Dampak Kerusakan Tegakan Akibat Penebangan Satu Pohon

jenis maupun jumlah individu antara dua komunitas yang dibandingkan terdapat perbedaan. Sedangkan besarnya indeks kesamaan komunitas IS pada hutan primer dan hutan setelah tebangan umumnya berada diatas 75. Indeks kesamaan komunitas IS terbesar pada hutan primer dan hutan setelah tebangan pada tingkat semai di kelerengan curam 25-45 sebesar 90,84 sedangkan nilai indeks kesamaan komunitas IS terkecil di kelerengan sedang 15-25 sebesar 83,09, pada tingkat pancang indeks kesamaan komunitas IS terbesar di kelerengan sedang 15-25 sebesar 85,54 sedangkan nilai indeks kesamaan komunitas IS terkecil di kelerengan curam 25-45 sebesar 79,45, pada tingkat tiang indeks kesamaan komunitas IS terbesar di kelerengan sedang 15- 25 sebesar 91,16 sedangkan nilai indeks kesamaan komunitas IS terkecil di kelerengan curam 25-45 sebesar 85,47, dan pada tingkat pohon indeks kesamaan komunitas IS terbesar di kelerengan datar 0-15 sebesar 87,87 sedangkan nilai indeks kesamaan komunitas IS terkecil di kelerengan curam 25-45 sebesar 87,03. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dua komunitas dari tingkat semai, pancang, tiang dan pohon yang dibandingkan dapat dikatakan relatif sama. Hal ini disebabkan karena plot pengamatan dilakukan pada tempat yang sama dengan komposisi jumlah individu dan jumlah jenis antara dua komunitas yang dibandingkan tidak terlalu berbeda jauh.

5.2 Kerusakan Tegakan Tinggal

5.2.1 Dampak Kerusakan Tegakan Akibat Penebangan Satu Pohon

Pengukuran kerusakan akibat penebangan satu pohon ini bertujuan untuk melihat sejauh mana kegiatan penebangan satu pohon menyebabkan kerusakan pada tegakan atau pada pohon non target yang berdiameter lebih dari 10 cm. Dalam pengukuran kerusakan akibat penebangan satu pohon ini, pohon contoh yang diambil adalah pohon yang ditebang untuk keperluan produksi. Sehingga pohon yang ditebang ini memiliki diameter yang besar dan tinggi serta biasanya merupakan pohon yang mempunyai strata tajuk paling atas dan tergolong pohon evergreen. Dari Tabel 14 dapat dilihat kerusakan tegakan akibat penebangan satu pohon yang paling besar terjadi pada penebangan pohon temperas Memecylon. spp dengan persentase kerusakan sebesar 24.79. Sedangkan kerusakan tegakan yang terkecil pada penebangan pohon merkunyit Shorea. Sp dengan persentase kerusakan sebesar 18.90. Tabel 14. Nilai kerusakan tegakan akibat penebangan satu pohon Pohon Ditebang Δ T m Ø cm Bentuk Kerusakan Total Rusak PTH KT TR AR RBH CDG Shorea sp 0-15 40 89 8.96 0.00 7.46 0.00 4.48 1.49 22.39 Shorea sp 15-25 40 88 7.09 0.00 7.87 0.00 1.57 2.36 18.90 Memecylon. spp 25-45 30 89 15.70 0.00 7.44 0.00 0.00 1.65 24.79 Ket : Δ : kelerengan, T : tinggi, Ø : diameter, PTH : patah, KT : kulit terkelupas, TR : tajuk rusak, AR : akar rusak, RBH : roboh, CDG : condong Berdasarkan hasil pengukuran Tabel 14 terhadap kerusakan tegakan akibat penebangan satu pohon pada 3 pohon contoh, bentuk kerusakan yang paling banyak terjadi adalah kerusakan patah batang dimana persentase kerusakan bervariasi mulai dari 7.09 sampai 15.70. Selain itu bentuk kerusakan lain yang tergolong besar persentase kerusakannya adalah kerusakan tajuk berkisar antara 7.44 sampai 7.87. Bentuk kerusakan lain yang ditemukan pada plot pengamatan adalah roboh dengan persentase kerusakan berkisar antara 1.57 sampai 4.48 dan bentuk kerusakan condong dengan persentase kerusakan berkisar antara 1.49 sampai 2.36. Dari hasil pengamatan pada Tabel 14 terlihat bahwa besarnya diameter dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar daripada pohon yang mempunyai diameter yang lebih kecil, sedangkan untuk tinggi pohon tidak selalu berbanding lurus dengan persentase kerusakan tegakan tinggal. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 14, bahwa penebangan pada kayu temperas Memecylon. spp yang memiliki tinggi lebih kecil dari dua pohon contoh lainnya yang ditebang mempunyai tingkat kerusakan yang lebih besar yaitu sebesar 24.79. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor kelerengan tempat dimana kegiatan penebangan dilakukan, pada umumnya semakin curam tempat penebangan maka tingkat kerusakan yang terjadi terhadap tegakan tinggal semakin besar. Sedangkan berdasarkan tingkat kerusakan terhadap tegakan tinggal yang terdapat dalam plot pengamatan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Nilai persentase kerusakan tegakan akibat penebangan satu pohon berdasarkan tingkat kerusakannya Pohon ditebang Ringan Sedang Berat Total Shorea sp 2.99 5.97 13.43 22.39 Shorea sp 3.15 7.09 8.66 18.90 Memecylon. spp 2.48 6.61 15.70 24.79 Ket : kenuar Shorea. sp, merkunyit Shorea. sp, temperas Memecylon. spp Dari Tabel 15 dapat dilihat kerusakan tegakan tinggal pada penebangan satu pohon yang paling besar adalah kerusakan sedang sampai berat. Kerusakan sedang berkisar antara 5.97 sampai 7.09 dan kerusakan berat berkisar antara 8.66 sampai 15.70. Menurut Wijayanti 1993 dalam Sukendar 1999 tingkat kerusakan sedang dapat berupa kerusakan tajuk sebesar 30 sampai 50, luka batang atau rusak kulit sebesar ¼ sampai ½ batang, rusak banir atau akar 13 sampai ½ banir atau akar yang rusak atau terpotong dan condong atau miring membentuk sudut 45 º dengan tanah. Sedangkan kerusakan berat dapat berupa patah batang, pecah batang, roboh, tumbang atau miring membentuk sudut 45 º dengan tanah, rusak tajuk sebesar 50, luka batang atau rusak kulit lebih dari setengah keliling pohon dan rusak banir atau akar lebih dari setengah banir.

5.2.2 Dampak Kerusakan Tegakan Akibat Kegiatan Pemanenan

Dokumen yang terkait

Komposisi dan struktur tegakan areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia Intensif (TPII) di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawti, Kalimantan Tengah

3 49 107

Komposisi dan Struktur Tegakan pada Areal Bekas Tebangan Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)

3 21 271

Model Struktur Tegakan Pasca Penebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 19 70

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Kualitas tanah pada sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur(TPTJ) di areal kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma provinsi Kalimantan Tengah

1 14 77

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Struktur, Komposisi Tegakan dan Riap Tanaman Shorea parvifolia Dyer. pada Areal Bekas Tebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif

0 2 160

Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

0 6 30

Struktur tegakan pasca penebangan pada sistem tebang pilih tanam jalur di konsesi hutan PT Erna Djuliawati

1 7 37