Pemanfaatan Lanskap Sejarah Sebagai Kawasan Wisata

a. Teknologi pembuatan b. Teknologi konstruksi Benda cagar budaya yang termasuk ke dalam bangunan museum memiliki beberapa persyaratan pendirian, diantaranya adalah dalam hal pendirian bangunan dimana berdasarkan bangunannya museum dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu bangunan pokok pameran tetap, pameran temporer, auditorium, kantor, laboratorium konservasi, perpustakaan, bengkel preparasi, dan ruang penyimpanan koleksi dan bangunan penunjang pos keamanan, museum shop, tiket box, toilet, lobby, dan tempat parkir. Selain dapat dikelompokan bangunan museum juga dapat berupa bangunan baru atau dapat juga memanfaatkan bangunan lama, dengan memperhatikan prinsip-prinsip konservasi Direktorat Permuseuman, 2000.

2.4. Pemanfaatan Lanskap Sejarah Sebagai Kawasan Wisata

Wisatawan menurut Yoeti 1996 adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan tujuan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu. Sedang pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu untuk menikmati perjalanan dan kunjungan itu Yoeti, 1996. Menurut Nurisyah dan Pramukanto 2009, wisata merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan di luar dari lingkungan tempat tinggalnya. Kegiatan tersebut didorong oleh berbagai keperluan dan tanpa bermaksud untuk mencari nafkah tetap. Selain informasi dan promosi kawasan, untuk mengembangkan suatu kawasan wisata maka faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah ketersediaan dari objek dan atraksi wisata, pelayanan wisata, dan transportasi pendukung. Objek dan daya tarik wisata merupakan andalan utama untuk pengembangan kawasan wisata. Keduanya didefiniskan sebagai suatu keadaan alam dan perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah dan tempat yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan; dan atraksi wisata adalah segala perwujudan dan sajian alam serta kebudayaan, yang secara nyata dapat dikunjungi, disaksikan dan dinikmati wisatawan di suatu kawasan wisata Gunn, 1993. Menurut Morley 1990 dalam Ross 1994 menyatakan bahwa permintaan akan pariwisata tergantung pada ciri-ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan watak. Masing-masing dari ciri-ciri tersebut akan mempengaruhi kecenderungan orang untuk berpergian mencari kesenangan, kemampuannya untuk berpergian, dan pilihan tempat tujuan perjalanannya. Permintaan juga ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri tempat tujuan perjalanan, daya tariknya, harga dan efektif tidaknya kegiatan memasarkan tempat tujuan. Kebijaksanaan dan tindakan pemerintah dapat mendorong atau menurunkan permintaan akan pariwisata secara langsung dan sengaja, dan secara tidak langsung melalui faktor-faktor yang penting bagi wisatwan, seperti keamanan. Selain itu, faktor-faktor sosial dapat mempengaruhi permintaan, seperti sikap penduduk setempat pada para wisatawan dan minat yang dibangkitkan oleh budaya setempat. Selain itu, menurut Allen, Long, Perdue dan Keiselbach 1988 dalam Ross 1994, terdapat tujuh aspek fungsi masyarakat: pelayanan umum, faktor ekonomi, faktor lingkungan, pelayanan kesehatan, peran serta warga, pendidikan formal dan pelayanan rekreasi bersama dan pembangunan pariwisata. Dimana dari ketujuh faktor tersebut peran serta warga, pelayanan umum dan lingkungan merupakan hal-hal yang paling peka dalam perkembangan pariwisata. Menurut Pendit 2002, terdapat tiga kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh suatu daerah untuk menjadi tujuan wisata: 1 Memiliki atraksi atau objek menarik 2 Mudah dicapai dengan alat-alat kendaraan 3 Menyediakan tempat untuk tinggal sementara Sedangkan, untuk daerah tujuan wisata sejarah, termasuk didalamnya adalah kota- kota bersejarah yang mempunyai bangunan-bangunan bergaya arsitektur unik, monumen, balairung, teater, dan sebagainya. Black 1990 dalam Ross 1994, mengatakan bahwa bangunan bersejarah memainkan peranan penting dalam memikat wisatawan dan sudah terbukti banyak pemasukan yang dapat diperoleh dari upaya pelestarian. Salah satunya adalah dengan menyesuaikan bangunan bersangkutan sehingga mempunyai nilai ekonomi.

2.5. Perencanaan Lanskap Wisata