4.3.2 Pengukuran Kerusakan Tegakan Akibat Penebangan Satu pohon
Pengambilan data dilakukan pada hutan yang baru ditebang. Metode yang digunakan nested sampling, yaitu petak besar mengandung petak-petak yang lebih
kecil Soerianegara dan Indrawan, 1988. Pohon yang ditebang yaitu yang berdiameter 40 cm ke atas. Analisa
kerusakan tegakan akibat penebangan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan penebangan satu pohon menyebabkan terjadinya kerusakan pada
pohon non-target. Data yang diperlukan di dalam analisa kerusakan akibat penebangan satu
pohon adalah: a.
Jumlah pohon yang rusak dirinci menurut kelas diameter 10-19 cm, 20-29 cm, 30-39 cm.
b. Bentuk kerusakan : patah, kulit batang terkelupas, tajuk rusak, perakaran atau
banir rusak, roboh dan condong. c.
Persentasi kerusakan, dihitung berdasarkan antara jumlah pohon yang rusak dibagi dengan pengurangan dari jumlah pohon sebelum dilakukan penebangan
kayu dikurangi jumlah pohon yang ditebang.
4.3.3 Pengukuran Kerusakan Tegakan Akibat Kegiatan Pemanenan Kayu
Kerusakan tegakan akibat kegiatan pemanenan kayu meliputi kerusakan akibat kegiatan penebangan dan kerusakan akibat penyaradan. Pengambilan data
kerusakan tegakan akibat pemanenan kayu dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama kegiatan yang dilakukan adalah inventarisasi jenis, dan jumlah pohon
serta penandaan dan penomoran pohon. Pada tahap kedua yaitu kegiatan yang telah dilakukan kegiatan pemanenan kayu, kegiatan yang dilakukan adalah
menentukan pohon-pohon yang telah diinventarisasi. Pada kegiatan ini ditentukan jumlah dan jenis pohon yang seharusnya tinggal telah dihilangkan akibat kegiatan
penebangan dan akibat kegiatan penyaradan.
Data yang diperlukan di dalam analisa kerusakan akibat kegiatan pemanenan kayu adalah :
a. Tajuk pohon rusak lebih dari 30 atau cabang pohon patah.
b. Luka batang mencapai ukuran lebih dari ΒΌ keliling batang dengan panjang
lebih dari 1,5 m. c.
Perakaran terpotong atau 13 banirnya rusak.
4.3.4 Pengukuran Keterbukaan Lahan Bekas Tebangan