80 input
berasal dari: 1 energi panas dari heater untuk pemanasan awal RBDPO dan MeOH, 2 energi panas dari heater untuk proses transesterifikasi dan energi dari
motor untuk sirkulasi static-mixer, dan 3 energi panas dari heater untuk memanaskan air yang digunakan untuk pencucian dan pengeringan serta energi
motor untuk mengalirkan air panas dan produk dari tangki utama ke tangki pencucian.
Dari Gambar 47 dan 48 menunjukkan bahwa penurunan energi untuk proses transeterifikasi dengan peningkatan suhu reaksinya dikompensasi dengan
energi untuk pemanasan awal RBDPO. Penggunaan energi untuk pemanasan awal RBDPO lebih besar untuk suhu yang lebih tinggi. Konsumsi energi pada
setiap tahap proses produksi disajikan dalam Tabel 12. Dalam penelitian ini, purifikasi biodiesel dilangsungkan dengan menggunakan pencucian air panas.
Metode purifikasi dengan pencucian seperti ini mempunyai kelemahan yaitu proses dilakukan dengan waktu yang relatif lama hingga mencapai waktu 2,5 jam
serta membutuhkan jumlah air yang cukup banyak. Di samping itu dibutuhkan proses evaporasi air dalam biodiesel hasil pencucian.
Gambar 47. Distribusi energi produksi biodiesel dengan reaktor static-mixer
50 C
55 C
60 C
65 C
70 C
Pemanasan awal
160.94 182.52
196.9 218.48
240.06 Transesterifikasi
119.66 99.29
78.93 56.01
68.74 Purifikasi
1529.26 1525.96
1525.96 1529.26
1529.26 400
800 1200
1600 2000
Ene rgi
kJkg
81
4.3.4 Rasio Energi
Rasio energi Er dihitung berdasarkan persamaan [27]. Secara garis besar hasil perhitungan Er biodiesel dengan static-mixer dan blade agitator disajikan
dalam Tabel 12. Dari hasil pengukuran tersebut dapat dilihat bahwa suhu reaksi tidak begitu memberikan pengaruh yang jelas terhadap rasio energi. Hal ini
dikarenakan kecenderungan adanya kompensasi dari energi transesterifikasi terhadap energi pemanasan awal. Fenomena ini terjadi baik untuk penggunaan
static-mixer dan blade agitator.
Dalam Gambar 49 dan 50 disajikan gambar atau pola perubahan Er untuk yang tanpa melibatkan energi purifikasi dan memasukan energi purifikasi. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa Er rata-rata untuk memproduksi biodiesel dari RBDPO dengan menggunakan static-mixer adalah 3,63 dan nilai ini lebih tinggi
dibandingkan rasio energi rata-rata yang dihasilkan menggunakan blade agitator yaitu 1,51. Pemasukan energi purifikasi dalam perhitungan mengakibatkan Er
rata-rata menurun dengan nilai 0,57 dan 0,46 masing-masing untuk static-mixer dan blade agitator. Dengan mempertimbangkan definisi Er yang digunakan dalam
Gambar 48. Distribusi energi produksi biodiesel dengan reaktor blade agitator
50 C
55 C
60 C
65 C
70 C
Pemanasan awal
160.94 182.52
196.9 218.48
240.06 Transesterifikasi
529.26 493.82
519.38 478.64
399.72 Purifikasi
1529.26 1525.96
1525.96 1529.26
1529.26 200
400 600
800 1000
1200 1400
1600 1800
En er
gi kJkg
82 dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa nilai Er yang tinggi memerlukan input
energi yang rendah untuk meningkatkan energi biodiesel dari kandungan energi bahan baku yang diolah. Pada lampiran 26 hingga 30 disajikan data dan hasil
perhitungan Er untuk suhu
50, 55, 60, 65, dan 70
o
C.
Tabel 12. Perhitungan Rasio Energi Er T