya : 1. Peraturan pemerintah Nomor 47 Tahun 1997, Tentang RTRW Nasional dimana Kawasan Puncak ditetapkan sebagai kawasan andalan dengan sektor andalan pertanian tanaman pangan. 2. Keputusan Presiden Nomor 114 Tahun 1999, tentang Penataan Ruang Kawasan Bogor – Puncak – Cianjur. 3. Berdasarkan RTRW Kabupaten Cianjur, Kota Cipanas termasuk dalam jenjang IB yaitu kota-kota yang berfungsi sebagai pusat-pusat produksi, koleksi dan distribusi dengan lingkup pelayanan regional. 4. Keputusan Bupati Cianjur No. 521.3 Kep. 175-Pc2002, tentang Penentuan Desa Inti Pusat Rintisan Pengembangan Kawasan Agropolitan, menetapkan Desa Sukatani dan Desa Sindangjaya sebagai desa inti pusat rintisan.