14 jumlah alkohol terlalu berlebih maka akan berakibat menganggu pemisahan
gliserol Srivasta dan Prasad, 2000. Rasio molar untuk proses transesterifikasi dengan katalis asam perbandingannya direkomendasikan bisa mencapai 30 : 1
Mittelbach dan Reshmidt, 2004.
2.2.1.3 Suhu Reaksi
Transesterifikasi dapat dilakukan pada berbagai tingkatan suhu tergantung dari jenis minyak nabati yang digunakan. Dalam proses metanolisis kastor oil
menjadi metil risinoleat, reaksi akan berlangsung memuaskan bila dioperasikan pada suhu 20 – 35
o
C dengan rasio molar 6 :1 and 12 : 1 menggunakan NaOH sebagai katalis Fredman et al., 1984. Untuk transesterifikasi minyak kedelai
dengan metanol molar ratio yang digunakan adalah 6 : 1 dengan 1 NaOH, untuk berbagai suhu transesterifikasi Fredman et al., 1986. Setelah satu jam
proses ester yang terbentuk adalah 94,87 dan 64 untuk suhu 45 dan 32
o
C. Suhu reaksi mempengaruhi laju reaksi dan ester yang terbentuk. Yamazaki et al.,
2007 menjelaskan flowrate produksi FAME meningkat dari 0,1 gmenit mulai pada suhu 250
o
C menjadi 1,0 gmenit pada suhu 330
o
C.
2.2.1.4 Waktu Reaksi
Laju produksi metil ester sangat dipengaruhi oleh waktu reaksi transesterifikasi. Fredman et al. 1984 melaporkan bahwa transesterifikasi
minyak kacang, cotton seed, minyak bunga matahari, dan kedelai dengan rasio molar metanol terhadap minyak 6 : 1 dengan katalis sodium methoxide pada suhu
60
o
C. Hasil pengamatan menunjukkan setelah 1 menit diperoleh hasil metil ester 80 dan mencapai maksimum setelah waktu reaksi 1 jam dengan hasil metil
ester 93 -98 Fredman et al., 1986. Ma dan Hanna 1999 juga melaporkan bahwa pengaruh waktu reaksi dalam proses transesterifikasi lemak hewan dengan
hasil metil ester 1 – 38 . Laju produksi metil ester mencapai maksimum setelah waktu berjalan 15 menit Fredman et al., 1984. Yuswono et al. 2008
mengolah minyak minyak CPO dengan rasio molar metanol terhadap minyak 6 : 1 katalis NaOH dengan hasil metil ester 97 – 99 dalam waktu 1 jam dengan
15 penghitungan waktu reaksi dimulai saat suhu bahan secara keseluruhan telah
mencapai 70
o
C
2.2.1.5 Tekanan Reaksi
Metil ester dapat direaksikan dalam kondisi tekanan rendah dan tinggi. Secara komersil produksi biodiesel dari minyak nabati dilangsungkan pada
tekanan rendah guna mengurangi biaya pengolahan dan keamanan dan umumnya dilakukan pada tekanan atmosfir. Proses produksi biodiesel dengan tekanan
tinggi dapat dilangsungkan di atas tekanan 100 bar pada suhu 250
o
C dengan kelipatan 7 hingga 8 molar ekses dalam keberadaan katalis basa Gerpen dan
Knothe, 2005. Tekanan reaksi yang tinggi ini juga bisa dilakukan pada transesterifikasi tanpa katalis yang dilakukan pada tekanan 8,09 MPa dan suhu
optimal 350
o
C Kusdiana dan Saka, 2000. Keuntungan penggunaan tekanan tinggi dalam proses transesterifikasi adalah bahan baku yang mengandung lebih
20 FFA dapat diolah tanpa perlakuan pendahuluan serta dapat menghasilkan gliserol kandungan tinggi dapat dihasilkan sebagai hasil samping Kusdiana dan
Saka, 2000 Kusdiana dan Saka, 2000. Pendekatan yang diusulkan Mittelbach dan Junek 1986 yaitu penggunaan tekanan rendah merupakan rekomendasi yang
sudah banyak diterapkan dan berhasil dilakukan dalam mengolah biodiesel.
2.2.1.6 Jenis Katalis
Untuk mencapai hasil atau rendemen yang maksimum, transesterifikasi biasanya dilangsungkan dengan keberadaan katalis baik katalis basa alkali
ataupun asam. Katalis basa yang sering digunakan adalah NaOH dan KOH. Katalis NaOH sering digunakan karena lebih reaktif dan murah. Katalis dari
kompon logam, silikat, dan enzim atau biokatalis seperti enzim lipase bisa juga digunakan dalam sintesis biodiesel. Jumlah optimum alkali basa yang baik
digunakan berkisar anatar 0,5-1,0 dari berat minyak nabati Fredman et al., 1984. Katalis asam bisa juga digunakan untuk proses produksi biodiesel.
Transesterifikasi dengan katalis asam lebih lambat dari katalis basa. Katalis asam cocok untuk proses trigliserida dengan kandungan asam lemak dan kandungan air