mempengaruhi  pola  pengembangan  lahan.  Pada  lingkungan  perkotaan,  sistem transportasi  dan  pola  tata  guna  lahan  saling  berpengaruh,  dengan  berubahnya
salah  satu  dari  bagian  tersebut  akan  menghasilkan  perubahan  pada  bagian  yang lain. Maka dari itu, harus dilakukan perbaikan terhadap sistem transportasi, salah
satunya  data  dilakukan dengan Transportation  System  Management TSM. Beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam daftar TSM, meliputi: perbaikan arus
kendaraan,  perlakuan  istimewa  bagi  kendaraan  berpenumpang  banyak, mengurangi  periode  puncak  perjalanan,  manajemen  parkir,  perbaikan  angkutan
kota  dan  “angkutan  pinggiran”,  pembatasan  penggunaan  kendaraan  atau menggunakan  kendaraan  berpenumpang  banyak,  strategi  manajemen  angkutan,
dan manajemen perjalanan yang lebih baik yang berkenaan dengan pekerjaan.
4.1.3. Tata Guna Lahan
Berdasarkan  data statistik  wilayah  DKI  Jakarta  tahun  2005,  pengunaan lahan  pada  kawasan  Kecamatan  Cilincing  sebagian  besar  merupakan  lahan
terbangun, antara lain pemanfaatan sebagai lahan pemukiman penduduk sebanyak 32.68,  lahan  industri  sebanyak  25.59,  kantor  dan  pergudangan  sebanyak
4.81.  Sedangkan,  lahan  tidak  terbangun  pemanfaatannya  hanya  sebagai  lahan pertanian  sebanyak  15.28,  serta  terdapat  pemanfaatan  lahan  lainnya  sebanyak
21.64 Gambar 7.
Kelurahan  Semper  Barat  merupakan  kawasan  dengan  penggunaan  lahan sebesar 82.7 merupakan lahan terbangun. Dimana pemanfaatan lahan terbangun
sebagian  besar  merupakan  kawasan  pemukiman  penduduk,  pemanfaatan  lain adalah  sebagai  areal  industri,  perkantoran,  dan  pergudangan.  Sedangkan  untuk
penggunaan  lahan  yang  merupakan  lahan  terbuka  terdiri  dari  sungai,  ruang terbuka hijau, lahan pertanian, dan lahan kosong.
Kondisi  penggunaan  lahan  pada  Kelurahan  Semper  Barat mengalami perkembangan  yang  disesuaikan  dengan  kebutuhan  masyarakat  yang  menempati
kawasan tersebut. Hal ini dikarenakan kondisi kawasan DKI Jakarta yang semakin padat  penduduk,  sehingga  semakin  banyak  lahan  pertanian  dan  lahan  terbuka
hijau  lainnya  yang  semakin  berkurang  dan  digantikan  dengan  lahan  pemukiman. Kawasan  rawa  dan  hutan  yang  semula  berada  pada  kawasan  ini,  saat  ini  sudah
hilang dan digantikan dengan lahan terbangun. Perkembangan penggunaan lahan Gambar 7. Peta Tata Guna Lahan Kelurahan Semper Barat
Kelurahan Semper Barat
terbangun  sebagai  lahan  industri  dikarenakan  lokasi  yang  berdekatan  dengan Pelabuhan  Tanjung  Priok,  sehingga  banyak  dibangun  gudang  penyimpanan  peti
kemas serta garasi bagi truk-truk pengantar barang. Kampung  Tugu yang  pada  mulanya  termasuk  salah  satu  daerah  pertanian
yang  menghasilkan  padi  yang  cukup  potensial,  sekarang  sudah  memasuki era pembangunan.  Sebagian  daerah  pertanian  telah  berkembang  menjadi  daerah
pemukiman  dan  daerah  industri.  Sawah-sawah  yang  tersisa,  walaupun  masih dipakai  sebagai  tanah  garapan,  sudah  tidak  diolah  lagi.  Selanjutnya  daerah
persawahan yang masih ada akan dijadikan daerah pemukiman dan industri sesuai dengan rencana induk pembangunan Pemerintah DKI Jakarta. Di sepanjang jalan
raya  sekarang  tidak  lagi  kita  jumpai  pohon-pohon  yang  rindang  atau  padi  yang sedang  menguning,  melainkan  sudah  menjadi  tempat  pemukiman,  pertokoan,
bengkel, dan gudang-gudang. Lingkungan disekitar kawasan Kampung Tugu terdiri dari lahan terbangun
antara lain pemukiman pendudut yang rapat, kawasan industri sebagai garasi bagi truk-truk  container,  dan  lahan  terbangun  lainnya.  Namun  terdapat  pula  lahan
terbuka,  seperti  kawasan  terbuka  hijau,  Kali  Cakung,  dan  lahan  tidak  terbangun Gambar 8.
Kawasan  industri  yang  berada  di  sekitar  kawasan  penelitian  sangat  tidak sesuai bagi kegiatan wisata. Ketidaksesuaian tersebut terutama karena banyaknya
debu  dan  polusi  yang  disebabkan  oleh  padatnya  kegiatan  lalu  lalang  kendaraan serta  keadaan  lingkungan  yang  kering  dan  sangat  jarang  terjadi  hujan.  Kawasan
industri  akan  lebih  baik  jika  direlokasi  menjadi  satu  kawasan  khusus  dan digantikan dengan peruntukan lahan yang dapat menunjang kegiatan wisata.
Keberadaan  lahan  pemukiman  yang  padat  penduduk  di  sekitar  kawasan penelitian  dapat  dimanfaatkan  bagi  kegiatan  wisata,  yaitu  dengan  memberikan
penyuluhan  kepada  masyarakat  tentang  kegiatan  wisata  maupun  dengan mempertahankan kegiatan sosial yang dapat mendukung kegiatan wisata. Namun
lahan  pemukiman  juga  harus  diperhatikan  perkembangannya  agar  tidak  semakin mengurangi  lahan  terbuka  yang  berada  di  sekitar  kawasan  dengan  melakukan
pembatasan terhadap perkembangan lahan pemukiman.
4.1.4. Biofisik 4.1.4.1. Klasifikasi Jenis Tanah