Klasifikasi Kesesuaian Lahan Biofisik 1. Klasifikasi Jenis Tanah

Tanah entisol merupakan jenis tanah yang baru mulai berkembang yang dicirikan oleh belum terjadinya perkembangan horizon tanah. Jenis tanah ini penyebarannya sangat bervariasi di Indonesia, namun sebagian besar daerah penyebarannya merupakan kawasan pantai dan rawa. Tekstur tanah entisol cenderung berpasir baik pada lapisan tanah bagian atas maupun bagian bawahnya Soepardi, 1983. Jenis tanah entisol yang biasanya dipergunakan sebagai lahan pertanian dan perkebunan Hardjowigeno, 2003. Hal ini memperkuat keadaan Kampung Tugu yang dahulu merupakan daerah sawah, rawa, dan hutan.

4.1.4.2. Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan untuk peruntukan pertanian, perkebunan, maupun peruntukan lainnya dipengaruhi oleh jenis tanah dan geologinya. Kesesuaian lahan berdasarkan tipe penggunaan lahan tertentu, pada kawasan Kecamatan Cilincing dapat dibagi menjadi peruntukan lahan untuk pekarangan, pertanian lahan kering, pertanian lahan basah, peternakan, perikanan air payau, pengairan pasang surut, tanaman perdagangan, perhutan tanian, dan penghutanan kembali. UPG Gambar 9. Peta Jenis Tanah Sumber : Balai Penelitian Tanah Jenis tanah entisol yang terdapat pada kawasan Kecamatan Cilincing merupakan jenis tanah yang kurang baik dan kurang subur, karena jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang baru berkembang sehingga kesuburannya kurang. Penggunaan lahan pada jenis tanah entisol hanya sesuai bagi peruntukan lahan penghutanan kembali. Sedangkan bagi penggunaan lahan untuk pekarangan, termasuk dalam sistem lahan yang tidak sesuai yang mempunyai faset kecil sesuai didalamnya. Tipe penggunaan lahan lain tidak sesuai karena penggunaan lahan pada kawasan ini tidak memungkinkan untuk dipakai secara tetap Turkandi T., Sidarto, D. A. Agustyanto, dan M. M. P. Hadiwidjojo, 1992. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan menurut Jawatan Pengawetan Tanah dan Air Amerika Serikat dikenal delapan kelas kesesuaian lahan. Dari kelas kesesuaian lahan tersebut jenis tanah pada Kecamatan Cilincing, termasuk kedalam kelas VIII, dimana lahan yang termasuk ke dalam kelas ini merupakan lahan yang tidak boleh dipakai untuk produksi tanaman secara komersial. Penggunannya hanya terbatas pada kegiatan rekreasi, cagar alam, sumber air dan tujuan-tujuan keindahan. Biasanya tanah yang termasuk ke dalam kelas VIII adalah pantai berpasir, tonjolan batu, dan daerah luapan sungai. Kesesuaian lahan yang berada pada kawasan Kecamatan Cilincing disesuaikan dengan pengunaannya untuk kegiatan wisata yang akan direncanakan pada kawasan Kampung Tugu, seperti kemampuan untuk menunjang sarana dan prasarana wisata. Hal lain yang harus diperhatikan adalah kondisi tanah yang sangat sering dilalui oleh kendaraan-kendaraan berat. Kawasan Jakarta Utara merupakan kawasan rawan banjir, karena letaknya yang merupakan tempat bermuara sembilan sungai dan dua banjir kanal. Hal ini perlu dipertimbangkan, khususnya bagi kegiatan wisata, agar kegiatan wisata dapat tetap berlangsung tanpa terganggu oleh kemungkinan bencana banjir. Keadaan kawasan Kampung Tugu saat ini sudah sangat memprihatinkan, terutama dalam hal penggunaan lahan untuk menunjang bangunan-bangunan bersejarah, banyak bagian bangunan yang mengalami keretakan dan bangunan mengalami perubahan khususnya dalam hal kemiringan bangunan yang berubah akibat dari tanah yang sudah tidak mampu lagi mendukung bangunan tersebut. b. Drainase a. Kali Cakung Perubahan dan kerusakan yang terjadi pada bangunan-bangunan tersebut, tidak lepas dari permasalahan kendaraan-kendaraan berat yang melalui kawasan ini, Maka sebaiknya pemerintah daerah memperhatikan hal tersebut dengan melindungi kawasan bersejarah dan kawasan penting lainnya dari kawasan industri.

4.1.4.3. Kondisi Hidrologi