Data yang diperlukan di dalam analisa kerusakan akibat kegiatan pemanenan kayu adalah :
a. Tajuk pohon rusak lebih dari 30 atau cabang pohon patah.
b. Luka batang mencapai ukuran lebih dari ¼ keliling batang dengan panjang
lebih dari 1,5 m. c.
Perakaran terpotong atau 13 banirnya rusak.
4.3.4 Pengukuran Keterbukaan Lahan Bekas Tebangan
Analisa keterbukaan lahan bekas tebangan dilakukan pada keadaan hutan yang baru saja dilakukan pemanenan kayu. Adapun tujuannya adalah untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan pemanenan kayu dapat menimbulkan keterbukaan lahan.
Keterbukaan lahan akibat pembukaan lahan dapat diketahui dengan cara mengukur jumlah areal-areal yang terbuka akibat penebangan pohon dalam luasan
satu hektar. Cara pengambilan data keterbukaan lahan ini dengan cara pengamatan dan pengukuran luas areal yang terbuka akibat penebangan pada
petak pengamatan ukuran 100 x 100 m. Keterbukaan jalan sarad dapat ditentukan dengan mengukur panjang dan
lebar jalan sarad dalam satu hektar, kemudian ditentukan luas jalan sarad tersebut, yang merupakan keterbukaan lahan akibat jalan sarad. Keterbukaan lahan akibat
penebangan ditentukan berdasarkan penjumlahan luas tajuk pohon yang ditebang dan luas tajuk pohon yang tumbang akibat penebangan. Selanjutnya perhitungan
luas keterbukaan lahan per hektar dengan cara menjumlahkan keterbukaan lahan akibat penebangan dan penyaradan.
4.3.5 Stratifikasi Tajuk
Metode yang digunakan untuk stratifikasi tajuk adalah metode diagram profil tajuk, yaitu dengan memproyeksikan dalam bentuk diagram hubungan
antara tinggi pohon dengan panjang plot pengamatan. Plot pengamatan untuk masing-masing lokasi penelitian berukuran 10 x 100 m. Stratifikasi tajuk
dilakukan pada ketiga keadaan hutan yaitu hutan primer, hutan yang baru
dilakukan pemanenan kayu, dan hutan yang sudah dilakukan penebangan dan pembuatan jalur. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
10 m 10 m
100 m
Gambar 2. Plot pengamatan stratifikasi tajuk Data yang diperlukan dari jalur plot pengamatan untuk gambaran
stratifikasi tajuk secara vertikal ini meliputi pengukuran diameter setinggi dada atau 20 cm di atas banir untuk pohon yang berbanir. Tinggi pohon total, tinggi
cabang pertama, tinggi cabang kedua dan seterusnya sampai percabangan masih terlihat jelas, ketinggian tempat dan kelerengan.
Sedangkan untuk proyeksi horizontalnya tampak atas dibuat dengan menentukan koordinat pohon pada sumbu jalur dan memproyeksikan lebar tajuk
yang diambil dari empat titik terluar dari tajuk dan ditentukan azimuthnya dari pangkal pohon yang diukur, yaitu dengan bantuan orang lain yang berdiri pada
titik terluar tajuk tersebut. Kemiringan lereng hutan diukur dengan menggunakan kompas brunton untuk penggambaran tajuk secara vertikal.
4.3.6 Pengukuran Sifat Fisika dan Kimia Tanah