13 FAME. Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi tiga tahap dan reaksi balik
reversible yang membentuk tiga molar FAME dan satu molar gliserol GL dari
satu molar trigliserida TG dan tiga molar methanol. Digliserida DG dan monogliserida MG merupakan hasil reaksi antara intermediate. Terdapat dua
jenis proses transesterifikasi yaitu transesterifikasi dengan katalis dan transesterifikasi tanpa katalis. Katalis diharapkan dapat mempengaruhi laju reaksi
dalam memproduksi biodiesel secara katalitik pada skala komersial.
2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Transesterifikasi
Transesterifikasi minyak nabati menjadi biodesel merupakan suatu proses bertahap dan reversible. Proses ini dipengaruhi oleh beberapa parameter antara
lain: 1 Homogenisasi reaksi keseragaman pencampuran, 2 molar rasio antara methanol and minyak nabati, 3 suhu reaksi, 4 tekanan dalam reaksi, 5 waktu
reaksi, dan 6 jenis katalis Mettelbach dan Reshmidt, 2004.
2.2.1.1 Homogenisasi Reaksi Pencampuran
Homogenisasi campuran dalam reaksi merupakan salah satu parameter penting yang mempengaruhi efektifitas reaksi karena dari kondisi ini maka reaksi
tumbukan akan terjadi yang pada akhirnya akan mempengaruhi laju reaksi, konstanta reaksi, energi aktivasi dan lama reaksi. Transesterifikasi tidak akan
berlangsung baik bila campuran bahan tidak dihomogenisasi terutama selama tahap awal proses. Pengadukan yang kuat vigorous stirring merupakan salah
satu metode homogenisasi yang cukup berhasil untuk proses yang dilakukan secara batch dan kontinyu darnoko dan Cheryan, 2000..
2.2.1.2 Rasio Molar
Rasio molar antara methanol dan minyak nabati tergantung dari jenis katalis yang digunakan. Untuk menjamin reaksi transesterifikasi berlangsung ke
arah kanan maka direkomendasikan menggunakan katalis berlebih. Menurut Freedman et al.,1986, perbandingan rasio molar 6 : 1 dari methanol terhadap
katalis basa bisa digunakan untuk mendapat rendemen ester yang maksimum. Rasio molar yang digunakan biasanya tidak melebihi perbandingan ini, dan bila
14 jumlah alkohol terlalu berlebih maka akan berakibat menganggu pemisahan
gliserol Srivasta dan Prasad, 2000. Rasio molar untuk proses transesterifikasi dengan katalis asam perbandingannya direkomendasikan bisa mencapai 30 : 1
Mittelbach dan Reshmidt, 2004.
2.2.1.3 Suhu Reaksi
Transesterifikasi dapat dilakukan pada berbagai tingkatan suhu tergantung dari jenis minyak nabati yang digunakan. Dalam proses metanolisis kastor oil
menjadi metil risinoleat, reaksi akan berlangsung memuaskan bila dioperasikan pada suhu 20 – 35
o
C dengan rasio molar 6 :1 and 12 : 1 menggunakan NaOH sebagai katalis Fredman et al., 1984. Untuk transesterifikasi minyak kedelai
dengan metanol molar ratio yang digunakan adalah 6 : 1 dengan 1 NaOH, untuk berbagai suhu transesterifikasi Fredman et al., 1986. Setelah satu jam
proses ester yang terbentuk adalah 94,87 dan 64 untuk suhu 45 dan 32
o
C. Suhu reaksi mempengaruhi laju reaksi dan ester yang terbentuk. Yamazaki et al.,
2007 menjelaskan flowrate produksi FAME meningkat dari 0,1 gmenit mulai pada suhu 250
o
C menjadi 1,0 gmenit pada suhu 330
o
C.
2.2.1.4 Waktu Reaksi