Penggunaan Input Usahatani Wortel dan Bawang Daun

48 Para petani di kawasan agropolitan tidak terikat hanya pada satu pedagang pengumpul saja karena terdapat sangat banyak pedagang pengumpul di kawasan agropolitan. Jadi petani dapat memilih dengan bebas kepada pedagang pengumpul mana ia akan menjual hasil panennya. Dari 30 responden petani wortel yang diwawancarai, terdapat tujuh orang petani yang bekerja sampingan sebagai pedagang pengumpul. Sedangkan dari 30 responden petani bawang daun yang diwawancarai, juga terdapat tujuh orang petani yang bekerja sampingan sebagai pedagang pengumpul.

5.2.9 Penggunaan Input Usahatani Wortel dan Bawang Daun

Penggunaan input pada usahatani wortel dan bawang daun tidak terlalu berbeda jauh antara musim tanam. Adapun yang dimaksud dengan input usahatani dalam penelitian ini adalah meliputi pupuk, obat-obatan, bibit, dan tenaga kerja. Rata-rata penggunaan input pada usahatani wortel dan bawang daun menurut musim tanam dapat dilihat pada Tabel 17 dan 18. Tabel 17. Rata-rata Penggunaan Input Wortel per 1000 m 2 Menurut Musim Tanam di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2009-2010 Input Musim Tanam 1 Musim Tanam 2 Musim Tanam 3 Urea kg 47,27 40,60 39,77 Poska kg 14,17 14,17 14,00 TSP kg 26,00 34,33 25,50 Kandang kg 657,67 657,67 673,33 KCl kg 4,93 4,93 5,27 ZA kg 31,23 29,83 31,40 Kapur pertanian kg 10,83 10,83 10,83 NPK kg 23,53 23,70 23,37 kompos kg 10,67 10,67 10,67 SP kg 1,67 1,67 1,67 Pusri kg 8,33 8,33 8,33 Bibit kuintal 0,78 0,78 0,78 Obat-obatan Rp 266.154,17 283.983,47 285.475,53 TK luar keluarga HOK 105,77 114,57 106,77 49 Perhitungan penggunaan input pada usahatani wortel dan bawang daun dibagi ke dalam tiga musim tanam. Data rata-rata penggunaan input pada usahatani wortel dan usahatani bawang daun diperoleh mulai tahun September 2009 hingga Mei 2010. Dari Tabel 17 dan 18 dapat dilihat bahwa penggunaan input setiap musim berbeda satu dengan lainnya. Penggunaan pupuk berubah- ubah setiap musim tanam meskipun tidak terlalu signifikan. Penggunaan pupuk di musim ketiga umumnya lebih sedikit dibandingkan musim pertama dan kedua, hal ini disebabkan musim ketiga merupakan musim hujan sehingga penggunaan pupuk berkurang. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, diketahui bahwa sangat sedikit petani wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur yang menggunakan pupuk organik. Tabel 18. Rata-rata Penggunaan Input Bawang Daun per 1000 m 2 Menurut Musim Tanam di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2009-2010 Input Musim Tanam 1 Musim Tanam 2 Musim Tanam 3 Urea kg 54,73 54,73 49,73 Poska kg 8,00 8,33 10,00 TSP kg 32,00 32,83 25,50 Kandang kg 850,00 721,00 791,67 KCl kg 10,67 10,83 12,50 ZA kg 29,83 30,50 35,50 Kapur pertanian kg 42,50 42,50 42,50 NPK kg 12,67 12,67 14,33 mutiara kg 1,67 1,67 1,67 SP kg 1,67 1,67 1,67 Bibit kuintal 12,95 12,95 12,95 Obat-obatan Rp 255.681,40 261.348,07 255.314,80 TK luar keluarga HOK 88,97 91,27 90,07 Pemupukan wortel dan bawang daun biasanya dilakukan antara tiga hingga empat kali pemupukan. Pemupukan pertama dilakukan setelah pengolahan lahan tanah dicangkul. Pemupukan pertama cukup hanya dengan menggunakan pupuk kandang atau TSP saja. Pemupukan selanjutnya dilakukan dengan selang 50 waktu satu bulan setelah benih ditanam. Pemupukan kedua dan seterusnya dilakukan setelah penyiangan lahan. Adapun jenis dan dosis pupuk yang digunakan pada pemupukan kedua dan seterusnya biasanya tidak begitu berbeda. Jenis pupuk yang berbeda biasanya diberikan pada pemupukan pertama dengan kedua. Secara umum, dosis pemupukan antara satu petani dengan lainnya tidak jauh berbeda. Akan tetapi, jenis pupuk yang digunakan belum tentu sama antara satu petani dengan petani lainnya. Menurut Standar Operasional Prosedur SOP Budidaya Wortel Kabupaten Cianjur Jawa Barat, penggunaan pupuk kandang sebanyak 10-15 tonha dan urea 100 kgha. Sementara itu, penggunaan pupuk kandang untuk budidaya bawang daun menurut SOP Direktorat Jendral Hortikultura juga sebesar 10-15 tonha. Jika dibandingkan dengan SOP, yang ada penggunaan pupuk kandang pada budidaya wortel dan budidaya bawang daun di kawasan agropolitan memiliki jumlah yang lebih sedikit, namun penggunaan urea pada wortel lebih banyak. Penggunaan input seperti pupuk dapat menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi karena dalam kegiatan produksi pupuk sangat diperlukan sehingga jika penggunaan pupuk terlalu rendah atau terlalu tinggi menyebabkan produksi tidak stabil. Penggunaan pupuk kandang yang tidak sesuai efektif bisa menurunkan produksi yang dihasilkan sehingga meningkatkan terjadinya risiko produksi pada wortel dan bawang daun. Penggunaan obat-obatan oleh petani wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur relatif bervariasi. Jenis obat-obatan yang digunakan oleh petani wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur meliputi pestisida, insektisida, dan fungisida lainnya. Obat-obatan yang banyak digunakan petani wortel di agropolitan diantaranya dursban, antracol, dan supergo. Sementara itu obat-obatan yang digunakan petani bawang daun diantaranya antracol, dursban, decis, supergro, dan winder. Intensitas rata-rata penyemprotan dengan obat-obatan antara sepuluh hari hingga sebulan sekali. Bahkan untuk keadaan tertentu pengobatan dilakukan setiap tujuh hari sekali. Rata-rata petani wortel dan bawang daun membeli obat-obatan secara sendiri-sendiri di toko atau kios pertanian. Berdasarkan wawancara di lapangan, sebagian besar responden membeli obat- obatan untuk wortel dan bawang daun secara kontan atau tunai. 51 Menurut Standar Operasional Prosedur SOP Budidaya Wortel Kabupaten Cianjur Jawa Barat dan Direktorat Jendral Hortikultura, pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan OPT dilakukan bila serangan mencapai ambang pengendalian, sesuai dengan kondisi serangan OPT dan hentikan penyemprotan minimal dua minggu sebelum panen. Intensitas penyemprotan yang terlalu banyak tanpa memperhatikan kondisi serangan OPT bisa menurunkan produksi yang dihasilkan sehingga meningkatkan terjadinya risiko produksi pada wortel dan bawang daun. Penggunaan obat-obatan yang efektif bisa mengurangi risiko produksi. Artinya, penggunaan obat-obatan dilakukan pada saat ada serangan hama dan penyakit tanaman saja sehingga menyebabkan kondisi produksi stabil. Input usahatani wortel dan bawang daun yang penting lainnya adalah bibit wortel dan bawang daun. Kualitas bibit wortel dan bawang daun ini sangat menentukan seberapa besar produktivitas wortel dan bawang daun nantinya. Di kawasan agropolitan Cianjur bibit wortel dan bawang daun yang digunakan umumnya adalah bibit lokal varietas Cipanas, namun ada pula dari petani responden yang mulai mencoba menggunakan bibit impor khususnya bibit wortel Jepang yang tentunya lebih mahal harganya dari bibit wortel lokal. Tidak setiap musim tanam petani wortel membeli bibit. Beberapa petani wortel membudidayakan sendiri bibit wortel. Sedangkan untuk bibit bawang daun, para petani responden selalu menggunakan hasil panen sebelumnya untuk dijadikan bibit kembali pada musim tanam berikutnya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi penggunaan modal. Bibit bawang daun yang banyak digunakan di kawasan Agropolitan Cianjur diantaranya RP dengan ciri-ciri batang daun besar, bulat, padat, berwarna putih, dan harganya pun relatif lebih tinggi dibandingkan dari varietas lain. Kegiatan usahatani wortel dan bawang daun merupakan kegiatan yang bersifat padat karya. Menurut hasil di lapangan, penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan usahatani wortel relatif lebih banyak dibandingkan kegiatan usahatani bawang daun. Penggunaan tenaga kerja mulai dari proses pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan, penyemprotan, penyiraman hingga pasca panen. Diantara kegiatan produksi, penggunaan tenaga kerja paling banyak yaitu 52 pada kegiatan pengolahan lahan sebelum penanaman. Adapun biaya tenaga kerja di kawasan agropolitan Cianjur berkisar Rp. 15.000 hingga Rp. 25.000 per HOK untuk tenaga kerja laki-laki, dan Rp. 7.000 hingga Rp. 10.000 per HOK untuk tenaga kerja perempuan. Namun untuk biaya penyiraman yang dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki lebih mahal dua kali lipat dari biaya tenaga kerja pada proses kegiatan usahatani yaitu berkisar antara Rp. 30.000 hingga Rp. 50.000 per HOK. Upah yang diterima tenaga kerja di kawasan agropolitan Cianjur sudah merupakan harga kesepakatan yang terbentuk antara petani pemilik dengan para tenaga kerja. Upah minimal Rp 15.000 per HOK juga merupakan upah standar di Kabupaten Cianjur Dinas Pertanian Cianjur. Jumlah jam kerja petani di kawasan agropolitan Cianjur hanya 5 jam yaitu dari jam 7 pagi hingga 12 siang. Berbeda dengan jumlah jam kerja HOK umumnya yaitu 8 jam. Perhitungan HOK penggunaan input tenaga kerja menggunakan perhitungan 1 orang x 1 hari x jam kerja dibagi 5 jam.

5.2.10 Biaya Produksi Usahatani Wortel dan Bawang Daun