Konsep Aksessibilitas dan Sirkulasi

✫ beberapa fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan interpretasi seperti papan informasi dan pusat informasi. Pembangunan fasilitas wisata selain memperhatikan letak dan fungsinya, sebaiknya juga memperhatikan desain arsitektur dari bangunan fasilitas agar dapat mendukung kegiatan wisata di tapak dengan memperhatikan kesatuan unity dari elemen-elemen pembentuk kegiatan wisata.

5.6. Konsep Tata Hijau

Tata hijau merupakan salah satu fator yang memiliki peran penting dalam tapak. Keberadaan tanaman yang sesuai dengan fungsi dan tata letaknya dapat mempengaruhi banyak hal, seperti iklim mikro, pemandangan, dan kenyamanan bagi wisatawan. Konsep tata hijau yang akan dikembangkan pada tapak, merupakan konsep tata hijau yang mendukung sense of place, yaitu tata hijau yang mengutamakan tanaman endemik terutama vegetasi yang pernah pada masa perkampungan Portugis. Menurut Harris dan Dines 1988, tanaman memiliki beberapa fungsi utama, yaitu estetika, modifikasi iklim, penghalang, pengendali sirkulasi, produksi, dan bioengineering. Namun, dalam aplikasi pada tapak, tanaman yang digunakan hanya yang memiliki fungsi, antara lain: - Estetika dengan memperhatikan warna, tekstur, dan skala tanaman. - Modifikasi iklim dengan memperhatikan ketepatan lokasi dari tanaman yang akan digunakan. - Penghalang dimana tanaman dengan fungsi ini dapat memberikan privasi, penanda bagi pembatas, mengurangi pengaruh dari luar, serta menghalangi pemandangan buruk. - Pengendali sirkulasi untuk mengendalikan arah pergerakan dari pengguna sirkulasi dan sebagai pengarah dalam sirkulasi. Selanjutnya, berdasarkan fungsi utama tersebut, dikembangkan penggunaan tanaman dengan fungsi sebagai penguat identitas, pembatas, screen tabir, peneduh, pengarah, penyerap polusi, dan estetika. Lestari dan Kencana 2008, menjabarkan beberapa kriteria tanaman yang memiliki fungsi tertentu, antara lain: - Pembatas, tanaman dengan fungsi ini memiliki pola penanaman rapat, massal, dan sejajar - Screen tanaman tabir, jenis tanaman yang termasuk yang digunakan memiliki fungsi ekologi yang maksimal, ditanam secara massal sejajar, dapat juga berupa tanaman jenis merambat dengan kerapatan tinggi. Tajuk tanaman jenis ini biasanya berbentuk kolumnar oval meninggi, fastigate oval meruncing, dan kerucut. - Peneduh, tanaman yang memiliki fungsi sebagai peneduh merupakan tanaman dengan percabangan dan perakaran yan kuat, serta memiliki ketinggian 6-15 m. Tajuk yang dimiliki merupakan tajuk yang lebar sekitar 10 m. - Pengarah, tanaman dengan fungsi ini harus memperhatikan jenis tekstur, warna, ukuran dan aroma, serta jenis tajuk. Tajuk vertikal kolumnar, fastigate, dan kerucut akan memberikan kesan luas dan jauh, sedangkan tajuk menyebar dan bulat akan memberikan kesan sempit dan dekat. Adapun tanaman dengan fungsi penyerap polusi memiliki kriteria yaitu berdaun jarum, berbulu kasar, dan lengket. Tanaman dengan fungsi estetika memiliki bentuk fisik dan arsitektur yang menarik dari segi daun, bunga, batang, tajuk, biji, dan buah. Selain itu, terdapat tanaman dengan fungsi sebagai penguat identitas, dimana tanaman ini merupakan tanaman endemik yang ditanam terutama pada saat kawasan Kampung Tugu masih merupakan perkampungan Portugis. Penguat identitas tersebut tidak hanya berupa pepohonan namun juga berupa rawa dan tanaman perkebunan Lampiran 1. Penataan tanaman nantinya akan disesuaikan antara fungsi dan aktivitas pada ruang dengan fungsi dari tiap tanaman untuk menambah kenyamanan wisatawan dan memaksimalkan potensi fisik serta ekologis tapak. Hubungan ruang dan tanaman dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hubungan Ruang dan Tanaman Ruang Inti Penyangga Pengembangan Objek Transisi Sub Unit Sub Unit Fungsi Tanaman Wisata Pelayanan Penerimaan Penguat Identitas Estetika Pembatas Screen Pengarah Peneduh Penyerap Polusi

5.7. Konsep Pelestarian Kawasan

Upaya pelestarian kawasan benda cagar budaya diwujudkan dengan memperhatikan kegiatan wisata serta memperhatikan kondisi dan kepekaan objek bersejarah. Upaya pelestarian pada tapak melibatkan beberapa pihak dan dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Upaya pelestarian secara eksternal dilakukan oleh pemerintah daerah yang bertanggungjawab terhadap kelestarian tapak sebagai benda cagar budaya sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. Upaya pelestarian secara internal melibatkan pihak pengelola tapak, masyarakat sekitar, serta para wisatawan dalam pemeliharaan elemen-elemen sejarah dan budaya. Kegiatan pelestarian juga dapat dilakukan dengan memperhitungkan daya tampung pada tapak sebagai salah satu upaya pencegahan terhadap kelebihan wisatawan yang dapat mengancam kelestarian dan keseimbangan ekologis pada tapak. Perhitungan yang digunakan dalam menduga nilai daya tampung pada tapak adalah dengan penggunaan rumus untuk kawasan wisata menurut Boulon dalam Nurisjah dan Pramukanto 2003, yaitu: DD = A T = DD x K K = N S R