38
Tabel 9. Persentase Umur Petani Wortel dan Petani Bawang Daun di Kawasan
Agropolitan Cianjur Tahun 2010 Umur
Tahun Petani Wortel
Petani Bawang Daun Jumlah Responden
Orang Persentase
Jumlah Responden Orang
Persentase
20-30 1
3,33 2
6,67 31-40
8 26,67
10 33,33
41-50 13
43,33 10
33,33 51-60
6 20,00
7 23,33
60 2
6,67 1
3,33 Total
30 100
30 100
Hasil di lapangan menunjukkan umur petani wortel dan petani bawang daun di kawasan agopolitan Cianjur didominasi oleh usia 31-50 tahun yang
merupakan usia relatif tua. Petani yang lebih tua umumnya lebih sulit menerima inovasi baru dibandingkan petani yang lebih muda usianya. Maka dari itu, petani
wortel dan petani bawang daun di Agropolitan Cianjur relatif lebih enggan menanggung risiko.
Hasil penelitian di lapangan juga diperkuat oleh penelitian Widodo 1988 dalam Soekartawi 1993, petani yang lebih tua biasanya mempunyai kemampuan
berusahatani yang lebih baik karena lebih berpengalaman dan keterampilannya lebih baik, tetapi biasanya lebih konservatif dan mudah lelah. Sedangkan petani
muda mungkin lebih sedikit pengalaman, tetapi biasanya memiliki sikap yang lebih progresif terhadap inovasi baru dan relatif lebih kuat tenaganya. Faktor sikap
yang lebih progresif terhadap inovasi baru inilah yang cenderung membentuk perilaku petani muda usia untuk lebih berani menanggung risiko usaha.
Pernyataan di atas juga konsiten dengan Soekartawi 1993 yang menyatakan, petani yang relatif muda usianya relatif lebih berani menerima risiko.
5.2.2 Tingkat Pendidikan Responden
Sebagian besar petani wortel dan petani bawang daun yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang cukup rendah.
Sebagian besar petani wortel mengenyam pendidikan tidak tamat sekolah dasar
39 yaitu 36,67 persen. Sementara tingkat pendidikan yang hanya sampai sekolah
dasar juga sebesar 36,67 persen dari total petani wortel yang menjadi responden. Sementara itu, sebagian besar petani bawang daun yang menjadi
responden dalam penelitian ini juga memiliki tingkat pendidikan yang cukup rendah. Sebesar 23,33 persen responden tidak tamat sekolah dasar dan 43,33
persen responden tamat sekolah dasar dari total petani bawang daun yang menjadi responden. Secara umum bisa dikatakan bahwa tingkat pendidikan petani wortel
dan petani bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur masih cukup rendah. Meskipun demikian, menurut Soekartawi 1993, pendidikan merupakan
salah satu faktor sosial ekonomi yang tidak terlalu mempengaruhi keputusan petani dalam mengambil risiko. Pendidikan formal tidak banyak mempengaruhi
keputusan berusahatani petani, karena dalam pendidikan formal tidak diajarkan pengetahuan khusus berusahatani. Dalam prakteknya, pengetahuan dan
keterampilan berusahatani diperoleh petani dari pengalaman turun-temurun yang diajarkan orang tua dan pengamatan yang diperoleh dari penyuluhan-penyuluhan
yang pernah diikuti serta pengamatan dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, tingkat pendidikan petani wortel dan bawang daun yang umumnya masih rendah
tidak terlalu mempengaruhi keputusan petani dalam mengambil risiko.
Tabel 10. Persentase Tingkat Pendidikan Petani Wortel dan Petani Bawang Daun
di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2010
Tingkat Pendidikan
Petani Wortel Petani Bawang Daun
Jumlah Responden
Orang Persentase
Jumlah Responden
Orang Persentase
Tidak sekolah 1
3,33 1
3,33 Tidak tamat SD
11 36,67
7 23,33
SD 11
36,67 13
43,33 SMP
3 10,00
5 16,67
SMA 4
13,33 4
13,33 S1
Total 30
100 30
100
40
5.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga