Konsep Ruang TINJAUAN PUSTAKA

✩ ✩✪ kantor pengelola, kafetaria, kios cinderamata, panggung atraksi, toilet, dan area parkir. Beberapa contoh aktivitas yang dapat dilakukan pada sub unit ini, antara lain mendapatkan informasi umum mengenai objek dan kegiatan wisata pada tapak, menikmati atraksi pendukung, makan, istirahat, dan belanja.

5.3. Konsep Aksessibilitas dan Sirkulasi

Konsep sirkulasi pada tapak berfungsi untuk menghubungkan antar ruang, serta menghubungkan antar objek dan atraksi wisata. Sirkulasi pada tapak dibagi menjadi 3 jenis sirkulasi, yaitu sirkulasi primer, sirkulasi sekunder, dan sirkulasi tersier. Sirkulasi primer merupakan sirkulasi utama dan juga akses utama menuju tapak, sirkulasi sekunder menghubungkan antar ruang pada tapak, dan sirkulasi tersier yang merupakan sirkulasi minor yang berada di dalam setiap ruang. Sirkulasi tersier juga menghubungkan tiap objek, atraksi, dan fasilitas wisata, pada tapak sirkulasi ini berbentuk loop agar dapat lebih mudah menghubungkan tiap objek, atraksi, dan fasilitas wisata, serta menghubungkan jalur sirkulasi dengan jalur interpretasi. Hubungan sirkulasi pada setiap ruang dapat dilihat pada rencana blok Gambar 50 115

5.4. Konsep Aktivitas Wisata

Konsep aktivitas wisata yang direncanakan pada tapak disesuaikan dengan keberadaan objek dan atraksi wisata serta pembagian ruang. Aktivitas pada ruang akan dikembangkan menjadi kegiatan interpretasi wisata sejarah dengan memanfaatkan beberapa atraksi budaya. Interpretasi merupakan persepsi yang didapatkan wisatawan setelah berkunjung ke tapak mengenai objek dan atraksi wisata sebagai hasil dari representasi dari keberadaan objek dan atraksi wisata tersebut. Interpretasi pada kawasan wisata dapat berupa suatu daya tarik, keinginan dan pengetahuan wisatawan. Pada konsep wisata akan dikaitkan dengan interpretasi, dimana konsep interpretasi yang dikembangkan berkaitan dengan nilai sejarah yang berhubungan dengan adanya nilai budaya pada tapak merupakan konsep utama dari interpretasi. Selanjutnya akan dilakukan pengembangan yang disesuaikan dengan sejarah masyarakat Tugu dan elemen-elemen lain yang terkait didalamnya.

5.5. Konsep Fasilitas Wisata

Keberadaan fasilitas merupakan salah satu penunjang dalam mencapai tujuan wisata yang diharapkan, serta merupakan objek untuk menunjang kenyamanan pada tapak. Fasilitas wisata harus memiliki pembangunan dan tata letak yang sesuai dengan kebutuhan dan kegiatan wisata yang dilaksanakan. Maka dari itu, konsep fasilitas yang digunakan harus memperhatikan fungsi dan kelestarian kawasan serta dapat menunjang aktivitas wisata terutama dalam kaitannya dengan nilai sejarah dan budaya dari tapak, seperti kegiatan interpretasi. Beberapa fasilitas wisata yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan interpretasi antara lain papan informasi, pusat informasi, pamflet, pemandu wisata, museum, dan ruang seba guna. Sedangkan, fasilitas yang bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan antara lain kafetaria, shelter, bangku, gazebo, tempat sampah, area parkir, toilet, dan kios cinderamata. Pada ruang inti akan diletakkan fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan interpretasi. Pada ruang penyangga atau ruang transisi dan ruang pengembangan akan dibangun fasilitas yang berhubungan dengan kenyamanan dan kegiatan penerimaan serta ✫ beberapa fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan interpretasi seperti papan informasi dan pusat informasi. Pembangunan fasilitas wisata selain memperhatikan letak dan fungsinya, sebaiknya juga memperhatikan desain arsitektur dari bangunan fasilitas agar dapat mendukung kegiatan wisata di tapak dengan memperhatikan kesatuan unity dari elemen-elemen pembentuk kegiatan wisata.

5.6. Konsep Tata Hijau

Tata hijau merupakan salah satu fator yang memiliki peran penting dalam tapak. Keberadaan tanaman yang sesuai dengan fungsi dan tata letaknya dapat mempengaruhi banyak hal, seperti iklim mikro, pemandangan, dan kenyamanan bagi wisatawan. Konsep tata hijau yang akan dikembangkan pada tapak, merupakan konsep tata hijau yang mendukung sense of place, yaitu tata hijau yang mengutamakan tanaman endemik terutama vegetasi yang pernah pada masa perkampungan Portugis. Menurut Harris dan Dines 1988, tanaman memiliki beberapa fungsi utama, yaitu estetika, modifikasi iklim, penghalang, pengendali sirkulasi, produksi, dan bioengineering. Namun, dalam aplikasi pada tapak, tanaman yang digunakan hanya yang memiliki fungsi, antara lain: - Estetika dengan memperhatikan warna, tekstur, dan skala tanaman. - Modifikasi iklim dengan memperhatikan ketepatan lokasi dari tanaman yang akan digunakan. - Penghalang dimana tanaman dengan fungsi ini dapat memberikan privasi, penanda bagi pembatas, mengurangi pengaruh dari luar, serta menghalangi pemandangan buruk. - Pengendali sirkulasi untuk mengendalikan arah pergerakan dari pengguna sirkulasi dan sebagai pengarah dalam sirkulasi. Selanjutnya, berdasarkan fungsi utama tersebut, dikembangkan penggunaan tanaman dengan fungsi sebagai penguat identitas, pembatas, screen tabir, peneduh, pengarah, penyerap polusi, dan estetika. Lestari dan Kencana 2008, menjabarkan beberapa kriteria tanaman yang memiliki fungsi tertentu, antara lain: