Indeks Nilai Penting INP

adalah jenis jambu-jambu Eugenia sp. sebesar 41,15 dan untuk tingkat pohon adalah jenis jambu-jambu Eugenia sp. sebesar 31,35. Pada kelerengan curam 25-45 jenis yang mendominasi pada tingkat semai adalah jenis medang Litsea spp. sebesar 27,77, untuk tingkat pancang adalah jenis medang Litsea spp. sebesar 29,19, untuk tingkat tiang adalah jenis medang Litsea spp. sebesar 31,09 dan untuk tingkat pohon adalah jenis kayu arang Diospyros malam sebesar 33,96. Sama halnya dengan hutan setelah penebangan, untuk kondisi hutan setelah penjaluran, jenis yang mendominasi pada setiap kelerengan untuk semua tingkat vegetasi mengalami perubahan. Pada kelerengan datar 0-15 jenis yang mendominasi pada tingkat semai adalah jenis lempung Shorea leprosula sebesar 22,79, untuk tingkat pancang adalah jenis medang Litsea spp. sebesar 16,63, untuk tingkat tiang adalah jenis lempung Shorea leprosula sebesar 51,19 dan untuk tingkat pohon adalah jenis lempung Shorea leprosula sebesar 57,83. Pada kelerengan sedang 15-25 jenis yang mendominasi pada tingkat semai adalah jenis lempung Shorea leprosula sebesar 20,21, untuk tingkat pancang adalah jenis medang Litsea spp. sebesar 19,01, untuk tingkat tiang adalah jenis benitan Polyalthia laterifolia sebesar 45,22 dan untuk tingkat pohon adalah jenis jambu-jambu Eugenia sp. sebesar 58,81. Pada kelerengan curam 25-45 jenis yang mendominasi pada tingkat semai adalah jenis lempung Shorea leprosula sebesar 22,37, untuk tingkat pancang adalah jenis benitan Polyalthia laterifolia sebesar 14,16, untuk tingkat tiang adalah jenis benitan Polyalthia laterifolia sebesar 41,26 dan untuk tingkat pohon adalah jenis jambu-jambu Eugenia sp. sebesar 52,10.Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis yang mendominasi pada kondisi hutan ini adalah jenis benitan Polyalthia laterifolia.

5.1.2.3 Indeks Nilai Penting INP

Sedangkan untuk nilai Indeks Nilai Penting INP berbagai tingkat jenis pada kondisi hutan primer, hutan setelah penebangan dan hutan setelah penjaluran dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai Indeks Penting INP jenis yang ditemukan pada kondisi hutan primer, hutan setelah ditebang dan hutan setelah dilakukan penjaluran Kondisi hutan Kelerengan Kelompok kayu Tingkat vegetasi Semai Pancang Tiang Pohon Hutan primer 0-15 DL 0,00 1,17 0,48 3,87 KD 170,36 155,81 248,28 242,62 KTD 29,64 43,02 51,23 53,51 15-25 DL 1,87 0,00 0,00 2,32 KD 181,83 163,36 260,93 259,91 KTD 16,30 36,64 39,07 37,77 25-45 DL 6,52 5,93 2,71 10,91 KD 168,06 148,61 225,48 231,31 KTD 25,42 45,47 71,81 57,78 Hutan setelah pebangan 0-15 DL 0,00 2,18 0,78 7,04 KD 174,87 159,75 247,33 233,46 KTD 25,13 38,07 51,89 59,49 15-25 DL 0,00 0,00 0,00 3,59 KD 185,71 159,85 251,81 252,33 KTD 14,29 40,15 48,19 44,08 25-45 DL 4,35 5,66 2,72 6,55 KD 169,06 154,66 226,42 227,84 KTD 26,59 39,68 70,86 65,61 Hutan setelah penjaluran 0-15 DL 3,87 2,37 0,00 3,83 KD 156,16 146,73 248,18 267,45 KTD 39,98 50,90 51,82 28,72 15-25 DL 6,62 5,06 0,00 6,42 KD 149,39 158,29 235,73 241,28 KTD 43,99 36,65 64,27 52,29 25-45 DL 3,08 3,06 0,83 4,61 KD 159,69 154,20 230,50 238,11 KTD 37,23 42,74 68,67 57,29 Keterangan : DL: Dilindungi, KD: Komersial ditebang, KTD: Komersial tidak ditebang Dari Tabel 9 dapat di lihat Indeks Nilai Penting INP pada hutan setelah tebangan pada kelerengan datar 0-15 penurunan INP terjadi pada kelompok kayu komersial ditebang tingkat vegetasi tiang dan pohon dan kayu komersial tidak ditebang tingkat vegetasi semai dan pancang sebagai adanya kegiatan pemanenan. Pada tingkat semai terjadi penurunan sebesar 4,51, tingkat pancang terjadi penurunan sebesar 4,95, tingkat tiang terjadi penurunan sebesar 0,95 dan pada tingkat pohon terjadi penurunan sebesar 9,16. Pada kelerengan sedang 15- 25 hutan setelah tebangan sebagian besar penurunan terjadi pada kelompok kayu komersial ditebang. Pada tingkat semai penurunan terjadi pada kelompok kayu komersial tidak ditebang sebesar 2,01, tingkat pancang terjadi penurunan sebesar 3,51, tingkat tiang terjadi penurunan sebesar 9,12 dan pada tingkat pohon terjadi penurunan sebesar 7,58. Pada kelerengan curam 25-45 hutan setelah tebangan sebagian besar penurunan terjadi pada kelompok kayu dilindungi. Pada tingkat semai terjadi penurunan sebesar 2,17, tingkat pancang terjadi penurunan sebesar 0,27, pada tingkat tiang penurunan terjadi pada kelompok kayu komersial tidak di tebang sebesar 0,95 dan pada tingkat pohon terjadi penurunan sebesar 4,36. Pada kelerengan curam ini juga terjadi penurunan INP pada kelompok kayu komersial ditebang pada tingkat vegetasi pohon sebesar 3,47 dan pada tingkat vegetasi pancang terjadi penurunan pada kelompok kayu komersial tidak di tebang sebesar 5,79. Sedangkan Indeks Nilai Penting INP pada hutan setelah penjaluran pada kelerengan datar 0-15 penurunan INP terjadi pada kelompok kayu komersial ditebang tingkat vegetasi semai dan pancang dan kayu komersial tidak di tebang tingkat vegetasi tiang dan pohon. Pada tingkat semai terjadi penurunan sebesar 18,71, tingkat pancang terjadi penurunan sebesar 13,02, tingkat tiang terjadi penurunan sebesar 0,07 dan pada tingkat pohon terjadi penurunan sebesar 30,77. Pada kelerengan datar penurunan INP juga terjadi pada kelompok kayu dilindungi tingkat vegetasi pohon sebesar 3,66. Pada kelerengan sedang 15-25 penurunan INP terjadi pada kelompok kayu komersial ditebang. Pada tingkat semai terjadi penurunan sebesar 36,32, tingkat pancang terjadi penurunan sebesar 1,56, tingkat tiang terjadi penurunan sebesar 16,08 dan tingkat pohon terjadi penurunan sebesar 0,46. Pada kelerengan sedang penurunan INP juga terjadi pada kelompok kayu komersial tidak di tebang tingkat vegetasi pancang sebesar 3,50. Pada kelerengan curam 25-45 penurunan INP terjadi pada berbagai kelompok kayu. Pada tingkat vegetasi semai kelompok kayu komersial ditebang mengalami penurunan sebesar 9,37 dan kelompok kayu jenis lain mengalami penurunan sebesar 1,27, pada tingkat vegetasi pancang kelompok kayu komersial ditebang mengalami penurunan sebesar 0,46 dan kelompok kayu dilindungi mengalami penurunan sebesar 2,60, pada tingkat vegetasi tiang kelompok kayu dilindungi mengalami penurunan sebesar 1,89 dan kelompok kayu komersial tidak ditebang mengalami penurunan sebesar 2,19, pada tingkat vegetasi pohon kelompok kayu komersial tidak di tebang mengalami penurunan sebesar 8,23 dan kelompok kayu dilindungi mengalami penurunan sebesar 1,94. Menurut Nevada 2007, besarnya nilai INP suatu jenis memperlihatkan peranan suatu jenis dalam komunitas. Suatu jenis yang memiliki nilai INP lebih besar dibandingkan dengan jenis lainnya menandakan bahwa suatu jenis pada komunitas tersebut dikatakan mendominasi atau menguasai ruang di dalam komunitas tersebut. Hal ini disebabkan jenis tersebut mempunyai kesesuaian tempat tumbuh yang baik serta mempunyai daya tahan hidup yang baik pula jika dibandingkan dengan jenis lain yang ada dalam komunitas tersebut.

5.1.2.4 Keanekaragaman Jenis

Dokumen yang terkait

Komposisi dan struktur tegakan areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia Intensif (TPII) di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawti, Kalimantan Tengah

3 49 107

Komposisi dan Struktur Tegakan pada Areal Bekas Tebangan Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)

3 21 271

Model Struktur Tegakan Pasca Penebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 19 70

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Kualitas tanah pada sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur(TPTJ) di areal kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma provinsi Kalimantan Tengah

1 14 77

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Struktur, Komposisi Tegakan dan Riap Tanaman Shorea parvifolia Dyer. pada Areal Bekas Tebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif

0 2 160

Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

0 6 30

Struktur tegakan pasca penebangan pada sistem tebang pilih tanam jalur di konsesi hutan PT Erna Djuliawati

1 7 37