5.3 Keterbukaan Lahan Bekas Tebangan
Keterbukaan lahan pada sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur TPTJ selain disebabkan oleh kegiatan penebangan dan penyaradan juga
disebabkan oleh adanya kegiatan penjaluran selebar 3 meter. Luas keterbukaan lahan akibat kegiatan penebangan, penyaradan dan penjaluran dari hutan primer,
hutan setelah penebangan dan hutan setelah penjaluran dapat di lihat pada Tabel
17.
Pengukuran keterbukaan lahan akibat penebangan, penyaradan dan penjaluran dilakukan pada semua plot penelitian yang dilakukan kegiatan
penebangan dengan tingkat kelerengan yang bervariasi mulai dari datar 0-15, sedang 15-25 dan curam 25-45. Tingkat keterbukaan lahan yang terjadi
pada plot penelitian bervariasi antara 22 sampai 49. Keterbukaan lahan akibat penebangan jauh lebih besar dibandingkan dengan penyaradan, hal ini disebabkan
karena pada kegiatan penyaradan hanya dilakukan untuk menarik pohon produksi saja dan tidak untuk menarik kayu yang ditebang untuk jalur tanam Triyana,
1995. Tabel 17. Keterbukaan Lahan akibat kegiatan penebangan, penyaradan dan
penjaluran Kelerengan
No Plot
Keterbukaan Lahan m² Jumlah
m² Keterbukaan
lahan Penebangan Penyaradan Penjaluran
0-15 1
3400 395
1200 4995
49.95 2
780 820
1200 2800
28.00 3
2265 435
1200 3900
39.00 Total
38.98 15-25
1 2300
530 1200
4030 40.30
2 2200
730 1200
4130 41.30
3 4300
200 1200
5700 57.00
Total 46.20
25-45 1
600 450
1200 2250
22.50 2
2789 211
1200 4200
42.00 3
1200 400
1200 2800
28.00 Total
30.83 Berdasarkan Tabel 17, keterbukaan lahan akibat kegiatan penebangan,
penyaradan dan penjaluran pada kelerengan 0-15 menyebabkan keterbukaan lahan sebesar 38,98, pada kelerengan 15-25 menyebabkan keterbukaan lahan
sebesar 46,20 dan pada kelerengan 25-45 menyebabkan keterbukaan lahan
sebesar 30,83. Keterbukaan lahan ini juga dipengaruhi oleh kelerengan, pada kelerengan 25-45 persen keterbukaan lahan hanya 30,83. Kecilnya
keterbukaan lahan ini disebabkan karena untuk kegiatan penyaradan traktor tidak dapat menjangkau tempat-tempat yang terjal dan berbatu, selain itu terkadang
tidak dimungkinkan untuk melakukan kegiatan pemanenan demi keselamatan operator. Sedangkan untuk nilai keterbukaan lahan terbesar pada kelerengan 15-
25 dengan keterbukaan lahan sebesar 46,20. Besarnya persen keterbukaan tersebut diakibatkan karena pada daerah tersebut banyak pohon-pohon produksi
yang ditebang, selain itu untuk kegiatan penyaradan dapat menjangkau semua kawasan.
Triyana 1995 melakukan penelitian di HPH PT. Industries et Forest Asiatiques PT. IFA menyatakan bahwa keterbukaan lahan akibat penebangan 13
pohon menyebabkan keterbukaan lahan 5,25 akibat penebangan dan 30,98 akibat penyaradan sehingga total keterbukaan lahan sebesar 36,23 dalam satu
hektar. Berdasarkan pengamatan di tempat penelitian, untuk mengurangi besarnya keterbukaan lahan akibat kegiatan penyaradan utamanya maka traktor diusahakan
tidak terlalu banyak melakukan manuver dan berjalan pada jalur yang telah ditentukan sebelumnya.
5.4 Sifat Fisik dan Kimia Tanah